Senin, 15 Juli 2013

Seni Memimpin

MANAJEMEN KODOK & KONSEP HASTA BRATA

Indonesia berada di ambang kebingungan, hal ini dapat dilihat dari minimnya pemimpin bangsa yang siap menahkodai Perahu Indonesia ini dan menjadikannya sebagai Negara Indonesia Raya, yang bermartabat dan sejahtera. Keminiman ini terjadi karena hampir semua Lini managemen dan system partai mengalami Budaya kepemimpinan yang disebut “MANAGEMEN KEPITING” sebuah konsep KEPEMIMPINAN yang tidak pernah membuat pimpinannya sukses bersama teamnya, karena adanya konsep saling Tarik Menarik sehingga semua orang yang berada dalam team gagal maju atau menjadi pemimpin yg sukses secara global. Dan Menegemen Kepiting ini adalah budaya kepemimpinan masa lalu, Tapi sekarang di Era Reformasi ada sebuah konsep kepemimpinan baru yang di sebut MANAGEMENT KODOK. Jika kepiting hanya sebatas tarik menarik saja, tapi dalam konsep management Kodok, tidak ada istilah tarik menarik, Melainkan lebih sadis dan tidak Kompromi (one man show). Ada 3 sistem yang dilakukan dalam strategi Manajemen Kodok ini, yaitu : Menarik teman yang berada diatas, Mendorong dan mensikut teman yang sejajar / berada di samping, menendang teman yang berada di bawah. Siapapun temannya yang ingin naik keatas akan ditarik kebawah sehingga tidak ada teman lain yang dibiarkan melebihi dirinya. Teman yang diposisi sejajar / se-level akan di dorong / Sikut kekanan dan kekiri agar berada lebih jauh dari posisi yang diembannya. Kemudian kepada teman yang berada di posisi bawah, yang ingin merubah nasib dan meraih jabatan yang lebih baik akan di tendang agar tidak bisa naik ke atas. Inilah konsep manajemen kodok, yang di philosophy-kan dari gaya kodok yang berenang. Ini kenyataan alami yang sedang terjadi di berbagai organisasi masyarakat dan partai politik di Indonesia bahkan di dunia.

Untuk itu marilah kita menumbuh kembangkan jiwa satria. Seorang satria akan mendukung siapapun yang sudah terpilih dan menghargai orang tersebut dalam menjalankan tugasnya dalam memimpin. Seorang satria akan berlaku sebaliknya dari manajemen kodok tersebut. Seorang satria akan ikut membantu mendorong teman yang berada di atas agar tetap dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Akan merangkul teman yang berada sejajar dengan nya agar bisa bersama-sama belajar untuk suatu hal yang lebih baik. Serta akan mengangkat teman yang berada di bawah agar bisa naik untuk mengejar cita-citanya. Konsep inilah yang harus diterapkan bagi para pemimpin kita, serta segenap unsur masyarakat. Jika hal ini bisa diterapkan maka harmonisasi dan kedamaian, tidak akan hanya menjadi dambaan melainkan akan menjadi kenyataan.

Sikap Kesatria ini dalam Hindu dikenal dengan nama HASTA BRATA. Hasta Brata yang dimaksud adalah :
1. Bersifat seperti SURYA / Matahari, mengayomi dan melindungi adalah sifat kebijaksanaan yang harus dimiliki seorang pemimpin.
2. Bersifat seperti Candra / Bulan, Sifat Bulan yang halus, rendah hati, serta halus, memberikan kebahagiaan dan kenyamanan bagi setiap insan.
3. Bersifat seperti Kartika / Bintang, sifat Bintang yang tegas, tak mudah tergoda, serta percaya diri dan apa adanya, merupakan simbol kejujuran dalam diri seorang kesatria.
4. Bersifat seperti Angkasa / Awan, sifat Awan yang adil dan melindungi merupakan simbol keharmonisan yang harus ada pada diri seorang pemimpin.
5. Bersifat seperti Maruta / Angin, sifat Angin yang selalu berhembus memberikan kesejukan, namun dapat membuat badai yang besar merupakan simbol bahwa seorang pemimpin harus berada pada posisi apa adanya dan pada porsinya. Kapan harus bertindak sebagai seorang yang membimbing dan kapan harus bertindak sebagi seorang yang menghukum.
6. Bersifat seperti Samodra / Laut, sifat laut/Air yang begitu indah dan membawa kenyamanan, adalah simbol penawar segala kesusahan.
7. Bersifat seperti Dahana / api, sifat Api yang bertindak tegas tak pandang bulu, sabar, ramah, namun dapat marah. Merupakan simbol kedewasaan berfikir yang harus dimiliki seorang pemimpin.
8. Bersifat seperti Pratala / Bumi, sifat Bumi yang dermawan dan memberi kehidupan dan rela berkorban, adalah simbol pengayoman seorang pemimpin terhadap rakyatnya.
Demikianlah konsep-konsep ini hendaknya menjadi landasan bagi umat manusia dalam memimpin sehingga harmonis dalam hubungan dengan Manusia, Alam, dan Tuhan dapat tercapai.

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar