Dewata Nawa Sanga - Penguasa 9 Penjuru Mata Angin
Dewata Nawa Sanga tidak sama dengan
Sang Hyang Widh. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Hyang Widhi (Tuhan)
yang memberikan kekuatan suci untuk kesempurnaan hidup mahluk. Dewa berasal
dari bahasa Sansekerta “div” yang artinya sinar. Dewa adalah perwujudan sinar
suci dari Hyang Widhi (Tuhan) yang memberikan kekuatan suci untuk kesempurnaan
hidup mahluk. Dewa berasal dari bahasa Sansekerta “div” yang artinya sinar.
Istilah Deva sebagai mahluk Tuhan adalah karena Deva dijadikan ( dicipta-kan )
sebagaimana dukemukakan di dalam kitab Reg Veda X. 129.6. Dengan
diciptakan ini berarti Deva bukan Tuhan melainkan sebagai semua mahluk Tuhan
yang lainnya pula, diciptakan untuk maksud tujuan tertentu yang mempunyai sifat
hidup dan mempunyai sifat kerja ( karma ) .
Disamping pengertian di atas, dalam Reg
Veda VIII.57.2, dijelaskan pula tentang banyaknya jumlah Deva yaitu
sebanyak 33 yang terdapat di tiga ( 3 ) alam ( mandala ) . Ketigapuluh tiga
Deva tersebut terdiri dari 8 Vasu ( Basu ), 11 Rudra, 12 Aditya, Indra dan
Prajapati.
Berikut ini adalah nama dan makna
menurut Upanishad Brihadaranyaka dan itihasa Mahabharata, Kedelapan Vasu
tersebut adalah :
- Agni ( dewa api - "Panas api" ), atau Anala (juga disebut Agni) yang bermakna "Hidup"
- Prthivi ( dewa tanah - "Bumi" ), atau Dhara yang bermakna "Dukungan"
- Vayu ( dewa angin - "Angin" ), atau Anila yang bermakna "Angin"
- Dyaus ( dewa langit - "Langit" ), atau Prabhasa yang bermakna "Bersinar fajar"
- Aditya ( dewa matahari - "Abadi", nama yang sangat umum untuk matahari adalah Surya ), atau Pratyūsha yang bermakna "Pra-fajar", yaitu senja pagi, tetapi sering digunakan hanya berarti "cahaya"
- Savitra ( dewa antariksa - "Ruang" ), atau Ha yang bermakna "Meresapi"
- Chandramas ( dewa bulan - "Bulan" ), atau Soma yang bermakna "Soma-tanaman", dan nama yang sangat umum untuk bulan
- Nakstrani ( dewa bintang - "Bintang" ), atau Dhruva yang bermakna "Bergerak", nama Polestar
Rudra sebagai salah satu aspek
Deva-deva, merupakan unsur hidup dan kehidupan yang disebut sebagai Rudra
prana. Kesebelas Rudras yang mengatur alam semesta (buana agung dan buana
alit), diantaranya Kapali, pingala, Bima, Virupaksha, Vilohita, Shasta,
Ajapada, Abhirbudhnya, Shambu, Chanda, dan Bhava.
- Kapali menunjukkan tulang (dinyatakan dalam istilah feminin) atau cangkir / mangkuk yang digunakan untuk menyimpan makanan. Dengan kata lain bisa disebut sebagai kepala perempuan atau penyedia perempuan. Ini menunjukkan kekuatan Rudra tertanam jauh di dalam Amba.
- Pingala menunjukkan api coklat kemerahan. Ini adalah api yang dimulai di Amba bawah pengaruh Purusha
- Bima menunjukkan kekuatan, kuat hebat dan luar biasa. Ini adalah gaya Prana (Angkatan Kuat atau gluon dalam istilah modern) yang terbentuk api di Amba,
- Virupa-aksha menunjukkan multi-lipat, multi-warna mata. Ini adalah Aksi / Caksu kekuatan ( tenaga lapangan) yang berasal dari Amba,
- Vilohita menunjukkan kekuatan merah tua. Merah menunjukkan jarak jauh. Ini adalah Higgs kekuatan-bidang yang memiliki jangkauan panjang dengan intensitas rendah (Higgs lapangan)
- Abhirbudnya menunjukkan sesuatu yang di kedalaman atau jauh di dalam inti. Ini adalah Getaran yang menyebabkan senar terbentuk pada Amba bergetar seperti partikel Core (Baryon),
- Shasta menunjukkan untuk menahan, mengendalikan, perintah atau perintah. Ini adalah getaran yang menyebabkan senar terbentuk pada Amba terlihat seperti partikel tersembunyi, yang merupakan 'Mana' Partikel (meson)
- Ajapada menunjukkan kambing berkaki. Ini adalah getaran yang menyebabkan senar terbentuk pada Amba untuk menjauh dan membentuk partikel Satelit (lepton) dengan Getaran yang berbeda. Ini adalah kekuatan yang membawa dalam Apana (mengusir kekuatan atau Angkatan Lemahnya boson W dan Z) dan memulai proses dari Peluruhan Radio-aktif yang tidak lain adalah kematian. Hal ini disebut sebagai kambing berkaki dengan kekuatan atom bisa dibentuk dengan penta / struktur heksagonal. (Orbit elips beberapa partikel satelit sekitar partikel inti membentuk struktur kaki berbentuk kambing)
- Bhava menunjukkan datang ke keberadaan atau kelahiran. Ini adalah getaran yang menyebabkan ziznam.
- Chanda menunjukkan memikat atau mengundang. Ini adalah getaran yang menyebabkan Reta yang berarti aliran bergerak atau mengalir.
- Shambu menunjukkan mempertemukan atau bertemu atau bergabung. Ini adalah getaran yang menyatukan ziznam, reta dan Apa dan menyediakan platform untuk hidup,
Semua makhluk biologis memiliki
dimensi kesembilan, kesepuluh dan kesebelas, di alam semesta Ruang. Medan gaya
yang hadir di ruang mana-mana (yang berasal dari Amba) mendorong proses
penciptaan protein, medium asam dan basa menengah yang memulai proses kehidupan
biologis. Bidang ini berlaku dapat dipahami sebagai mewujudkan sebagai kondisi
lingkungan untuk evolusi kehidupan biologis (untuk misalnya, suhu air dll) di
seluruh alam semesta untuk membuat protein, asam dan basa.
rerajahan
dewata nawa sanga
|
Adapun Deva -deva yang lainnya yaitu
Aditya dilambangkan sebagai hukum tertinggi, sebagai pengatur alam semesta di
bawah kekuasaan Tuhan. Selain sifat – sifat Deva dia atas dalam Reg Veda
X.36.14 , dijelaskan pula bahwa fungsi Deva adalah sebagai DIKPALA,
yaitu penguasa atas penjuru mata angin ( arah ) .
Dasar pemikiran ini bersumber pada
pengertian bahwa Tuhan Maha Ada, sebagai hakekat yang memenuhi ruang dan waktu.
Atas dasar pola pemikiran di atas timbul pula konsep – konsep baru tentang
hubungan Deva-deva dengan penjuru arah mata angin dan membaginya menjadi
sembilan sesuai dengan arah mata angin yang biasa. Namun menjadi sebelas
dimasukkan zenit dan nadir . Kesembilan arah mata angin tersebut secara rinci
diuraikan dalam pembahasan berikut.
Dewa juga ciptaan Tuhan yang
berfungsi untuk mengendalikan alam semesta. Dewa-dewa dihubungkan dengan
aspek-aspek tertentu dan khusus dari phenomena yang ada di alam semesta ini.
Setiap aspek dikuasai oleh satu Dewa tertentu dengan ciri-ciri dan lambang yang
khusus.
Masing-masing Dewa memiliki sakti
yang tidak terpisahkan darinya, seperti halnya suami istri, karena Dewa tidak
dapat melakukan tugas sesuai fungsinya apabila tidak dengan saktinya. Sehingga
jika Dewa diwujudkan dalam bentuk laki-laki, maka saktinya diwujudkan dalam
bentuk wanita, maka dengan perpaduan Dewa (Purusa) dan Sakti (Pradana) tugasnya
dapat dilakukan sesuai fungsinya.
Dalam Hinduism, sebagai sinar suci
atau manifestasi Tuhan yang menguasai, menjaga alam semesta, Dewa juga
dilengkapi dengan senjata, kendaraan dan juga diwujudkan dalam bentuk simbol atau
aksara.
Misalnya Sang Hyang Widhi dalam
manifestasinya sebagai Tri Murti yaitu :
- Dewa Brahma dengan saktinya Dewi Saraswati, kendaraannya Angsa, senjatanya Danda/Gada dengan aksara suci “Ang”
- Dewa Wisnu dengan saktinya Dewi Sri (Laksmi), kendaraannya burung Garuda, senjatanya Cakra dengan aksara suci “Ung”
- Dewa Siwa dengan saktinya Dewi Durga (Uma), kendaraannya Lembu, senjatanya Padma dengan aksara suci “Mang”
Semua perwujudan Dewa dan Saktinya
diwujudkan berbeda-beda tergantung dari penggambaran umat Hindu terhadap
beliau. Misalnya wujud Dewa dan Saktinya di India dan di Bali sangatlah
berbeda, namun fungsinya sama.
- Semua sakti-sakti para Dewa itu digambarkan memiliki paras yang cantik, namun Dewi Uma yang cantik apabila dalam tugasnya sebagai Dewi Maut (Durga) memiliki wajah yang sering digambarkan dalam wujud Rangda oleh masyarakat Bali.
- Dewa Brahma berwujudkan sebagai Maha Rsi yang tua karena usia beliau melebihi alam semesta, dikarenakan Dewa Brahma-lah yang bertugas menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini, beliau juga diwujudkan dalam bentuk berwajah empat (Catur Muka).
- Dewa Wisnu berwujudkan sebagai Dewa yang berparas paling elok, beliau juga diwujudkan dalam bentuk berkepala tiga (Tri Sirah).
- Dewa Siwa berwujudkan seorang Pertapa, karena beliaulah yang menguasai hidup manusia sehingga beliaulah yang akan meleburnya kembali, beliau juga diwujudkan bertangan empat (Catur Buja).
Dari perwujudan sesuai gambaran
umatnya inilah dibuatkan patung (arca).
Dalam ajaran Hindu, jumlah Dewa adalah
banyak sekali sesuai setiap fungsi yang ada dalam alam semesta ini. Diibaratkan
Sang Hyang Widhi adalah Matahari, maka Dewa adalah sinar matahari yang
jumlahnya tak terhingga. Matahari dikatakan panas, namun sinar nyalah yang
menyentuh kita secara langsung.
Demikian juga dengan Sang Hyang
Widhi, Dewa sebagai sinar sucinya lah yang menghubungkan kita langsung
denganNya. Mungkin dalam agama lain disebutkan Dewa itu sebagai Malaikat.
Dalam ajaran Hindu ada sebutan Tri
Murti, Panca Dewata/Panca Brahma, Dewata Nawa Sanga, Asta Dewata, Panca Korsika
dan lainnya. Panca Dewata adalah manifestasi Sang Hyang Widhi sebagai penjaga
segala penjuru mata angin yaitu :
- Sadyojata (Iswara) di Timur dengan aksara suci “Sa”
- Bamadewa (Brahma) di Selatan dengan aksara suci “Ba”
- Tat Purusa (Maha Dewa) di Barat dengan aksara suci “Ta”
- Aghora (Wisnu) di Utara dengan aksara suci “A”
- Isana (Siwa) di Tengah dengan aksara suci “I”
Panca Dewata disebut juga dengan
Panca Brahma, sehingga kelima aksara suci “Sa Ba Ta A I” disebut “Panca
Brahma Wijaksara”.
Disamping itu ada juga lima
manifestasi Hyang Widhi lainnya yaitu :
- Maheswara di Tenggara dengan aksara suci “Na”
- Rudra/Ludra di Barat Daya dengan aksara suci “Ma"
- Sangkara di Barat Laut dengan aksara suci “Si”
- Sambu di Timur Laut dengan aksara suci “Wa”
- Siwa di Tengah dengan aksara suci “Ya”
Kelima aksara suci “Na Ma Si Wa Ya”
disebut dengan Panca Aksara.
Namun dalam ajaran agama Budha
Mahayana, Panca Dewata (Panca Brahma) disebut dengan “Panca Tatagata”
yaitu:
- Aksobhya di Timur dengan aksara suci “Ah”
- Ratnasambhawa di Selatan dengan aksara suci “Ung”
- Amitaba di Barat dengan aksara suci “Trang”
- Amogasidhi di Utara dengan aksara suci “Hrih”
- Wairocana di Tengah dengan aksara suci “Ang”
Sehingga kelima aksara “Ah Ung Trang
Hrih Ang” disebut dengan Panca Wijaksara Tatagata sedangkan Panca
aksara Budha nya “Na Ma Bu Da Ya”.
Apabila dalam Panca Aksara dan Panca
Brahma Wijaksara digabungkan menjadi Dasa Aksara “Sa Ba Ta A I Na Ma Si Wa Ya”, jika
ditambahkan dengan aksara “Om” maka disebut “Eka Dasa Aksara”.
Dewata Nawa Sanga sering disebut
juga dengan “Loka Pala”.
Asta Dewata adalah delapan
manifestasi sifat Hyang Widhi sebagai penguasa yaitu :
- Indra menguasai Hujan
- Baruna menguasai Lautan
- Yama menguasai Arwah Manusia
- Kuwera menguasai Kekayaan Alam
- Bayu menguasai Angin
- Agni menguasai Api
- Surya menguasai Matahari
- Candra menguasai Bulan
Beberapa sebutan lain manifestasi
Sang Hyang Widhi di penjuru mata angin adalah Panca Korsika,
yaitu:
- Sang Hyang Korsika di Timur
- Sang Hyang Garga di Selatan
- Sang Hyang Mentri di Barat
- Sang Hyang Kurusya di Utara
- Sang Hyang Prutanjala di Tengah
Dewata Nawasanga adalah sembilan dewa atau manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
Wasa yang menjaga atau menguasai sembilan penjuru mata angin. Sembilan dewa itu
adalah Dewa Wisnu, Sambhu, Iswara, Maheswara, Brahma, Rudra, Mahadewa,
Sangkara, dan Siwa.
ERSANYA / TIMUR LAUT
dewa
sambhu
|
Urip : 6;
Dewa : Sambu;
Sakti : Maha Dewi;
Senjata : Trisula;
Warna : Biru;
Aksara : Wa;
Bhuwana Alit : Ineban;
Tunggangannya : Wilmana;
Bhuta : Pelung;
Tastra : Pa dan Ja;
Sabda : Mang mang;
Wuku : Kulantir, Kuningan, Medangkungan, Kelawu;
Caturwara : Sri;
Sadwara : Urukung;
Saptawara : Sukra;
Astawara : Sri;
Sangawara : Tulus;
Dasawara : Sri;
Dewa Sambhu merupakan penguasa arah
timur laut (Ersanya), bersenjata Trisula, wahananya (kendaraan) Wilmana,
shaktinya Dewi Mahadewi, aksara sucinya "Wa", di Bali beliau dipuja
di Pura Besakih terletak di Kabupaten Karangasem
Banten : Dewata-dewati, Sesayut Telik Jati, Tirta Sunia
Merta;
Mantra : Ong trisula yantu namo tasme nara yawe namo namah, ersanya
desa raksa baya kala raja astra, jayeng satru, Ong kalo byo namah.
PURWA / TIMUR
dewa
Iswara
|
Urip : 5;
Dewa : Iswara;
Sakti : Uma Dewi;
Senjata : Bajra;
Warna : Putih;
Aksara : Sa (Sadyojata)
Bhuwana Alit : Pepusuh;
Tunggangannya : Gajah;
Bhuta : Jangkitan;
Tastra : A dan Na;
Sabda : Ngong ngong;
Wuku : Taulu, Langkir, Matal, Dukut;
Dwiwara : Menga;
Pancawara : Umanis;
Sadwara : Aryang;
Saptawara : Redite;
Astawara : Indra;
Sangawara : Dangu;
Dasawara : Pandita;
Dewa Iswara merupakan penguasa arah
timur (Purwa), bersenjata Bajra, wahananya (kendaraan) gajah, shaktinya Dewi
Uma, aksara sucinya "Sa", di Bali beliau dipuja di Pura Lempuyang.
Banten : Penyeneng, Sesayut Puja Kerti;
Mantra : Ong bajra yantuname tasme tikna rayawe namo namah purwa
desa, raksana ya kala rajastra sarwa, satya kala byoh namah namo swaha.
GENYA / TENGGARA
dewa
mahesora
|
Urip : 8;
Dewa : Mahesora;
Sakti : Laksmi Dewa;
Senjata : Dupa;
Warna : Dadu/Merah Muda;
Aksara : Na;
Bhuwana Alit ; Peparu;
Tunggangannya : Macan;
Bhuta : Dadu;
Tastra : Ca dan Ra;
Sabda : Bang bang;
Wuku : Uye, Gumbreg, Medangsia, Watugunung;
Caturwara : Mandala;
Sadwara : Paniron;
Saptawara : Wraspati;
Astawara : Guru;
Sangawara : Jangu;
Dasawara : Raja;
Dewa Maheswara merupakan penguasa
arah tenggara (Gneyan), bersenjata Dupa, wahananya (kendaraan) macan, shaktinya
Dewi Lakshmi, aksara sucinya "Na", di Bali beliau dipuja di Pura
Goa Lawah terletak di Kabupaten Klungkung
Banten : Canang, sesayut Sida Karya, Tirta Pemarisuda;
Mantra : Ong dupa yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah,
genian dasa raksa raksa baya kala rajastra, jayeng satru kala byoh namo
namah.
DAKSINA / SELATAN
dewa
brahma
|
Urip : 9;
Dewa : Brahma;
Sakti: Saraswati Dewi;
Senjata : Gada / Danda;
Warna : Merah;
Aksara : Ba (Bamadewa)
Bhuwana Alit : Hati;
Tunggangannya : Angsa;
Bhuta : Langkir;
Tastra : Ka dan Da;
Sabda : Ang ang;
Wuku : Wariga, Pujut, Menail;
Triwara : Pasah;
Pancawara : Paing;
Sadwara : Was;
Saptawara : Saniscara;
Astawara : Yama;
Sangawara : Gigis;
Dasawara : Desa;
Dewa Brahma merupakan penguasa arah
selatan (Daksina), bersenjata Gada, wahananya (kendaraan) angsa, shaktinya Dewi
Saraswati, aksara sucinya "Ba", di Bali beliau dipuja di Pura
Andakasa terletak di Kabupaten Karangasem
Banten : Daksina, Sesayut Candra Geni, Tirta Kamandalu;
Mantra : Ong danda yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah,
daksina desa raksa baya, kala rajastra jayeng satru, Ong kala byoh nama
swaha.
NORITYA / BARAT DAYA
dewa
Rudra
|
Urip : 3;
Dewa : Rudra;
Sakti : Santani Dewi;
Senjata : Moksala;
Warna : Jingga;
Aksara : Ma;
Bhuwana Alit : Usus;
Tunggangannya : Kebo;
Bhuta : Jingga;
Tastra : Ta Dan Sa;
Sabda : Ngi ngi;
Wuku : Warigadian, Pahang, Prangbakat;
Caturwara : Laba;
Sadwara : Maulu;
Saptawara : Anggara;
Astawara : Ludra;
Sangawara : Nohan;
Dasawara : Manusa
Dewa Rudra merupakan penguasa arah
barat daya (Nairiti), bersenjata Moksala, wahananya (kendaraan) kerbau,
shaktinya Dewi Samodhi/Santani, aksara sucinya "Ma", di Bali beliau dipuja
di Pura Uluwatu terletak di Kabupaten Badung
Banten : Dengen dengen, Sesayut Sida Lungguh, Tirta Merta Kala,
Tempa pada Usus;
Mantra : Ong moksala yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah,
noritya desanya raksa baya kala rajastra, jayeng satru Ong kala byoh nama
swaha.
PASCIMA / BARAT
dewa
Mahadewa
|
Urip : 7;
Dewa : Mahadewa;
Sakti : Saci Dewi;
Senjata : Nagapasa;
Warna : Kuning;
Aksara : Ta (Tat Purusa)
Bhuwana Alit : Ungsilan;
Tunggangannya : Naga;
Bhuta : Lembu Kanya;
Tastra : Wa dan La;
Sabda : Ring ring;
Wuku : Sinta, Julungwangi, Krulut, Bala;
Triwara : Kajeng;
Pancawara : Pon;
Sadwara : Tungleh;
Saptawara : Buda;
Astawara : Brahma;
Sangawara : Ogan;
Dasawara : Pati;
Dewa Mahadewa merupakan penguasa
arah barat (Pascima), bersenjata Nagapasa, wahananya (kendaraan) Naga,
shaktinya Dewi Sanci, aksara sucinya "Ta", di Bali beliau dipuja di Pura
Batukaru terletak di Kabupaten Tabanan
Banten : Danan, Sesayut tirta merta sari, Tirta Kundalini;
Mantra : Ong Naga pasa yantu namo tasme tiksena nara yawe namo,
pascima desa raksa bala kala rajastra, jayeng satru, Ong kala byoh namo namah
swaha.
WAYABYA / BARAT LAUT
dewa
Sangkara
|
Urip : 1;
Dewa : Sangkara;
Sakti : Rodri Dewi;
Senjata : Angkus /Duaja;
Warna : Wilis / Hijau;
Aksara : Si;
Bhuwana Alit : Limpa;
Tunggangannya : Singa;
Bhuta : Gadang/Hijau;
Tastra : Ma dan Ga;
Sabda : Eng eng;
Wuku : Landep, Sungsang, Merakih, Ugu;
Ekawara : Luang;
Caturwara : Jaya;
Astawara : Kala;
Sangawara : Erangan;
Dasawara : Raksasa;
Dewa Sangkara merupakan penguasa
arah barat laut (Wayabhya), bersenjata Angkus/Duaja, wahananya (kendaraan)
singa, shaktinya Dewi Rodri, aksara sucinya "Si", di Bali beliau
dipuja di Pura Puncak Mangu terletak di Kabupaten Badung
Banten : Caru, Sesayut candi kesuma, Tirta Mahaning;
Mantra : Ong duaja yantu namo tiksena nara yawe namo, waybya desa
raksa baya kala rajastra, jayeng satru, Ong kalo byoh namo namah swaha.
UTTARA / UTARA
dewa
Wisnu
|
Urip : 4;
Dewa : Wisnu;
Sakti : Sri Dewi;
Senjata : Cakra;
Warna : Ireng / Hitam;
Aksara : A (Aghora)
Bhuwana Alit : Ampru;
Tunggangannya : Garuda;
Bhuta : Taruna;
Tastra : Ba dan Nga;
Sabda : Ung;
Wuku : Ukir, Dungulan, Tambir, Wayang;
Dwiwara : Pepet;
Triwara : Beteng;
Pancawara : Wage;
Saptawara : Soma;
Astawara : Uma;
Sangawara : Urungan;
Dasawara : Duka;
Dewa Wisnu merupakan penguasa arah
utara (Uttara), bersenjata Chakra Sudarshana, wahananya (kendaraan) Garuda,
shaktinya Dewi Sri, aksara sucinya "A", di Bali beliau dipuja di Pura
Ulundanu terletak di Kabupaten Bangli
Banten : Peras, Sesayut ratu agung ring nyali, Tirta
Pawitra;
Mantra : Ong cakra yantu namo tasme tiksena ra yawe namo namah
utara desa raksa baya, kala raja astra jayeng satru, Ong kala byoh namo namah
swaha.
MADYA / TENGAH
dewa
Siwa
|
Urip : 8;
Dewa : Siwa;
Sakti : Uma Dewi (Parwati);
Senjata : Padma;
Warna : Panca Warna brumbun;
Aksara : I (Isana) dan Ya;
Bhuwana Alit : Tumpuking Hati;
Tunggangannya : Lembu;
Bhuta : Tiga Sakti;
Tastra : Ya dan Nya;
Sabda : Ong;
Saptawara : Kliwon;
Sangawara : Dadi;
Dewa Siwa merupakan penguasa arah
tengah (Madhya), bersenjata Padma, wahananya (kendaraan) Lembu Nandini,senjata
Padma shaktinya Dewi Durga (Parwati), aksara sucinya "I" dan
"Ya", di Bali beliau dipuja di Pura Besakih terletak di
Kabupaten Karangasem
Banten : Suci, Sesayut Darmawika, Tirta Siwa Merta, Sunia Merta,
Maha Merta;
Mantra : Ong padma yantu namo tasme tiksena nara yawe namo namah,
madya desa raksa baya, kala rajastra jayeng satru kala byoh namo swaha.
Hal ini didukung oleh beberapa data
tambahan yang diambil dari 2 sumber yaitu
Geguritan Gunatama
Dalam geguritan Gunatama diceritakan
bahwa I Guna Tama pergi kepada pamannya Ki Dukuh untuk meminta ilmu pengetahuan
di Gunung Kusuma . Hal pertama yang oleh Ki Dukuh perintahkan kepada I Gunatama
adalah agar ia belajar berkonsentrasi melalui pemahaman terhadap warna bunga.
Hal itu dapat dilihat pada geguritan berikut :
Bunga
petak maring purwa, kembang jingga gnewan sami, sekar abang ring daksina, ring
pascima kembang jenar, mapupul maring wayabia, Bunga ireng ring utara, ersania
birune sami, mancawarnane ring madia, punika tandur ring kayun, apang urip dadi
mekar, to uningin, patute anggon padapa.
Geguritan tersebut berarti :
“ Bunga putih ditimur, bunga jingga
gnewan semua, bunga merah di selatan, yang di barat bunga kuning, berkumpul di
barat laut. Bunga hitam di utara, timur laut semuanya biru, panca warna di
tengah, itulah ditanam di hati, supaya hidup berkembang, ketahuilah itu, kebenaran
dipakai selimut “
Kidung Aji Kembang
yang
dilagukan dalam upacara Ngaben ( Ngereka )
Ring purwa
tunjunge putih,
Hyang
Iswara Dewatannya.
Ring
papusuh prehania,
alinggih
sira kalihan,
panteste
kembange petak.
Ri tembe
lamun numadi suka sugih tur rahayu dana punya stiti bakti
Ring geneyan tunjunge dadu,
Mahesora
Dewatannya
Ring
peparu prenahira.
Alinggih
sira kalihan,
Pantesta
kembange dadu,
Ri tembe
lamun dumadi widagda sire ring niti, subageng sireng bhuwana
Ring daksina tunjunge merah,
Sang Hyang
Brahma Dewatannya
Ring hati
prenahira.
Alinggih
sira kalihan Pantesta kemabang merah.
Ring tembe
lamun dumadi Sampurna tur dirga yusa. Pradnyan maring tatwa aji
Ring Nriti tunjunge jingga.
Sang Hyang
Rudra Dewatannya
Ring usus
prenahira,
Alinggih
sira kalihan.
Pantes te
kembange jingga,
Ring tembe
lamun numadi, Dharma sira tur susiila. Jana nuraga ring bhumi
Ring Pascima tunjunge jenar,
Mahadewa
Dewatannya
Ring
ungsilan prenahira,
Alinggih
sire kalihan,
Pantesta
kemabnge jenar,
Ring tembe
lamun dumadi, Tur Sira Cura ring rana, prajurit, watek angaji
Ring wayabya tunjunge wilis,
Hyang
Sangkara Dewatannya
Ring lima
pranahira,
alinggih
sira kalihan.
Pantesta
kembang wilis.
Ring tembe
lamun dumadi, Teleb tapa brata, gorawa satya ring bhudi
Ring utara tunjunge ireng.
Sang Hyang
Wisnu Dewatannya
Ring ampu
prenahira,
Alinggih
sira kalihan.
Panteste
kembange ireng,
Ring tembe
lamun numadi, Suudira suci laksana, surupa lan sadu jati
Ring airsanya tunjunge biru .
Sang Hyang
Sambu Dewatannya
Ring
ineban prenahira,
Alinggih
sira kalihan.
Panteste
kembange biru ,
Ring tembe
lamun numadi, Pari purna santa Dharma, sidha sidhi sihing warga
Tengah tunjunge mancawarna,
Sang Hyang
Ciwa Dewatannya
Tumpukung
hati prenahira,
Alinggih
sira kalihan.
Panteste
kembange mancawarna ,
Ring tembe
lamun numadi, Geng prabhawa sulaksana, satya bratha tapa samadi
Bila diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, arti dari masing-masing geguritan di atas sama dengan diskripsi
warna dalam Dewata Nawa Sanga, tambahan yang diberikan adalah adanya akibat
dari penggunaan tunjung (teratai) dengan sembilan warna tersebut adalah sebagai
berikut :
- penggunaan tunjung warna putih akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yang kaya raya, dermawan dan sejahtera
- penggunaan tunjung warna dadu akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yang kaya raya, dermawan dan sejahtera
- penggunaan tunjung warna merah akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yang kaya raya, dermawan dan sejahtera
- penggunaan tunjung warna biru akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yang sempurna , dan pintar (berilmu pengetahuan)
- penggunaan tunjung warna jingga akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yang sabar serta menjalankan Dharma, susila,
- penggunaan tunjung warna hijau akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yangberani bertarung di medan laga, sebagai prajuurit sejati dengan watak yang sangat baik ( berpendidikan )
- penggunaan tunjung warna kuning akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yang tekun mengerjakan tapa , brata, dan mempunyai budi yang luhur
- penggunaan tunjung warna hitam akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yang berkelakuan baik, suci laksananya, tampan dan dan senantiasa menimbulkan kedamaian
- penggunaan tunjung panca warna akan menyebabkan kelahiran berikutnya (reinkarnasi) menjadi manusia yang keseluruhan hidupnya diliputi oleh kebaikan, disayangi oleh setiap orang
Disamping hal tersebut di atas dapat
dikatakan bahwa dari 8 warna dasar yang diberikan oleh Berlin dan Kay, dalam
Agama Hindu terutama dalam Dewata Nawa Sanga terdiri dari dari empat warna
dasar yaitu : merah, putih, kuning, dan hitam. Hal ini disebabkan karena warna
hijau yang berada di barat laut ( barat dan utara ) merupakan perpaduan antara
kuning dan hitam ; warna dadu yang berada di tenggara ( timur dan selata )
merupakan perpaduan antara putih dengan merah ; warna jingga yang berada di
barat daya ( barat dan selatan ) merupakan perpaduan antara merah dengan
kuning.
Fungsi dan Makna Warna dalam Dewata Nawa Sanga
Berdasarkan simbol simbol yang ada
dalam Dewata Nawa Sanga, maka fuungsi dan makna warna dalam Dewata Nawa Sanga
dalam Agama Hindu dapat dianalisis seperti dibawah ini :
- Makna warna hitam yang berada disebelah utara dengan Dewa Wisnu menurut budaya hindu berarti gunung, dengan fungsi sebagai pemelihara. Menurut makna MSA berarti arang, gelap, sedangkan makna universal memiliki makna : heightàgreatness, massà generousity, source of living, gelap, ketakutan, sial, kematian, penguburan, penghancuran, berkabung, anarkisma, kesedihan, suram, gawat (kesan buruk) dan (kesan baik) berarti : kesalehan, kealiman, kemurnian, kesucian, kesderhanaan India ; pemelihara kehidupan, limitless, immortal
- Makna warna Merah yang berada di Selatan dengan Dewa Brahma dengan pusaka Gada dan tanda api memiliki makna budaya laut, pencipta dan kekuatan, sedangkan menurut MSA berarti api dan darah. Makna universal yang terkandung dalam warna merah adalah : sumber dari segala sumber, berani, cinta , emosi , darah (rudhira), kehidupan, kebesaran, emosi, kemegahan, murah hati, cantik, hangat, berani, api, panas, bahaya, cinta (manusia à ß Tuhan), perang, sumber panas, benih dari kehidupan
- Makna warna Putih dengan Dewa Iswara yang bersenjata Bajra, berada di sebelah Timur, dan dengan tanda jantung mempunyai makna matahari, pelebur, dan sumber kebangkitan. Makna putih dari MSA berarti terang, salju, dan susu dan makna universal berarti penerangan, pahlawan , sorga, kebangkitan, centre of human body, cinta, kesetiaan, penyerahan diri, absolut, suci, murni, lugu, tidak berdosa, perawan, simbol persahabatan, damai, jujur, kebenaran, bijaksana, alat untuk mencapai surga, kekeuatan angin
- Makna warna Kuning disebelah Barat dengan Dewa Mahadewa dengan senjata Nagasapah dan tanda lingkungan kabut memiliki makna budaya matahari terbenam, penjaga keseimbangan dan kekuasaan, sedangkan MSA berarti matahari. Makna universal dari warna kuning adalah end of journey, passive, (bad image) ; cemburu, iri, dengki, dendam,bohong, penakut, (good image) ; cahaya, kemuliaan, keagungan, kesucian, murah hati, bijaksana, penyatuan unsur udara + air dan tanah à evolutive process:
- Makna warna Hijau yang berada di sebelah barat laut dengan Dewa Sangkara dan senjata angkus, dengan tanda lingkungan mendung memiliki makna budaya penyatuan matahari terbenam & laut, keseimbangan, kesempurnaan dalam MSA berarti tumbuh-tumbuhan, dan secara universal memiliki makna akhir dari segalanya, tumbuhan, kehidupan, kesuburan, vitalitas, muda, kelahiran kembali, harapan, kebebasan, dan simbol : kesuburan, kurir (messenger ), prophet
- Makna warna Biru yang dalam Dewata Nawa Sanga berada di Timur Laut dengan Dewa Sambu bersenjata Trisula, dengan tanda lingkungan awan tebal memiliki makna budaya penyatuan matahari & laut, keseimbangan alam, penyatuan kebang-kitan, pemeliharaan dan pemusnahan ; kebebasan rohani. Dalam MSA biru berarti laut, langit, sedangkan makna universalnya adalah sumber dari segala sumber, senser, assosiated with the idea of birth and rebirth, sorga, langit, bangsawan, melankolis, jujur, cinta, setia, kebenaran, distincttion, excellence, kesedihan, dan makna asosiasi : hujan, banjir, kesedihan
- Makna warna Dadu yang dalam Dewata Nawa Sanga berada disebelah tenggara dengan dewa Mahesora bersenjata dupa dan tanda lingkungan rambu (awan tipis) memiliki makna budaya penyatuan antara gunung dan matahari, keseimbangan alam, pembunuh indria. Menurut MSA, warna dadu memiliki makna yang sama dengan makna asali dari warna putih dan merah. Makna universalnya adalah : kebangkitan, kesadaran, kesadaran, kehidupan, halus, anggun, megah, persahabatan, kedamaian, emosional, dan dingin
- Makna warna Jingga dengan Dewa Rudra bersenjata Moksala yang berada di sebelah Barat Daya dengan tanda lingkungan halilintar, memiliki makna budaya penyatuan matahari terbenam dan gunung, pembasmi, kedahsyatan, sumber kemurkaan. Sedangkan makna Jingga menurut MSA merupkan makna yang terkandung dalam warna merah dan kuning. Makna Universal warna kuning adalah darah, the concept of circulation, kematian, bahaya, kehidupan, hangat, dendam, murka, pengorbanan, penyerahan diri, active force, supreme creative power, illumination, penyerahan, dan pengorbanan.
- Makna warna Brumbun yang merupakan campuran warna putih + kuning + hitam + merah yang berada di tengah dengan Dewa Ciwa bersenjata Padma dan tanda lingkungan topan memiliki makna budaya pusat, pemusnah dan dasar dari semua unsur, kesucian. Makna warna ini menurut MSA adalah makna asali dari warna putih, kuning, hitam dan merah, sedangkan makna universalnya adalah : moving from : multiplicityà unity, space à spacelessness, time à timelessness, a mean toward contemplation and concentration, kesucian, victory, denote the interco-munication between inferior and the supreme, 5 = health, love , controller, violent, evil power
demikian sekilas tentang dewata nawa
sanga, mohon masukan dan kritikan atas tulisan diatas guna menyempurnakan
tulisan ini. terima kasih.
Salah satu Dewata Nawa Sanga banyak yg sama urip dan senjatanya...informasinya kurang jelas..
BalasHapusUntuk Dewa yg dimaksud adalah setengah dewa seperti Dewa Baryna, Surya, Candra..
Sedangkan Sadgunabrahman adalah personalitas Tuhan Hyang Maha esa bukan dewa seperti: Dewa shiva, Vishnu, Brahma, Ganesha dan Tri Sakti.