Senin, 10 April 2017
AJARAN DANGHYANG NIRATA
AJARAN-AJARAN DHANGHYANG NIRARTA.
Dhanghyang Nirarta merupakan orang ke tiga sebagai peletak dasar Dharma Hindu Bali, selain dua orang pendahulunya yaitu yang pertama adalah Rsi Markandya, dan yang kedua adalah Empu Kuturan. Sebelum membahas ajaran-ajaran Dhanghyang Nirarta ( Bhatara sakti
wawu rawuh ) terlebih dahulu kita ketahui:
RIWAYAT DHANGHYANG NIRARTA.
Dhanghyang Nirarta berasal dari Majapahit,mula-mula diam di Daha( Kediri ), di sana Beliau menikah dengan Dyah Komala/Ida Istri Mas Daha, anak dari Dhanghyang Swamba dengan Dewi Sunia, yang mempunyai seorang putri yaitu Dyah Komala. Mereka adalah Siwa Kula
yaitu pemeluk Agama Siwa. Dhanghyang Swamba telah meninggal, jadi tinggal janda almarhum dengan anaknya Dyah Komala. Danghyang Nirarta beralih dari Jina Kula ke Siwa Kula sebagai syarat dari janda mendiang Dhanghyang Swamba, untuk memenuhi keinginan Dhanghyang Nirarta menikahi Dyah Komala. Dan juga atas seijin kakaknya Dhanghyang Angsoka, juga saran dari Dhanghyang Panawasikan Dhanghyang Nirarta beralih dari Jina Kula ke Siwa Kula, untuk melanjutkan keturunan Bregu wangsa.
Mereka melahirkan seorang putri bernama Ida Swabhawa, dan sorang putra bernama Ida Wiraga Sandhi atau Ida Kulwan. Saat itu Daha dimasuki oleh Agama Islam, Dhanghyang Nirata juga ikut mempelajari Agama Islam, saking mahirnya, maka Beliau dijuluki Imam Mahdi. Beliu juga dinamakan si Jenar, karena bau keringatnya harum. Jenar adalah bunga segar yang harum semerbak. Dengan demikian Danghyang Nirarata faham betul dengan tiga Agama yaitu:
Agama Buddha Mahayana,
Agama Siwa. dan
Agama Islam.
Karena Dhanghyang Nirarata tidak mau masuk agama islam maka disebut orang kafir yang harus dilenyapkan, sehingga Beliau serta
anak-anaknya, tanpa istri (tidak mau ikut) pindah ke Pasuruhan. Di Pasuruhan oleh pamannya yakni Dhanghyang Panawasikan,
Dhanghyang Nirarata dijodohkan dengan anaknya yang bernama Dyah Sanggawati, dan mempunyai putra dua orang yaitu :
Ida Wayahan Lor dan Ida Wiyatan. Dhanghyang Nirarta beserta keempat putranya pindah ke BLAMBANGAN karena Beliau di kejar ke Pasuruan sama halnya dengan di Daha.
Di Blambangan Dhanghyang Nirarta dan keempat putranya diterima oleh penguasa kerajaan Blambangan yakni Sri Aji Dalem Juru.
Dhanghyang Nirarta dijodohkan dengan adiknya Sri Aji Dalem Juru yang bernama Ida Istri Patni Kaniten,kemudian mempunyai tiga orang putri yaitu :
Ida Istri Rai( Ida Swabhawa),
Ida Wetan ( Ida telaga )
Ida Kaniten.
Karena keringat Dhanghyang Nirarta berbau harum,banyak para permaisuri Sri Aji Dalem Juru tertarik kepadanya.Inilah yang menyebabkan Dhanghyang nirarta didakwa menyebar guna-guna dan harus di " rejek " (basmi). Sehingga Dhanghyang Nirarta beserta istri dan ketujuh orang anaknya menyebrangi selat bali, Dhanghyang Nirarta menyebrang memakai Labu yang besar (waluh kili) sedangkan istri dan anak-anaknya memakai sebuah sampan yang bocor, dan mendarat di Perancak. Dalam perjanan menuju ke timur melalui hutan yang sangat lebat Beliau bertemu dengan seekor naga yang membuka mulutnya, dan Beliau masuk ke dalam mulut naga itu.
Disana beiau dapati sebuah tunjung yang sudah kembang, lalu dipitiknya, begitu beliau keluar maka kulit beliau berubah menjadi
hitam, istri dan anaknya tidak dapat mengenal beiau lagi, lalu lari sekuat-kuatnya. Akhirnya beliau beruntung dapati istri dan anak-anaknya, kecuali anaknya yang tertua jadi " Dewa Melanting " ditempat iu juga terjadi hal yang aneh, banyak cacing berganti rupa dan mereka menerangkan bahwa mereka dapat berganti rupa tak lain sebabnya ialah karena ilmu gaibnya Dhanghyang Nirarta. Setelah selesai menyembah mereka menghilang. Mereka itulah yang diam dipulaki dan disembah orang-orang di Melanting.
Ajaran atau nasehat nasehat Dhanghyang Nirarta untuk meningkatkan keimanan umat Dharma Hindu Bali,termuat dalam GAGURITAN TUTUR SEBUN BANG KUNG, Yang ditulis/disurat dalam perjalanan beliau dari Daha menuju Pasuruhan dan Blambangan.
GEGURITAN : ADALAH SESURATAN (TULISAN) BERBENTUK PUPUH (PUISI)
YANG ISINYA ADALAH UNTUK MENGGEMBIRAKAN HATI YANG
MELAGUKAN SERTA YANG MENDENGARKAN.
TUTUR : NASEHAT-NASEHAT UNTUK MENINGKATKAN KEIMANAN UMAT
DHARMA HINDU BALI.
SEBUN : ARTI SEBENARNYA ADALAH SARANG BINATANG UNTUK BER -
TEDUH, MENGASUH ANAK-ANAKNYA.
TERKAIT DENGAN KATA GEGURITAN DAN TUTUR MAKA YANG
DIMAKSUD DENGAN SEBUN ADALAH KUMPULAN TULISAN-
TULISAN BERISI NASEHAT-NASEHAT UNTUK MENINGKATKAN
KEIMANAN UMAT DHARMA HINDU BALI.
BANG : ARTINYA MERAH ADALAH WARNA DARI HYANG BRAHMA, DENGAN
SAKTINYA ADALAH DEWI SARASWATI, DEWINYA DHARMA AJI
DAN SASTRA-SATRA AGAMA.
KUNG : ARTINYA TRESNA ASIH ATAU CINTA KASIH,YANG DIDALAM
HINDU TERKENAL DENGAN " TATWAM ASI "
Dalam geguritan pupuh Sinom dasar-dasar Dharma Hindu Bali yang diletakan oleh Dhanghyang Nirarta adalah :
- Hyang Nur yang menciptakan :
- Bumi langit dengan segala isinya yang disebut Bhuwana Agung.
- Manusia yang disebut Bhuwana Alit.
- Hyang Nur adalah hyang Brahma.
- Hyang Brahma dan Hyang Suksma adalah sebutan lain dari Sanghyang Widhi.
Dalam geguritan pupuh demung no 37 Dhanghyang Nirarta mengajarkan kepada umat Dharma hindu Bali, agar mempelajari, menekuni, melaksanakan serta mengamalkan Panca Sraddha Dharma Hindu Bali.
Panca Sraddha ini adalah keimanan yang utama dan pertama bagi umat Dharma Hindhu Bali.
Panca Sraddha adalah " igama " nya Dharma Hindu Bali.
Saat ngastiti kehadapan shanghyang widhi, haruslah disertai dengan Panca Yadnya yakni :
1. Dewa Yadnya
2. Rsi Yandya
3. Manusa Yadnya
4. Pitra Yadnya
5. Bhuta Yadnya.
Yadnya yang digelar disertai dengan sarananya berupa bebanten atau bebali. Ngastiti bhakti kehadapan Shanghyang Widhi dengan menggelar Panca Yandya inilah dinamakan " agama " Dharma Hindu Bali. " Rahayu " itulah tujuan utama umat Dharma Hindu Bali saat ngastiti bhakti kehadapan Shanghyang Widhi, inilah yang dinamakan " ugama " di dalam Dharma Hindu Bali.
Semoga wenten manfaatnya ....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar