CALEG GERINDRA HARUS JADI PEJUANG
POLITIK
Dalam menghadapi Pemilu yang kurang dari setahun lagi,
berbagai persiapan dilakukan oleh Partai Gerindra untuk meraih hasil yang
maksimal. Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan pendidikan dan
pelatihan untuk calon legislatif (caleg).
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) melaksanakan
pendidikan dan pelatihan (diklat) calon anggota legislatif DPR selama satu
minggu, dimulai pada pada hari Senin 23 September 2013 di kawasan kaki Gunung
Salak, Bogor.
Ketua Diklat Caleg yang juga Sekretaris Fraksi DPR RI
Gerindra, Edhy Prabowo mengatakan bahwa diklat caleg DPR Partai Gerindra ini
bertujuan untuk mempersiapkan caleg dalam menghadapi Pemilu 2014. “Diklat ini
dilaksakan untuk menanamkan semangat juang, kedisiplinan, kerjasama dan
kekompakan seluruh calon anggota DPR Partai Gerindra.” kata dia dalam
keterangan pers yang diterima Seruu.com di Jakarta, Selasa (23/9/2013)
Edhy melanjutkan, dalam diklat tersebut para caleg diberi
pemahaman tentang tujuan, sasaran dan startegi pemenangan Partai Gerindra pada
Pemilu legislatif tahun 2014 mendatang. Selain itu, tujuan diklat juga
memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan
calon anggota DPR dalam rangka pemenangan partai besutan Prabowo Subianto itu.
Sementara itu, dalam acara pembukaan diklat tersebut, juga
hadir Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. Pada kesempatan
itu, ia berpesan kepada para caleg, “Caleg Gerindra tidak boleh menjadi
politikus tetapi menjadi pejuang politik. Jika ada caleg yang tidak setia dan
mengkhianati rakyat Indonesia maka Partai Gerindra tidak akan ragu-ragu untuk
memecatnya. Jika masih ada Caleg Partai Gerindra yang masih ragu-ragu dengan
garis besar perjuangan Partai Gerindra untuk rakyat, silahkan pulang sekarang
juga.” tegas Prabowo.
PEMERINTAH
HARUS PRO PETANI LOKAL
Partai Gerindra prihatin mengenai kondisi pertanian
Indonesia yang terus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Kepala Bidang Kominfo Gerindra, Ondy A. Saputra
mengungkapkan, seperti data yang dirilis Badan Pusat Statistik, untuk impor
beras selama Januari-Juni 2013, tercatat sebesar 239 ribu ton atau US$ 124,4
juta.
Sementara itu kata Ondy, jagung impor masuk ke Indonesia
selama Januari-Juni 2013 tercatat 1,3 juta ton atau US$ 393 juta. Demikian pula
dengan impor kedelai, periode Januari-Juni 2013 adalah 826 ribu ton atau 509,5
juta. Impor Tepung terigu juga dilakukan. Tercatat impor masuk sejak
Januari-Juni 2013 mencapai 82.501 ton atau US$ 36,9 juta.
“Bahkan garam pun termasuk komoditas yang diimpor. Selama
Januari-Juni 2013 impor tercatat 923 ribu ton atau senilai US$ 43,1 juta.” ujar
Ondy dalam rilisnya, Selasa (24/9).
Partai besutan Prabowo Subianto ini juga mempertanyakan
keberpihakan Pemerintah kepada petani lokal, munculnya produk impor membuat
produk lokal sulit bersaing karena kebijakan ekonomi pemerintah yang menerapkan
sistem neo-liberalisme. Bahkan Pemerintah punya rencana untuk membeli lahan di
Australia untuk pengembangbiakkan sapi, mengapa tidak memanfaatkan lahan di
Tanah Air. Pemerintah kata Ondy seharusnya punya kebijakan yang pro-petani
lokal. Karena dengan kebijakan tersebut maka tidak perlu lagi kita mengimpor
karena kebutuhan pangan dapat terpenuhi oleh produk lokal.
Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prof Suhardi mengharapkan,
peringatan Hari Tani Nasional ini menjadi momentum untuk pertanian nasional
yang lebih baik, dan semoga kedepannya visi besar mencapai kemandirian pangan
menjadi agenda prioritas kebijakan nasional serta program kesejahteraan petani
mendapat porsi yang lebih banyak dalam agenda haluan pembangunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar