Senin, 22 Oktober 2018

Seks : KUTUKAN atau KARUNIA

Apakah seks suatu kutukan atau karunia ? Apakah seks suatu kejahatan (evil) atau kebajikan (virtue)? Agama memiliki pandangan berbeda mengenai hal ini. Agama Hindu dengan tegas menyatakan seks (kama) sebagai satu dari empat tujuan hidup manusia, yang disebutPurusharta. Tiga tujuan yang lain adalah “DHARMA“, hidup bermoral, “ARTHA“, harta kekayaan material, dan “MOKSHA”  bersatunya atman dengan Brahman(Tuhan). Seks sendiri memiliki dua tujuan: tujuan antara (prokreasi) dan tujuan dalam dirinya sendiri, yaitu untuk kenikmatan seks itu sendiri (rekreasi). Seks di sini bukan suatu kejahatan (evil) tetapi suatu karunia atau keutamaan (virtue).
Konsep penciptaan di dalam Hindu, sesuai dengan filsafat Samkya adalah perjumpaan antara purusa danpredana, dari sini alam semesta beserta isinya lahir melalui proses panjang. Suatu filsafat penciptaan yang lebih sesuai dengan teori evolusi. Keberadaan manusia di dunia ini bukan karena terlempar atau dilemparkan oleh Tuhan dari sorga, akibat kesalahan wanita. Di dalam WEDA Tuhan tidak saja dipuja sebagai Bapak, tetapi juga sebagai Ibu, seperti Ibu Pertiwi, Dewi Ibu (Mother Goddness ). Perempuan dan lelaki memiliki kedudukan sederajat ( Ardhanaraswari ). Perempuan tidak dianggap penggoda moral, yang seluruh tubuhnya dianggap pembangkit nafsu birahi seperti – maaf –vagina, karena itu harus ditutupi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Seks Dalam Agama Hindu.
Di dalam agama Hindu, ada dua aliran pemikiran tentang seks yang saling berlawanan. Aliran pemikiran pertama memandang seks secara negatif dipimpin olehBhagawan Wararucci dengan bukunya Sarasamuccaya. Aliran pemikiran kedua memandang seks secara positif dipimpin oleh Bhagawan Vatsyayana dengan bukunyaKama Sutra.
Wararucci antara lain mengatakan : “Ada satu alat pada tubuh si wanita, sangat menjijikkan dan sangat kotor; mestinya dibenci, dan dijauhi. Yaitu kulit yang berukuran sebesar kaki kijang. Di tengah-tengah kulit itu terdapat luka yang menganga yang tidak sembuh, yang menjadi saluran jalan air seni, penuh berisi keringat dan segala macam kotoran; itulah yang membuat orang bingung di dunia ini, kegila-gilaan, buta dan tuli karenanya “.Sarasamuccaya: 424-442 (stri/wanita)
Di tempat lain ia mengatakan betapa beruntungnya lahir sebagai manusia. Bagaimana bisa menusia lahir bila tidak melalui seks, dan bila tidak ada perempuan? Banyak orang menafsirkan bahwa pandangan Wararuccitentang seks disebabkan karena ia adalah seorangsanyasin, seorang yang sudah sepenuhnya di jalan spiritual. Dan pandangannya ini ditujukan kepada para sanyasin lain yang sama seperti dirinya.
Sebaliknya Vatsyayana menyatakan “Seksualitas adalah penting bagi kehidupan manusia, seperti makanan perlu untuk kesehatan badan, dan atas mereka bergantung dharma dan artha”
Kama adalah salah satu dari empat tujuan hidup, di samping DHARMA, ARTHA dan MOKSHA. ” Kama Sutrabukanlah karya pornografi. Ia adalah studi sistematik dan tidak berat sebelah mengenai salah satu aspek esensial dari keberadaan kita. Pertama dan utamanya, ia adalah satu gambar dari seni kehidupan khususnya seksualitas pada tubuh wanita, bagi warga kota yang beradab dan canggih, memenuhi tataran cinta, erotisme dan kenikmatan hidup, sejajar dengan risalah di bidang politik, ekonomi dan etik, Dharma Sastra dan Artha Sastra ” . ( Alain Danielou – The Complete Kama Sutra Park Street Press).
Di dalam Kama Sutra seks seolah-olah diberikan kebebasan tanpa batas, Di sini seks memang dieksploitasi secara luas dari segala kemungkinannya. Tetapi Kama Sutra juga mengatakan ” Seseorang tidak dapat memberikan dirinya kesenangan tanpa batasan. Aktivitas seseorang harus dikoordinasikan dengan memperhatikan Dharma dan Artha “. “Orang yang cabul adalah sia-sia, ia mengalami penghinaan, tidak menimbulkan kepercayaan dan mengundang cemohan orang. Mereka yang memanjakan dirinya dengan seks secara berlebihan menghancurkan dirinya sendiri dan juga hubungan-hubungan mereka “.
Kama harus diletakkan dalam bingkai Dharma dan Moksha. “Tiga tujuan pertama ( Dharma, Artha dan Kama ) tidak hanya dikejar demi kesenangan yang mereka berikan, tetapi juga demi pertumbuhan spiritual, menggabungkannya dengan tujuan keempat (Moksha) menjamin tiga tujuan pertama tidak dikejar secara tidak etis atau berlebihan, dan menyesuaikan seluruh kehidupan dan banyak kesenangannya dengan kesenangan tak terbayangkan dari pencerahan.” (Roger Walsh – Essential Spirituality )
Berbagai teknik percumbuan dan hubungan seksual dalam Kama Sutra ditujukan kepada laki-laki dan perempuan. Dengan menguasai teknik-teknik itu secara baik, kedua pasangan akan mencapai kepuasan. Jadi perempuan bukan sekedar sawah yang dapat digarap oleh laki-laki sesuka hatinya sendiri… Tujuan Kama Sutra adalah untuk menjamin kepuasan maksimal bagi suami istri, sehingga mereka dapat memelihara kasih sayang dan kesetiaan dalam berumah tangga mereka. Dan karena itu tidak mencari yang lain (selingkuh – admin).
Seks diciptakan agar manusia saling membutuhkan satu sama lain. Saling berkomunikasi satu sama lain. Saling mencintai. Dan untuk belajar rendah hati. Supaya dapat menikmati seks, kita perlu untuk dipersatukan dengan manusia yang lain untuk secara fisik menjadi cukup dekat bagi pemuasan seksual. Kita perlu mengatasi keangkuhan kita untuk membuat teman, untuk menjadi baik, romantis. Seks mengajari kita kerendahan hati !Kita harus memberi untuk menerima kasih sayang, dan kita perlu saling membantu satu sama lain. Seks mengajarkan tanpa-keserakahan, cinta dan kemurahan hati.
Seks Adalah Sesuatu Yang Alamiah.
Narasi dan simbolisasi seks dalam agama Hindu dilakukan dengan bebas dan penuh rasa hormat. Gambar-gambar wanita dengan dada subur yang terbuka, relief-relief tentang hubungan seks dipahatkan di candi-candi, dipandang secara wajar. Patung-patung itu memang tidak dibuat untuk merangsang nafsu rendah manusia. Itu adalah symbol penciptaan dan pemeliharaan. Orang-orang Hindu memandang seksualitas, tanpa kecurigaan atau ketakutan. Para  lelaki Hindu tidak memandang seksualitas pada tubuh wanita sebagai godaan bagi kesehatan moral mereka. Mereka tidak boleh melemparkan kesalahan kepada orang lain atas tindakan yang dilakukannya akibat kelemahan atau ketidakmampuan moralnya sendiri. Seks tidak dibebani dengan konsep negatif seperti dosa atau penggodaan. Kama tidak pernah dipandang sebagai suatu yang kotor.
Erotisme dan sensualitas adalah kodrat manusia. Erotisme dan sensualitas mengafirmasi kehidupan, karena melalui seks kehidupan manusia terus berlanjut di muka bumi ini. Seks yang baik akan melahirkan generasi yang baik. Oleh karena itu perilaku seksual harus di atur oleh Dharma atau moral. DHARMA dan moral menuntut pengendalian diri, atau Sedhana. Yoga bahkan memberi jalan bagi sublimasi seksual menjadi energi spiritual. Jadi seks di samping baik harus juga benar.
Dalam pandangan Hindu perempuan bukan sumber dosa, setumpuk daging yang hanya berfungsi membangkitkan nafsu seksual laki-laki, atau pabrik untuk melahirkan anak-anak, tetapi partner sejajarnya untuk membagi cinta kasih dan melahirkan generasi demi generasi.
Sumber bacaan buku ” Tuhan Agama dan Negara “ oleh Ngakan Made Madrasuta penerbit Media Hindu.

Sabtu, 13 Oktober 2018

SARASWATI

MAKNA DAN INTI PERAYAAN HARI RAYA SARASWATI

Hari raya Saraswati adalah hari yang penting bagi umat hindu, khususnya bagi siswa sekolah dan penggelut dunia pendidikan karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci kepada umat manusia untuk kemakmuran, kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan keberadaban umat manusia. Hari raya Saraswati diperingati setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari Saniscara Umanis wuku Watugunung.

Di hari Saraswati biasanya pagi2 para siswa sekolah sudah sibuk mempersiapkan upacara sembahyang di sekolah masing2, sehabis itu biasanya para siswa melanjutkan sembahyang ke pura2 lainnya. Dan pura yang menjadi paforit adalah pura Jagatnatha yang ada dipusatkota. Di sekolah, di pura, di rumah maupun di perkantoran semua buku, lontar, pustaka2 dan alat2 tulis di taruh pada suatu tempat untuk diupacarai.Adamitos pada hari Saraswati tidak diperbolehkan untuk menulis dan membaca lho…

Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya.

Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.

Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kin membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan veena atau bermudra memberkahi.

Makna dan simbol-simbol ini adalah:

1. Berkulit putih, bermakna: sebagai dasar ilmu pengetahuan (vidya) yang putih, bersih dan suci.

2. Kitab/pustaka ditangan kiri, bermakna: Semua bentuk ilmu dan sains yang bersifat se-kular. Tetapi walaupun vidya (ilmu pengetahuan spiritual) dapat mengarahkan kita ke moksha, namun avidya (ilmu pengetahuan sekular jangan diabaikan dulu). Seperti yang dijelaskan Isavasya-Upanishad: “Kita melampaui kelaparan dan da-haga melalui avidya, kemudian baru melalui vidya meniti dan mencapai moksha.”

3. Veena, bermakna : seni, musik, budaya dan suara AUM. Juga merupakan simbol keharmonisan pikiran, budhi, kehidupan dengan alam lingkungan.

4. Akshamala/ganatri/tasbih di tangan kanan, bermakna: Ilmu pengetahuan spiritual itu lebih berarti daripada berbagai sains yang bersifat secular (ditangan kiri). Akan tetapi bagaimanapun pentingnya kitab-kitab dan ajaran berbagai ilmu pengetahuan, namun tanpa penghayatan dan bakti yang tulus, maka semua ajaran ini akan mubazir atau sia-sia.

5. Wajah cantik jelita dan kemerah-merahan, bermakna: Simbol kebodohan dan kemewahan duniawi yang sangat memukau namun menye-satkan (avidya).

6. Angsa (Hamsa), melambangkan: Bisa me-nyaring air dan memisahkan mana kotoran dan mana yang bisa dimakan, mana yang baik mana yang buruk, walaupun berada di dalam air yang kotor dan keruh maupun Lumpur, (simbol vidya).

7. Merak , bermakna: berbulu indah, cantik dan cemerlang biarpun habitatnya di hutan. Dan ber-sama dengan angsa bermakna sebagai wahana (alat, perangkat, penyampai pesan-pesan-Nya).

8. Bunga Teratai/Lotus, bermakna: bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan bunga yang in-dah walaupun hidupnya di atas air yang kotor.

Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai

Widhi widhana (bebanten = sesajen) terdiri dari peras daksina, bebanten dan sesayut Saraswati, rayunan putih kuning serta canang-canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku (samba = gelas), air suci bersih dan bija (beras) kuning.

Pemujaan / permohonan Tirtha Saraswati dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air, bija, menyan astanggi dan bunga.

Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.
Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram “Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami“.
Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
Ambil beras kuning dengan mantram : “Om, kung kumara wijaya Om phat“.
Masukkan kedalam sesangku.
Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram:
Mantra Artinya
Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam. Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.
Om, Pranamya sarwa dewanca
para matma nama wanca.
rupa siddhi myaham. Om, kami selalu bersedia menerima restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang mempunyai tangan kuat. Saraswati yang berbadan suci mulia.
Om Padma patra wimalaksi
padma kesala warni
nityam nama Saraswat. Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang indah bercahaya. Dewi yang selalu indah bercahaya, kami selalu menjungjungMu Saraswati.
Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam sangku. Sekian mantram permohonan tirta Saraswati. Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan, kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.
Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram:
Om, Saraswati sweta warna ya namah.
Om, Saraswati nila warna ya namah.
Om, Saraswati pita warna ya namah.
Om, Saraswati rakta warna ya namah.
Om, Saraswati wisma warna ya namah.
Kemudain dilakukan penghaturan (ngayaban) banten-banten kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati
Selanjutnya melakukan persembahyangan 3 kali ditujukan ke hadapan :
Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya sebagai Çiwa Raditya).
Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya sebagai Tri Purusa)
Dewi Saraswati.
Ucapkan mantra berikut:
Mantramnya Artinya
Om, adityo sya parajyote rakte tejo namastute sweta pangkaja madyaste Baskara ya namo namah.
Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya nama swaha. Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-sinar merah yang utama. Putih Iaksana tunjung di tengah air, Çiwa Raditya yang mulia.
Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan akhir selalu dipuja.
Om, Pancaksaram maha tirtham, Papakoti saha sranam Agadam bhawa sagare. Om, nama Çiwaya. Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci. Jernih pelebur mala, beribu mala manusia olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.
Om, Saraswati namostu bhyam,
Warade kama rupini,
Siddha rastu karaksami,
Siddhi bhawantume sadam. Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan maha mulia, semoga kami dilindungi sesempurna-sempurnanya, semoga selalu kami dilimpahi kekuatan.
Sesudah sembahyang dilakukan metirtha dengan cara-cara dan mantram-mantram sebagai berikut :

Meketis3 kali dengan mantram:
Om, Budha maha pawitra ya namah.
Om, Dharma maha tirtha ya namah.
Om, Sanghyang maha toya ya namah.
Minum 3 kali dengan mantram:
Om, Brahma pawaka.
Om, Wisnu mrtta.
Om, Içwara Jnana.
Meraup3 kali dengan mantram :
Om, Çiwa sampurna ya namah.
Om, Çiwa paripurna ya namah.
Om, Parama Çiwa suksma ya namah.
Terakhir melabahan Saraswati yaitu makan surudan Saraswati sekedarnya, dengan tujuan memohan agar diresapi oleh wiguna Saraswati
MAKNA PEMUJAAN KEPADA DEWI SARASWATI.

Pada masyarakat awam bertanya apa maksud menyembah dewa-dewa atau dewi-dewi melalui simbol-simbol atau patung, gambar dan sebagai-nya? Padahal Tuhan hanya satu, kenapa ada ba-nyak dewa atau dewi?

Dewa berasal dari kata”div” yaitu sinar/pan-caran. Pengertiannya adalah bahwa Tuhan itu adalah satu, tapi mempunyai aspek-aspek de-ngan pancaran sinar-Nya (Nur Illahi) yang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. ang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. Pada saat menciptakan disebut Brahma, saat memelihara disebut Wishnu, dan saat pendaurulang disebut Shiwa, dan sebagainya. Tapi sebenarnya Brahma, Wishnu, Shiva adalah satu (Trimurti).

Paradewa ini mempunyai pendamping (Shak-ti), yaitu: Brahma shakti-Nya Saraswati, Wishnu shakti-Nya Lakshmi dan Shiwa shakti-Nya Parvati (Durga). Disini Dewi Saraswati sebagai aspek Tuhan Yang Maha Esa pada saat menganugrah-kan/munurunkan ilmu pengetahuan (vidya), ke-cerdasan, ucapan, musik, budaya dan seba-gainya. Demikian pula dijabarkan dalam konsep Gayatri yang terdiri dari tiga aspek, yaitu: Saras-wati menguasai ucapan/tutur kata, Gayatri me-nguasai intelek/budhi dan savitri yang menguasai prana/nafas.

Jadi makna pemujaan Dewi Saraswati adalah memuja dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memfokuskan pada aspek Dewi Sa-raswati (simbol vidya) atas karunia ilmu penge-tahuan yang di karuniakan kepada kita semua, sehingga akan terbebas dan avidyam (kebodoh-an), agar dibimbing menuju ke kedamaian yang abadi dan pencerahan sempurna.

Setelah Saraswati puja selesai, biasanya dilakukan mesarnbang semadhi, yaitu semadhi ditempat yang suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk dengan tujuan menernukan pencerahan Ida Hyang Saraswati

Puja astawa yang disiapkan ialah : Sesayut yoga sidhi beralas taledan dan alasnya daun sokasi berupa nasi putih daging guling, itik, raka-raka sampian kernbang payasan. Sesayut ini dihaturkan di atas tempat tidur, dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang Aji Saraswati.

Keesokan harinya dilaksanakan Banyu Pinaruh, yakni asuci laksana dipagi buta berkeramas dengan air kumkuman. Ke hadapan Hyang Saraswati dihaturkan ajuman kuning dan tamba inum. Tamba inum ini terdiri dari air cendana, beras putih dan bawang lalu diminum, sesudahnya bersantap nasi kuning garam, telur, disertai dengan puja mantram:

Om, Ang Çarira sampurna ya namah swaha.
Semua ini mengandung maksud, mengambil air yang berkhasiat pengetahuan.

MAKNA DARI PERAYAAN DEWI SARASWATI.

Dari perayaan ini kita dapat mengambil hik-mahnya, antara lain:

1. Kita harus bersyukur kepada Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua.

2. Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebe-naran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi.

3. Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah nirwana.

4. Kita belajar dan angsa untuk menjadi orang yang lebih bijaksana. Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang keruh/kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti buruk merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan.

5. Kita masih memerlukan/mempelajari ilmu pengetahuan dan sains yang sekuler, tetapi harus diimbangi dengan ilmu spiritual dengan peng-hayatan dan bakti yang tulus.

6.Laksanakan Puja/sembahyang sesuai de-ngan kepercayaannya masing-masing secara sederhana dengan bakti yang tulus/ihlas, bisa dirumah, kuil, atau pura dan lain-lain.