Peran Generasi Muda Hindu Dalam Memperkokoh Jati Diri
Menuju Ajeg Hindu
Generasi
muda Hindu adalah kelompok angkatan usia produktif, terpelajar, dan terdidik
yang mempunyai kepribadian kokoh sebagai tempaan bangku sekolah dan pengalaman
sehingga ia mandiri, dewasa, serta bijaksana dalam bersikap.
Sudah
tentu ia pemeluk Hindu yang taat, reformis, selalu ingin mencapai tatanan
kehidupan yang lebih baik.
Kebangkitan
generasi muda Hindu Nusantara nampak nyata sejak tahun 1970, sejalan dengan
kesadaran yang tumbuh bahwa Agama adalah sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan manusia.
Kesadaran
yang tumbuh ini melalui pengorbanan yang sangat besar, yaitu pertumpahan darah
sebagai dampak peristiwa G-30-S/PKI. Kesadaran ini juga berkembang karena mutu
pendidikan semakin baik, kemajuan di bidang tehnologi informasi, dan pengaruh
globalisasi abad millennium.
Manusia
di abad ini mengetahui bahwa kesehatan adalah hal pokok yang sangat penting
untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Ia tidaklah hanya mencakup aspek
physical saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek non-physical, yaitu: spiritual,
emosional, dan intelektual.
Kesehatan
jasmani memang menjadi landasan yang utama, tetapi segera setelah itu
terpenuhi, kesehatan spiritual, emosional, dan intelektual tidak dapat ditunda,
apa lagi diabaikan.
Manusia
memerlukan tuntunan spiritual dalam kehidupannya agar dapat melakukan aktivitas
tidak hanya berlandaskan keberadaan tubuh (on the bodily platform of
existence).
Agama
Hindu dengan Kitab Suci-nya: Veda, menyediakan berbagai petunjuk dan perintah
Tuhan yang memperkuat aspek spiritual, yang pada gilirannya membentuk emosi
yang terkendali, baik dalam berpikir, berkata-kata, maupun berbuat sesuatu.
Dalam
kesadaran emosi yang positif, tumbuh, dan berkembanglah keinginan untuk selalu
meningkatkan inteligensi melalui proses pendidikan dan pembelajaran.
Potensi-potensi yang berguna bagi meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia
bertumpuk pada generasi muda, sehingga sangat disayangkan bila potensi demikian
tidak didayagunakan.
Timbul
pertanyaan, bagaimanakah kondisi potensi itu di kalangan generasi muda Hindu
Nusantara? Kebangkitan Hindu Nusantara boleh dikatakan sejalan dengan tumbuhnya
kesadaran umum bahwa Agama adalah sesuatu yang penting, yaitu sejak tahun 1970.
Umat
Hindu di Nusantara tidak “malu-malu” lagi mengaku dirinya Hindu, apalagi di
masa itu Pemerintah dengan resmi mengakui eksistensi Agama Hindu sebagai Hindu
Dharma, menetapkan Tahun Baru Saka (Nyepi) sebagai hari libur Nasional, dan
banyak lagi promosi-promosi lainnya yang mendorong kehidupan Agama Hindu.
Potensi
generasi muda Hindu hendaknya digali, dikuatkan, dan dikembangkan dengan
menyampaikan bahwa Hindu sedang berkembang menjadi Agama Universal yang
sesungguhnya. Penggalian “kesadaran Hindu” akan sangat efektif bila dilakukan
oleh para intelektual dan penulis.
Mereka
hendaknya menjelaskan bahwa:
- Agama Hindu melayani keperluan spiritual setiap manusia, karena aspek-aspeknya yang terdapat dalam Veda sangat luas dan dalam, antara lain Veda mengandung pengetahuan isoterik dari inti kesadaran, yoga, dan disiplin meditasi.
- Agama Hindu memiliki kasih yang tulus, toleransi, dan apresiasi yang murni terhadap agama-agama yang lain.
- Agama Hindu tidak dogmatis dan terbuka untuk diuji kebenarannya tentang unsur-unsur srada (keyakinan) yang dimilikinya.
- Agama Hindu percaya pada sebuah dunia yang adil karena setiap manusia dibimbing oleh hukum karma menuju kepada kesucian roh yang pada gilirannya akan mencapai tujuan akhir, yaitu persatuan roh dengan Tuhan atau Moksha, sehingga bebas dari kelahiran kembali (samshara). Pemeluk Hindu puas dengan pengetahuan tentang asal suci dari roh, jalan yang ditempuh melalui kehidupan dari satu masa ke masa lainnya.
- Agama Hindu memiliki gudang ilmu pengetahuan yang tidak habis digali oleh manusia guna meningkatkan kualitas kehidupannya.
Generasi
muda Hindu perlu diingatkan bahwa mereka yang masuk menjadi pemeluk Hindu, dan
bertahan dalam Hindu adalah pemikir yang rasional dan moderat; maka sebaliknya
mereka yang berpindah ke agama lain atau tidak mendalami ke-Hinduan-nya adalah
orang yang tersesat menuju pada kemunduran spiritual.
Selain
itu, untuk menjadi “Universal” haruslah ditempuh upaya-upaya meningkatkan
kualitas beragama, mendalami filsafat Veda, dan tidak terbelenggu pada ritual
yang bertele-tele serta membuang jauh-jauh pola pikir dan perilaku yang
“meracuni” Agama Hindu, misalnya feodalisme dan fanatisme tradisi-tradisi
beragama yang menyimpang dari ajaran Veda.
Bila
konsep-konsep di atas dimengerti dan diterima sebagai suatu kebenaran “Sanatana
Dharma” maka generasi muda Hindu akan menemukan jati dirinya yang kokoh menuju
“Ajeg Hindu”. Mempertahankan eksistensi Hindu di dunia adalah suatu upaya
menyayangi dan memelihara semesta karena Tuhan dalam keyakinan Hindu adalah
semesta itu sendiri.
Ia
disebut oleh para Maha Rsi sebagai “Asta Aisvarya” (mempunyai delapan sifat
kekuasaan), yaitu:
- Anima: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat halus.
- Laghima: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat ringan.
- Mahima: sifat kekuasaan Tuhan yang luar biasa besarnya dan luasnya sehingga tidak terbatas oleh apapun juga.
- Prapti: sifat kekuasaan Tuhan yang dapat mencapai daerah manapun juga.
- Prakamya: sifat kekuasaan Tuhan yang kehendak-Nya selalu tercapai.
- Isitva: sifat kekuasaan Tuhan yang melebihi segala-galanya sehingga merajai alam semesta ini.
- Vasitva: sifat kekuasaan Tuhan yang sangat kuasa.
- Yatrakamavasayitva: sifat kekuasaan Tuhan yang kehendak dan kodrat-Nya tak ada yang dapat mengubah.
Kedelapan
sifat ini bersemayam pada-Nya yang dilambangkan sebagai Singhasana, meliputi
seluruh alam semesta, yang disebut sebagai Bhuwana Agung.
Tubuh
manusia adalah Bhuwana Alit di mana unsur-unsur pokok Bhuwana Agung dan
unsur-unsur pokok Bhuwana Alit adalah sama, yaitu meliputi Panca Mahabhuta,
yang terdiri dari: pertiwi (tanah), apah (air), bayu (angin), teja (matahari),
dan akasa (angkasa).
Pertiwi
di Bhuwana Alit adalah daging dan tulang, apah adalah darah dan air kencing,
bayu adalah paru-paru, teja adalah suhu badan dan sinar mata, dan akasa adalah
otak/ syaraf. Karena Bhuwana Agung identik dengan Bhuwana Alit, maka kecintaan
manusia pada dirinya sendiri adalah cermin kecintaannya juga pada alam semesta.
Filosofi seperti ini hanya terdapat dalam Veda.
Kecintaan
manusia pada semesta adalah kecintaan pada Tuhan. Pernyataan rasa cinta kepada
sesuatu yang lebih dihormati disebut Bhakti. Seseorang yang Bhakti kepada Tuhan
disebut sebagai Bhakta. Bhakti dibagi atas dua tingkat, yaitu Aparabhakti, dan
Parabhakti.
Aparabhakti
adalah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dipraktekkan oleh
mereka yang belum mempunyai tingkat kerohanian yang tinggi. Sedangkan
Parabhakti adalah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan
kerohaniannya sudah meningkat.
Aparabhakti
terlihat dari praktek ritual keagamaan sehari-hari, sedangkan Parabhakti tidak
dengan mudah terlihat, hanya dapat dirasakan oleh yang melaksanakannya secara
individu karena didorong oleh perasaan-perasaan halus:
- Kerinduan untuk bertemu dengan Sang Pencipta, melalui perenungan, meditasi, dan sembahyang biasa.
- Keinginan untuk berkorban secara ikhlas, dalam bentuk Drwya yadnya (dana-punia), Jnana yadnya (belajar/ mengajar), dan Tapa yadnya (mengendalikan diri).
Generasi
muda Hindu yang terpelajar dan senang menuntut ilmu menuju peningkatan kualitas
SDM, akan mendapatkan banyak manfaat bila menjalankan kewajibannya mengikuti
ajaran Veda, melalui Bhakti-marga.
Ia
tidak hanya menolong dirinya sendiri, tetapi juga turut menolong umat manusia
mencapai pencerahan dan mewujudkan mokshartam jagaditaya ca iti dharmah.
Tanpa
sengaja para Bhakta telah memperkenalkan Hindu sebagai satu-satunya jalan
menuju universalism, dan spiritualism Hindu telah membuktikan dirinya sebagai
rumah dari semua religiusitas yang murni. Ia menyampingkan sektarianism dan
terbuka menerima ide-ide, pemikiran baru, pemikiran ilmiah, dan eksperimen
sosial.
Generasi
muda Hindu di dunia telah banyak berbuat dalam konteks modernisasi dan
revitalisasi segala aspek kehidupan yang sumber-sumbernya dikembangkan dari
ajaran Veda.
Banyak
kepercayaan yang menjadi dasar-dasar srada Agama Hindu seperti reinkarnasi,
karmaphala, roh, dan moksha telah diterima secara luas oleh berbagai suku
bangsa dan berkembang menjadi keyakinan yang tak terbantah.
Umat
manusia sedunia sadar atau tidak sadar telah mengakui bahwa Veda menuntun umat
manusia dalam melakukan metoda interiosasi (pencarian ke dalam jiwa) yang
paling mudah dan cepat berhasil.
Tradisi-tradisi
beragama Hindu juga telah dipraktekkan di kalangan masyarakat menengah ke atas,
misalnya meditasi, yoga, dan hubungan guru dan murid (gurukulla).
Penjelajahan
antariksa, berbagai teknik pengobatan alternatif dan upaya menjaga kebugaran
tubuh, juga bersumber dari Veda. Demikian luasnya cakupan Veda karena Ia memang
diwahyukan Tuhan untuk kesejahteraan seluruh umat manusia.
Generasi
muda Hindu Nusantara hendaknya menyadari kemuliaan permata Veda yang tiada
tandingnya. Kita sudah memiliki-Nya, lalu tanyailah diri sendiri, apakah sudah
memanfaatkan-Nya untuk kesejahteraan kita?
Bila
jawabannya “belum” berarti kita harus banyak belajar, dan bila jawabannya
“sudah” maka andalah seorang Parabhakti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar