Jumat, 23 Agustus 2013

Peran Generasi Muda Hindu



Peran Generasi Muda Hindu Dalam Memperkokoh Jati Diri Menuju Ajeg Hindu
Generasi muda Hindu adalah kelompok angkatan usia produktif, terpelajar, dan terdidik yang mempunyai kepribadian kokoh sebagai tempaan bangku sekolah dan pengalaman sehingga ia mandiri, dewasa, serta bijaksana dalam bersikap.

Sudah tentu ia pemeluk Hindu yang taat, reformis, selalu ingin mencapai tatanan kehidupan yang lebih baik.
Kebangkitan generasi muda Hindu Nusantara nampak nyata sejak tahun 1970, sejalan dengan kesadaran yang tumbuh bahwa Agama adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Kesadaran yang tumbuh ini melalui pengorbanan yang sangat besar, yaitu pertumpahan darah sebagai dampak peristiwa G-30-S/PKI. Kesadaran ini juga berkembang karena mutu pendidikan semakin baik, kemajuan di bidang tehnologi informasi, dan pengaruh globalisasi abad millennium.
Manusia di abad ini mengetahui bahwa kesehatan adalah hal pokok yang sangat penting untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Ia tidaklah hanya mencakup aspek physical saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek non-physical, yaitu: spiritual, emosional, dan intelektual.
Kesehatan jasmani memang menjadi landasan yang utama, tetapi segera setelah itu terpenuhi, kesehatan spiritual, emosional, dan intelektual tidak dapat ditunda, apa lagi diabaikan.
Manusia memerlukan tuntunan spiritual dalam kehidupannya agar dapat melakukan aktivitas tidak hanya berlandaskan keberadaan tubuh (on the bodily platform of existence).
Agama Hindu dengan Kitab Suci-nya: Veda, menyediakan berbagai petunjuk dan perintah Tuhan yang memperkuat aspek spiritual, yang pada gilirannya membentuk emosi yang terkendali, baik dalam berpikir, berkata-kata, maupun berbuat sesuatu.
Dalam kesadaran emosi yang positif, tumbuh, dan berkembanglah keinginan untuk selalu meningkatkan inteligensi melalui proses pendidikan dan pembelajaran. Potensi-potensi yang berguna bagi meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia bertumpuk pada generasi muda, sehingga sangat disayangkan bila potensi demikian tidak didayagunakan.
Timbul pertanyaan, bagaimanakah kondisi potensi itu di kalangan generasi muda Hindu Nusantara? Kebangkitan Hindu Nusantara boleh dikatakan sejalan dengan tumbuhnya kesadaran umum bahwa Agama adalah sesuatu yang penting, yaitu sejak tahun 1970.
Umat Hindu di Nusantara tidak “malu-malu” lagi mengaku dirinya Hindu, apalagi di masa itu Pemerintah dengan resmi mengakui eksistensi Agama Hindu sebagai Hindu Dharma, menetapkan Tahun Baru Saka (Nyepi) sebagai hari libur Nasional, dan banyak lagi promosi-promosi lainnya yang mendorong kehidupan Agama Hindu.
Potensi generasi muda Hindu hendaknya digali, dikuatkan, dan dikembangkan dengan menyampaikan bahwa Hindu sedang berkembang menjadi Agama Universal yang sesungguhnya. Penggalian “kesadaran Hindu” akan sangat efektif bila dilakukan oleh para intelektual dan penulis.
Mereka hendaknya menjelaskan bahwa:
  1. Agama Hindu melayani keperluan spiritual setiap manusia, karena aspek-aspeknya yang terdapat dalam Veda sangat luas dan dalam, antara lain Veda mengandung pengetahuan isoterik dari inti kesadaran, yoga, dan disiplin meditasi.
  2. Agama Hindu memiliki kasih yang tulus, toleransi, dan apresiasi yang murni terhadap agama-agama yang lain.
  3. Agama Hindu tidak dogmatis dan terbuka untuk diuji kebenarannya tentang unsur-unsur srada (keyakinan) yang dimilikinya.
  4. Agama Hindu percaya pada sebuah dunia yang adil karena setiap manusia dibimbing oleh hukum karma menuju kepada kesucian roh yang pada gilirannya akan mencapai tujuan akhir, yaitu persatuan roh dengan Tuhan atau Moksha, sehingga bebas dari kelahiran kembali (samshara). Pemeluk Hindu puas dengan pengetahuan tentang asal suci dari roh, jalan yang ditempuh melalui kehidupan dari satu masa ke masa lainnya.
  5. Agama Hindu memiliki gudang ilmu pengetahuan yang tidak habis digali oleh manusia guna meningkatkan kualitas kehidupannya.
Generasi muda Hindu perlu diingatkan bahwa mereka yang masuk menjadi pemeluk Hindu, dan bertahan dalam Hindu adalah pemikir yang rasional dan moderat; maka sebaliknya mereka yang berpindah ke agama lain atau tidak mendalami ke-Hinduan-nya adalah orang yang tersesat menuju pada kemunduran spiritual.
Selain itu, untuk menjadi “Universal” haruslah ditempuh upaya-upaya meningkatkan kualitas beragama, mendalami filsafat Veda, dan tidak terbelenggu pada ritual yang bertele-tele serta membuang jauh-jauh pola pikir dan perilaku yang “meracuni” Agama Hindu, misalnya feodalisme dan fanatisme tradisi-tradisi beragama yang menyimpang dari ajaran Veda.
Bila konsep-konsep di atas dimengerti dan diterima sebagai suatu kebenaran “Sanatana Dharma” maka generasi muda Hindu akan menemukan jati dirinya yang kokoh menuju “Ajeg Hindu”. Mempertahankan eksistensi Hindu di dunia adalah suatu upaya menyayangi dan memelihara semesta karena Tuhan dalam keyakinan Hindu adalah semesta itu sendiri.
Ia disebut oleh para Maha Rsi sebagai “Asta Aisvarya” (mempunyai delapan sifat kekuasaan), yaitu:
  1. Anima: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat halus.
  2. Laghima: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat ringan.
  3. Mahima: sifat kekuasaan Tuhan yang luar biasa besarnya dan luasnya sehingga tidak terbatas oleh apapun juga.
  4. Prapti: sifat kekuasaan Tuhan yang dapat mencapai daerah manapun juga.
  5. Prakamya: sifat kekuasaan Tuhan yang kehendak-Nya selalu tercapai.
  6. Isitva: sifat kekuasaan Tuhan yang melebihi segala-galanya sehingga merajai alam semesta ini.
  7. Vasitva: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat kuasa.
  8. Yatrakamavasayitva: sifat kekuasaan Tuhan yang kehendak dan kodrat-Nya tak ada yang dapat mengubah.
Kedelapan sifat ini bersemayam pada-Nya yang dilambangkan sebagai Singhasana, meliputi seluruh alam semesta, yang disebut sebagai Bhuwana Agung.
Tubuh manusia adalah Bhuwana Alit di mana unsur-unsur pokok Bhuwana Agung dan unsur-unsur pokok Bhuwana Alit adalah sama, yaitu meliputi Panca Mahabhuta, yang terdiri dari: pertiwi (tanah), apah (air), bayu (angin), teja (matahari), dan akasa (angkasa).
Pertiwi di Bhuwana Alit adalah daging dan tulang, apah adalah darah dan air kencing, bayu adalah paru-paru, teja adalah suhu badan dan sinar mata, dan akasa adalah otak/ syaraf. Karena Bhuwana Agung identik dengan Bhuwana Alit, maka kecintaan manusia pada dirinya sendiri adalah cermin kecintaannya juga pada alam semesta. Filosofi seperti ini hanya terdapat dalam Veda.
Kecintaan manusia pada semesta adalah kecintaan pada Tuhan. Pernyataan rasa cinta kepada sesuatu yang lebih dihormati disebut Bhakti. Seseorang yang Bhakti kepada Tuhan disebut sebagai Bhakta. Bhakti dibagi atas dua tingkat, yaitu Aparabhakti, dan Parabhakti.
Aparabhakti adalah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kerohanian yang tinggi. Sedangkan Parabhakti adalah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan kerohaniannya sudah meningkat.
Aparabhakti terlihat dari praktek ritual keagamaan sehari-hari, sedangkan Parabhakti tidak dengan mudah terlihat, hanya dapat dirasakan oleh yang melaksanakannya secara individu karena didorong oleh perasaan-perasaan halus:
  1. Kerinduan untuk bertemu dengan Sang Pencipta, melalui perenungan, meditasi, dan sembahyang biasa.
  2. Keinginan untuk berkorban secara ikhlas, dalam bentuk Drwya yadnya (dana-punia), Jnana yadnya (belajar/ mengajar), dan Tapa yadnya (mengendalikan diri).
Generasi muda Hindu yang terpelajar dan senang menuntut ilmu menuju peningkatan kualitas SDM, akan mendapatkan banyak manfaat bila menjalankan kewajibannya mengikuti ajaran Veda, melalui Bhakti-marga.
Ia tidak hanya menolong dirinya sendiri, tetapi juga turut menolong umat manusia mencapai pencerahan dan mewujudkan mokshartam jagaditaya ca iti dharmah.
Tanpa sengaja para Bhakta telah memperkenalkan Hindu sebagai satu-satunya jalan menuju universalism, dan spiritualism Hindu telah membuktikan dirinya sebagai rumah dari semua religiusitas yang murni. Ia menyampingkan sektarianism dan terbuka menerima ide-ide, pemikiran baru, pemikiran ilmiah, dan eksperimen sosial.
Generasi muda Hindu di dunia telah banyak berbuat dalam konteks modernisasi dan revitalisasi segala aspek kehidupan yang sumber-sumbernya dikembangkan dari ajaran Veda.
Banyak kepercayaan yang menjadi dasar-dasar srada Agama Hindu seperti reinkarnasi, karmaphala, roh, dan moksha telah diterima secara luas oleh berbagai suku bangsa dan berkembang menjadi keyakinan yang tak terbantah.
Umat manusia sedunia sadar atau tidak sadar telah mengakui bahwa Veda menuntun umat manusia dalam melakukan metoda interiosasi (pencarian ke dalam jiwa) yang paling mudah dan cepat berhasil.
Tradisi-tradisi beragama Hindu juga telah dipraktekkan di kalangan masyarakat menengah ke atas, misalnya meditasi, yoga, dan hubungan guru dan murid (gurukulla).
Penjelajahan antariksa, berbagai teknik pengobatan alternatif dan upaya menjaga kebugaran tubuh, juga bersumber dari Veda. Demikian luasnya cakupan Veda karena Ia memang diwahyukan Tuhan untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.
Generasi muda Hindu Nusantara hendaknya menyadari kemuliaan permata Veda yang tiada tandingnya. Kita sudah memiliki-Nya, lalu tanyailah diri sendiri, apakah sudah memanfaatkan-Nya untuk kesejahteraan kita?
Bila jawabannya “belum” berarti kita harus banyak belajar, dan bila jawabannya “sudah” maka andalah seorang Parabhakti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar