Pawiwahan Dewa Siwa Dengan Dewi Parwati
S atu sumber suci agama Hindu yang
sangat kaya dengan ajaran ketuhanan (Brahma Widya) adalah pustaka suci Purana.
Adapun pustaka suci purana yang dimaksud adalah Siwa Purana. Pustaka siwa
purana merupakan bagian dari pustaka suci Maha Purana yang jumlahnya delapan
belas buah purana. Sebagaimana diketahui pustaka suci Siwa Purana ada
menguraikan mengenai Dewa Siwa dan Dewi Parwati.
Dewa Siwa dan Dewi Parwati merupakan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, yang diyakini oleh umat Hindu, yang memiliki beragam kemahakuasaan yang bergelar Dewa Siwa serta memiliki kekuatan yang maha tinggi, yang bergelar Dewi Parwati. Diketahui bahwa Dewa Siwa adalah esa atau tunggal. Namun beliau memiliki banyak gelar atau nama. Sedangkan Dewi Parwati adalah seorang putri Himawan yang diyakini juga sebagai salah satu kekuatan (sakti) atau istri Dewa Siwa.
Sesuai pustaka suci Siwa Purana bahwa Dewa Siwa dan Dewi Parwati merupakan asal dari semua yang ada di dunia ini. Beliau merupakan pencipta segalanya. Beliau yang memberikan segala ciptaan-Nya suatu kekuatan untuk bisa eksis. Tanpa beliau, maka alam ini menjadi tanpa makna. Bisa saja alam beserta isinya menjadi makmur, subur, memberi manfaat serta berguna bagi segala kehidupan. Namun, pada sisi lain segala yang ada di dunia ini sesungguhnya tidak langgeng adanya.
Dewa Siwa dimuliakan oleh umat Hindu melalui pemujaan di tempat – tempat suci, seperti di mandir atau mandiram, pura, kuil, candi, parahyangan, sanggah, pemerajan, dan yang sejenisnya. Beliau diyakini oleh umat Hindu memiliki tempat yang mulia dinamai Siwalaya. Dalam keyakinan kuna, beliau berstana di Gunung Kailasa atau Gungung Himalaya yang ada di negeri Bharatiya atau di Jambhu Dwipa, yang pada jaman modern dikenal sebagai negara India. Akan tetapi, bagi umat Hindu di Indonesia, khususnya di Jawa, beliau diyakini bersthana di puncak gunung Semeru yang terletak di Senduro Jawa Timur. Namun umat Hindu di Bali berkeyakinan bahwa beliau bersthana di Puncak Gunung Agung, serta jika di pulau Lombok, beliau bersthana di puncak Gunung Rinjani.
Mengapa beliau bersthana di gunung atau giri (parwata)? Sesuai pustaka suci Siwa Purana bahwa beliau dipuja-puji oleh uamt Hindu dunia berupa lingga. Lingga merupakan lambang dari Dewa Siwa adalah gunung itu sendiri (giri atau parwata). Maka dari itu, gunung adalah tempat suci, tempat yang dikeramatkan oleh umat Hindu. Semua getaran atau vibrasi spiritual ataupun kemagisan tentang ketuhanan berpangkal dari beliau yang bersthana di gunung. Dalam kepercayaan tradisional di Bali misalnya, gunung juga tempat sthana para roh suci leluhur, karena itu umat Hindu juga meyakini gunung sebagai lingga sthana para leluhur yang telah suci yang bertujuan untuk memberikan penghormatan atau bhakti kehadapan leluhur yang telah suci dengan suatu upacara yang dinamai upacara nyegara gunung (laut dan gunung). Seperti dalam kenyataan, praktik keagamaan Hindu banyak dilakukan di segara Goa Lawah dan Pura Besakih, di segara Tanah Lot dan Pura Batukaru.
Dewa Siwa dan Dewi Parwati diyakini oleh Umat Hindu sesuai sumber suci purana memiliki putra bernama Karttikeya, Ganesa dan Hanoman. Kattikeya dikenal sebagai putranya yang pertama antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang juga sikenal dengan nama Skanda, yang memiliki keahlian untuk berperang, maka beliau juga dikenal sebagai dewa perang, sedangkan Ganesa dikenal sebagai dewa kebijaksanaan atau kearifan. Nama lain Ganesa dan Ghana atau Ghanapati. Beliau terkenal sebagai sumber kecerdasan, kearifan, kebijakan, memiliki kedisiplinan yang tinggi, serta taat kepada perintah ibunya, yakni Dewi Parwati. Beliau juga dikenal sebagai penyelamat dari mara bahaya. Tidak heran beliau digelari Wighneswara, yakni dewa dari segala kesulitan. Diyakini bahwa beliaulah sebagai penghalang dan penghalau segala kesulitan umat manusia di dunia ini.
Putra Dewa Siwa yang ketiga dengan Dewi Mohini (yang dilahirkan oleh Dewi Anjani istri raja monyet bernama Kesari) diyakini juga oleh umat Hindu yang bernama Hanoman. Siapakan Hanoman itu? Hanoman dikenal juga sebagai putra Dewa Bayu (Dewa Angin). Dalam jaman Rama, Hanoman dikenal sebagai penyelamat Dewi Sita, istri Sang Rama. Hanoman dan Sugriwa secara bersama-sama menjalin persahabatan baik dengan Sang Rama. Hanoman sebagai abdi yang setia dan mulia kepada Sang Rama memiliki ilmu sastra, intelektual yang tinggi, memahami segala ilmu pengetahuan serta menguasai bahasa sansekerta. Jika di Bharatiya, bahwa di mandir Hanoman sangat disucikan dan dimuliakan melalui sebuah patung Hanoman yang dilumuri minyak yang berwarna jingga yang diyakini sebagai dewanya kekuatan dan penjaga maupun sebagai penakluk semua roh jahat.
Dewa Siwa dan Dewi Parwati merupakan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, yang diyakini oleh umat Hindu, yang memiliki beragam kemahakuasaan yang bergelar Dewa Siwa serta memiliki kekuatan yang maha tinggi, yang bergelar Dewi Parwati. Diketahui bahwa Dewa Siwa adalah esa atau tunggal. Namun beliau memiliki banyak gelar atau nama. Sedangkan Dewi Parwati adalah seorang putri Himawan yang diyakini juga sebagai salah satu kekuatan (sakti) atau istri Dewa Siwa.
Sesuai pustaka suci Siwa Purana bahwa Dewa Siwa dan Dewi Parwati merupakan asal dari semua yang ada di dunia ini. Beliau merupakan pencipta segalanya. Beliau yang memberikan segala ciptaan-Nya suatu kekuatan untuk bisa eksis. Tanpa beliau, maka alam ini menjadi tanpa makna. Bisa saja alam beserta isinya menjadi makmur, subur, memberi manfaat serta berguna bagi segala kehidupan. Namun, pada sisi lain segala yang ada di dunia ini sesungguhnya tidak langgeng adanya.
Dewa Siwa dimuliakan oleh umat Hindu melalui pemujaan di tempat – tempat suci, seperti di mandir atau mandiram, pura, kuil, candi, parahyangan, sanggah, pemerajan, dan yang sejenisnya. Beliau diyakini oleh umat Hindu memiliki tempat yang mulia dinamai Siwalaya. Dalam keyakinan kuna, beliau berstana di Gunung Kailasa atau Gungung Himalaya yang ada di negeri Bharatiya atau di Jambhu Dwipa, yang pada jaman modern dikenal sebagai negara India. Akan tetapi, bagi umat Hindu di Indonesia, khususnya di Jawa, beliau diyakini bersthana di puncak gunung Semeru yang terletak di Senduro Jawa Timur. Namun umat Hindu di Bali berkeyakinan bahwa beliau bersthana di Puncak Gunung Agung, serta jika di pulau Lombok, beliau bersthana di puncak Gunung Rinjani.
Mengapa beliau bersthana di gunung atau giri (parwata)? Sesuai pustaka suci Siwa Purana bahwa beliau dipuja-puji oleh uamt Hindu dunia berupa lingga. Lingga merupakan lambang dari Dewa Siwa adalah gunung itu sendiri (giri atau parwata). Maka dari itu, gunung adalah tempat suci, tempat yang dikeramatkan oleh umat Hindu. Semua getaran atau vibrasi spiritual ataupun kemagisan tentang ketuhanan berpangkal dari beliau yang bersthana di gunung. Dalam kepercayaan tradisional di Bali misalnya, gunung juga tempat sthana para roh suci leluhur, karena itu umat Hindu juga meyakini gunung sebagai lingga sthana para leluhur yang telah suci yang bertujuan untuk memberikan penghormatan atau bhakti kehadapan leluhur yang telah suci dengan suatu upacara yang dinamai upacara nyegara gunung (laut dan gunung). Seperti dalam kenyataan, praktik keagamaan Hindu banyak dilakukan di segara Goa Lawah dan Pura Besakih, di segara Tanah Lot dan Pura Batukaru.
Dewa Siwa dan Dewi Parwati diyakini oleh Umat Hindu sesuai sumber suci purana memiliki putra bernama Karttikeya, Ganesa dan Hanoman. Kattikeya dikenal sebagai putranya yang pertama antara Dewa Siwa dan Dewi Parwati, yang juga sikenal dengan nama Skanda, yang memiliki keahlian untuk berperang, maka beliau juga dikenal sebagai dewa perang, sedangkan Ganesa dikenal sebagai dewa kebijaksanaan atau kearifan. Nama lain Ganesa dan Ghana atau Ghanapati. Beliau terkenal sebagai sumber kecerdasan, kearifan, kebijakan, memiliki kedisiplinan yang tinggi, serta taat kepada perintah ibunya, yakni Dewi Parwati. Beliau juga dikenal sebagai penyelamat dari mara bahaya. Tidak heran beliau digelari Wighneswara, yakni dewa dari segala kesulitan. Diyakini bahwa beliaulah sebagai penghalang dan penghalau segala kesulitan umat manusia di dunia ini.
Putra Dewa Siwa yang ketiga dengan Dewi Mohini (yang dilahirkan oleh Dewi Anjani istri raja monyet bernama Kesari) diyakini juga oleh umat Hindu yang bernama Hanoman. Siapakan Hanoman itu? Hanoman dikenal juga sebagai putra Dewa Bayu (Dewa Angin). Dalam jaman Rama, Hanoman dikenal sebagai penyelamat Dewi Sita, istri Sang Rama. Hanoman dan Sugriwa secara bersama-sama menjalin persahabatan baik dengan Sang Rama. Hanoman sebagai abdi yang setia dan mulia kepada Sang Rama memiliki ilmu sastra, intelektual yang tinggi, memahami segala ilmu pengetahuan serta menguasai bahasa sansekerta. Jika di Bharatiya, bahwa di mandir Hanoman sangat disucikan dan dimuliakan melalui sebuah patung Hanoman yang dilumuri minyak yang berwarna jingga yang diyakini sebagai dewanya kekuatan dan penjaga maupun sebagai penakluk semua roh jahat.
Selanjutnya mengenai Dewi Parwati adalah putri dari Himawan yang memiliki kekuasaan di Pegunungan Himalaya atau Gunung Kailasa. Dewi Parwati juga dikenal bernama Sati atau Uma atau Girija yang berarti putri gunung. Dewi Girija sangat tekun memuja dan memuliakan Dewa Siwa di kuil atau mandir Siwa yang selanjutnya bersuamikan dewa dari para dewa, yakni Dewa Siwa. Kisah awalnya, Dewa Siwa melakukan tapanya (tapasya) di Gunung Kaliasa dan ketika itu Dewi Parwati sangat tekun melakukan pemujaan dengan berbagai bunga-bungaan serta harum-harum. Ketika itu, Dewa Siwa yang tapanya sedang memuncak tetap diagungkan oleh Dewi Parwati. Saat itu, rupanya Dewa Siwa tahu tujuan Dewi Parwati, maka berubah wujudlah Dewa Siwa menjadi Sang Brahmana yang tampan sambil menggodanya. Ketika itu, sedikitpun Dewi Parwati tidak tergoda atas rayuan Sang Brahmana itu. Tahu akan ketulusan hati Dewi Parwati memuja Dewa Siwa, maka kembalilah beliau dalam wujud aslinya. Akhirnya, Dewa Siwa menerima Dewi Parwati. Beliau kemudian menghadap keapada ayah dan ibunya (Himawan dan Maina) untuk menjadi saksi dalam pawiwahan antara Dewa Siwa dengan Dewi Parwati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar