Minggu, 06 November 2016

SAPTA TIMIRA ( TUJUH KEGELAPAN )

SAPTA TIMIRA

Sapta Timira adalah tujuh macam keadaan yang menyebabkan orang lupa daratan, lupa diri atau mabuk. Ketujuh macam musuh ini harus dikendalikan dan dimusnahkan dari dalam diri manusia. Ketujuh hal ini dalam masyarakat disebut peteng pitu atau tujuh kegelapan. Bagian-bagian dari Sapta Timira adalah sebagai berikut :

1. Surupa
Bagian dari Sapta Timira yang pertama adalah Surupa. Surupa yang artinya adalah rupa atau wajah yang cantik dan tampan. Janganlah merasa sombong apabila merasa memiliki rupa yang tampan dan cantik. Karena ketampanan dan kecantikan itu adalah anugerah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Anugerah tersebut patut kita syukuri. Namun kecantikan dan ketampanan itu tidaklah kekal sifatnya.
Dengan wajah yang cantik dan tampan seseorang akan mendapatkan simpati dari teman-temanya. Apalagi wajah yang tampan dan cantik itu disertai dengan perilaku dan budhi pekerti yang baik. Akan tetapi jika ketampanan atau kecantikan itu disertai dengan tingkah laku yang tidak benar, sombong atau angkuh maka akan mengakibatkan penderitaan. Penderitaan yang diakibatkan bukan hanya pada orang lain, tetapi juga pada dirinya sensiri.
Maka dari itu manfaatkanlah ketampanan atau kecantikan itu dengan wajar dan disertai dengan prilaku yang baik, sehingga nantinya tidak mencelakakan orang lain maupun dirinya sendiri. Contoh seseorang yang mabuk Surupa adalah seorang gadis yang pada awalnya memiliki wajah yang cantik dan etika yang baik, yang sekaligus menjadi bendahara kelas di salah satu sekolah. Karena terpengaruh dengan salah satu produk kosmestik yang menjanjikan kulit putih seketika dan akhirnya mengunakan alat kosmetik tersebut yang tidak sesuai dengan jenis kulitnya. Setelah menggunakan alat kosmetik tersebut kemudian wajahnya pun menjadi rusak.
Karena gadis ini dimabukkan oleh kecantikan dan gadis ini tidak memiliki uang untuk mengembalikan wajahnya seperti semula, gadis ini pun melakukan tindakan penyelewengan dana di sekolahnya, yaitu melakukan tindakan korupsi uang kas.

2. Dhana
Dhana artinya harta benda. Siapapun orang itu pasti bila memiliki kekayaan dan siapapun juga ingin mendapatkan kekayaan. Kekayaan akan dapat membawa diri seseorang kemanapun yang ia suka. Oleh karena itu semua orang bekerja keras siang dan malam berlomba-lomba untuk memperoleh kekayaan. Untuk apa kekayaan itu, jawablah dengan hati yang suci sesuai dengan ajaran Dharma. Kekayaan itu sifatnya tidak kekal dan tidak abadi. Janganlah sombong dan kikir apabila kita menjadi orang yang kaya.
Di dalam ajaran Agama Hindu, kita diajarkan untuk beramal atau berdana punia. Menolong orang yang hidupnya melarat dan membantu tempat suci (pura) adalah perbuatan yang mulia. Orang yang selalu beramal dan berdania punia hidupnya akan bahagia dan amalnya itu bekal untuk mencapai Sorga atau Moksa. Kekayaan kadangkala membuat orang menjadi gelap pikiran atau mabuk kekayaan. Apabila orang mabuk kekayaan sudah tentu hidupnya menderita. Sebab dengan memiliki kekayaan hidup seseorang menjadi resah, gelisah dan takut jika harta kekayaannya akan dicuri oleh orang lain.
Apabila setiap hari orang tersebut merasa resah dan gelisah maka kesehatan tubuhnya pun pasti akan terganggu. Bila kesehatan tubuhnya sudah terganggu maka pada akhirnya dia akan jatuh sakit. Maka daripada itu kita tidak boleh angkuh dan sombong baru memiliki kekayaan yang berlimpah ruah. Hendaknya kekayaan itu kita pergunakan sesuai dengan petunjuk agama dan ajaran Agama Hindu. Contoh mabuk Dhana adalah orang yang menggunakan kekayaannya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Selalu hanya memuaskan nafsu sendiri dengan meminum-minuman keras, berjudi dan berpesta-pesta yang mengarah hidup berfoya-foya tanpa mempunyai tujuan yang jelas dan benar.
Tidak pernah bersedekah, tidak mau menolong orang-orang yang ditimpa kesusahan atau melarat dan tidak pernah beryadnya atau melakukan upacara yadnya. Itulah sikap dan prilaku orang yang mabuk kekayaan. Ia hanya ingin menimbun kekayaan sebanyak-banyaknya hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan jika kemabukan akibat kekayaan dikaitkan dengan tindakan korupsi contohnya adalah seorang pejabat tinggi yang tidak pernah memiliki rasa puas dengan apa yang telah diperoleh (tidak pernah bersyukur). Sehingga menyebabkan pejabat tersebut gelap mata karena kamanya terlalu tinggi untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya, dan pada akhirnya menggunakan hak yang bukan miliknya, melakukan tindakan penyelewengan dana untuk memenuhi keinginannya yang dimabukkan oleh dhana (kekayaan).

Guna atau Kepradnyanan
Guna yang artinya kepandaian. Kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan mulia, berada dialam semesta ini. Hidup sebagai manusia, penuh dengan pantangan dan tantangan. Untuk mengatasinya tentulah sangat memerlukan kepandaian. Dengan kepandaian hidup akan terasa lebih mudah untuk melaksanakan sesuatu kegiatan.
Agama kita mengajarkan orang terus-menerus belajar dalam hidup agar menjadi pandai. Jika sudah pandai atau pintar, janganlah sombong dan gelap karena kepintaranmu. Orang yang pandai akan mampu membebaskan dirinya dari lembah kesengsaraan. Jika kepandaian itu ia gunakan dengan keangkuhan dan kesombongan, maka kepandaian itu dapat menghancurkan dirinya sendiri. Seperti apa yang telah dikatakan oleh Einstein bahwa “Ilmu tanpa Agama Hancur, dan Agama tanpa Ilmu Buta”. Jadi ilmu yang kita miliki hendaknya diimbangi dengan iman dan taqwa.
Contoh mabuk Guna adalah Made Dursana setelah lulus dari SMA kemudian melanjutkan pendidikan di salah satu Universitas yang ternama yang kemudian menjadi seorang Sarjana. Dan suatu ketika Made Dursana dipilih menjadi seorang Kepala Desa karena ia dipandang memiliki intelektual atau pengetahuan yang lebih tinggi oleh warga di Desanya. Karena Made Dursana merasa dirinya pandai, dan wargannya tidak memiliki kecerdasan, ia pun memperdaya warga di Desanya untuk mengeluarkan dana untuk membangun jembatan melampaui rata-rata atas dana yang seharusnya diperlukan. Pada suatu hari ada salah satu warga yang mengetahui perbuatannya tersebut, kemudian Made Dursana dilaporkan kepada pihak yang berwajib dan diberhentikan secara tidak hormat dari jabatannya menjadi Kepala Desa.
Inilah salah satu contoh akibat dari mabuk Guna yang mengakibatkan kesengsaraan dalam hidup. Maka dari pada itu gunakanlah kepandaian itu berdasarkan jalan dharma. Karena dengan kepandaian orang akan dapt membedakan perbuatan yang baik dan buruk, yang benar dengan yang salah.
Kepandaian pula akan bisa membantu kita untuk mencapai sumber kehidupan yang lebih baik. Dan kita sebagai umat yang percaya dengan keberadaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, harus tetap bersyukur atas semua rahmatNya. Tidak boleh sombong, angkuh atas Guna yang kita miliki. Dan sadar bahwa itu semua sifatnya tidak kekal, tidak abadi yang merupakan titipan dan anugrah yang harus kita jaga dan laksanakan dengan baik sesuai dengan perintahNya.

3. Kulina atau Kebangsawanan
Kulina artinya keturunan atau kebangsawanan. Walaupun berasal dari keturunan atau keluarga bangsawan hendaknya jangan sombong. Dari keturunan orang dapat diketahui asal-usulnya. Orang yang berasal dari keturunan yang baik, terhormat dan berjasa akan disegani dan dihormati. Tetapi bila keturunan orang jahat dan hina, maka ia akan dijauhi dan dicela dalam pergaulan. Hendaknya selalu ramah tamah terhadap sesama manusia. Keturunan juga bisa menjadi kebanggaan seseorang. Namun kebanggaan yang berlebihan dapat menimbulkan keangkuhan.
Kesombongan akan keturunan sehingga akan merasa lebih tinggi dari orang lain. Orang yang mengagung-agungkan keturunan atau kebangsawanan sangatlah tidak baik, apabila menganggap orang lain lebih rendah. Agama mengajarkan agar setiap orang saling menghormati dan saling menghargai antar sesama makhluk ciptaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Sang Hyang Widhi Wasa menilai seseorang, bukan karena keturunan bangsawan, yang dinilai adalah Dharma bakti, hasil perbuatan dan Yajna.
Demikian pula kebangsawanan yang dinilai tinggi adalah derajat karena memiliki pengetahuan yang didapat dari sekolah. Orang yang mabuk karena keturunan atau kebangsawanannya akan sulit mendapatkan teman. Ia hanya mau berteman dengan orang tertentu saja. Lama-lama ia akan susah sendiri, karena ia mengucilkan diri dari teman-temannya. Sikap yang demikian tentunya tidak baik. Dan orang yang mabuk karena keturunan atau kebangsawanannya akan sukar mendapatkan suatu kebahagiaan. Contoh dari seseorang yang Mabuk Kulina adalah di suatu kelas ada seorang anak yang bernama Rita yang merupakan keturunan bangsawan dan kebetulan juga ia merupakan anak dari seorang pejabat tinggi.
Rita sangat bangga dan bahagia dengan posisinya. Oleh karena itu Rita menjadi sombong dan angkuh, dalam pergaulannya ia sangat memilih teman. Dalam pergaulannya ia selalu mengagung-agungkan dirinya yang mengatakan dirinya keturunan bangsawan dan mempunyai orang tua sebagai pejabat tinggi. Rita juga menganggap tman-teman dalam pergaulannya paling rendah dan tidak mampu. Sikap Rita yang demikian jelas salah dan bertentangan dengan ajaran agama. Sikap demikianlah disebut dengan sikap yang paling mabuk dengan keturunan. Teman-temannya semakin lama semakin menjauihi Rita. Rita tidak mempunyai teman lagi untuk diajak bermain dan belajar. Suatu hari ada ulangan Agama Hindu, Rita sendiri nilainya yang pali kurang. Karena Rita sudah tidak pernah belajar kelompok lagi dengan teman-temannya. Dan pada akhirnya Rita pun menderita dan sengsara dengan sendirinya.

5. Kayowanan atau Yowana
Kayowanan berasal dari kata Yowana yang artinya keremajaan. Kayowanan atau yowana adalah sifat sombong karena merasa diri muda dan kuat. Sifat sombong dalam diri harus dihilangkan. Dalam kitab suci disebutkan “Haywa mawero dening kayowanan” yang artinya “janganlah mabuk karena merasa diri kuat”, sebab massa muda buka untuk menjahili anak keil. Pergunakanlah keremajaan itu dengan bekerja dan belajar yang baik sehingga dapat meningkatkan taraf hidup yang baik di masa yang akan datang.
Orang tua sering menyebut masa remaja adalah masa yang penuh semangat, penuh kegairahan, penuh kegembiraan, serta penuh belajar. Karena pada usia yang masih remaja otaknya akan lebih mampu menagkap pelajaran. Ibaratkan ilalang yang masih muda masih tajam, demikian pula otak itu selagi remaja. Masa muda penuh dengan cita-cita dan angan-angan. Sehingga masa usia remaja orang-orang biasanya tidak mempunyai ketetapan hati, pendiriannya gampang berubah. Gampang dipengaruhi oleh teman-temannya. Apabila bergaul dengan teman-temannya yang baik, maka ia akan menjadi baik, demikian sebaliknya apabila bergaul dengan teman-temannya yang kurang baik maka sifat dan pribadinya pun menjadi buruk.
Pada masa remaja orang sering bertindak ngawur. Hanya ingin menarik perhatian orang dan memperoleh suatu penghargaan. Pada masa remaja atau muda orang akan merasa dirinya kuat. Sehingga pada masa ini orang senang memamerkan kekuatan dirinya. Masa muda hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang berguna dan tidak merugikan. Seperti halnya belajr dengan sungguh-sungguh, bekerja keras, menemukan seseatuyang berguna dan pengetahuan rohani. Massa muda hanya sebentar kita dapat menikmati dan akn disusul oleh masa tua dan tenaga akan makin melemah.
Maka dari pada itu jangan sombong dan angkuh akan keremajaan. Sebab keangkuhan akan mendorong orang untuk berbuat salah. Menyombongkan masa muda tentu tidak baik, itu disebut mabuk karena keremajaan dan akan menyebabkan kehancuran. Contoh dari mabuk Kayowanan atau mabuk Yowana adalah Cakra merupakan seorang anak yang mempunyai tubuh sangat besar dan paling besar diantara teman-temannya. Cakra, anak yang bandel dan selalu membuat gara-gara dengan teman-temannya. Karena ia merasa dirinya paling besar dan sudah remaja maka ia hanya membanggakan dengan kekuatannya saja.
Pada suatu hari ia dipanggil oleh Guru kelasnya karena mencuri uang dan mencelakai salah seorang temannya. Waktu Cakra bersanding dengan Guru kelasnya badanya hampir sama besar dengan gurunya. Itulah sebabnya ia terlalu berani dan tidak takut kepada guru-gurunya apalagi dengan teman-temannya. Ia merasa sombong dan angkuh terhadap kekuatan dan keremajaannya. Kekuatan dan masa mudanya ia pergunakan dengan tidak benardan selalu menyimpang dengan ajaran agama.
Bergaul dimasyarakat ia sering membuat kegaduhan dan kekacauan seperti mencuri dan menggunakan sesuatu yang bukan hak miliknya. Sehingga masyarakat sering melapor kerumahnya maupun ke sekolah akibat dari tingkah lakunya. Akibat perbuatannya yang demikian ia pun sering ditangkap polisi dan sering pula tidak naik kelas. Demikianlah akibatnya orang yang suka mabuk kayowanan yang sudah tentu merugikan dirinya sendiri dan juga menyusahkan orang lain.

6. Sura
Sura artinya minuman keras atau kegelapan, karena mabuk yang disebabkan minum-minuman keras. Minum sampai mabuk tidak dibenarkan oleh ajaran agama Hindu. Sebab hal ini akan mengakibatkan keluarnya kata-kata keji, kasar yaitu kata-kata yang tidak boleh diucapkan. Mabuk karena minuman keras juga akan menyebabkan jadi lupa diri. Pikirannya menjadi gelap sehingga tidak bisa membedakan yang baik dan yang buruk. Kata-katanya tidak karuan dan kasar.
Segala rahasia yang semestinya tidak dikatakan akan dikatakan. Lagi pula pikirannya tidak waras. Minuman yang dapat memabukan antara lain, tuak, arak, bir, wisky, dan lain sebagainya. Yang mengandung alkhol. Jika kesehatan seseorang yang sering meminum-minuman keras akan merusak saraf dan pencernaan. Apabila kesehatan sudah merosot maka hidup akan selalu sakit-sakitan dan kesengsaraan pun sudah ada didepan mata. Oleh karena itu hindarilah minum-minuman keras dan obat-obat terlarang.
Contoh dari mabuk Sura adalah Andi yang merupakan putra seorang pengusaha yang ternama, hartanya melimpah ruah sehingga dalam kehidupannya merasa senang dan bangga. Andi adalah putra tunggal dari seorang pengusaha yang kaya raya tersebut. karena seringnya terpenuhi keinginannya, maka ia menjadi manja. Dengan kemanjaanya tersebut maka pergaulannya pun bebas dan tidak sesuai dengan aturan agama yang berlaku. Pergaulannya selalu dengan oranmg-orang yang suka meminum-minuman keras, pengisap ganja, dan sebagainnya, ia selalu pulang larut malam.
Karena sudah ketergantungan dengan alat-alat terlarang tersebut, suatu ketika uang Andi pun habis, dan orang tuannya tidak pernah memberikan uang saku lagi, untuk memenuhi keinginanya tersebut ia mencuri sapi milik tetangganya, karena aksinya tidak berjalan lancar, akhirnya Andi pun dihakimi oleh warga setempat. Karena seringnya bergaul dengan orang suka meminum-minuman keras maka sekolahnya pun menjadi berantakan dan kacau balau. Ia sering tidak naik kelas. Begitulah akibatnya orang yang selalu mabuk Sura, yang sudah tentu mencelakakan diri sendiri dan membuat hidup menjadi sengsara.

7. Kasuran
Kasuran artinya kemenangan, kejayaan, kesaktian. Angkuh karena keunggulan dan keberanian serta kemenangan merupakan kegelapan bagi diri seseorang. Gagah dan berani dalam medan laga karena kemampuan dan kesaktian. Namun bagaimana pun saktinya seseorang jika tanpa didasari atas keberanian yang berdasarkan ajaran Dharma, maka akan mengalami kekalahan melawan kenyataan hidup. Sesungguhnya hidup adalah suatu perjuangan, karena itu kita dituntut untuk menghadapinya.
Untuk menghadapi kenyataan hidup, diperlukan suatu keberanian. Seperti keberanian tanpa disertai keragu-raguan untuk menimba ilmu pengetahuan, keberanian untuk menghadapi liku-liku kehidupan. Lahir sebagai manusia tidak akan pernah lepas dari suka dan duka, lara dan pati. Kita harus berani dan berkemampuan untuk mengendalikan kesenangan dan sebaliknya tidak larut dalam kesedihan bila sedang mengalami suatu kesusahan.
Disamping itu hidup didunia ini tidak selalu mengalami perubahan dan perkembangan, dalam hal tersebut tidak selalu mengarah kehal yang positif. Jadi, dengan keberanian menghadapi kenyataan hidup, dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan terhindar dari sifat keragu-raguan. Dengan demikian keberanian perlu dipupuk tetapi jangan sampai keberanian yang dimiliki menjadikan kita gelap atau mabuk dan takabur, lebih-lebihnya terhadap kemenangan yang kita peroleh. Contoh dari Mabuk Kasuran adalah Durya adalah salah satu siswa SMA yang sangat berani. Keberaniannya tidak didasari atas ajaran agama. Keberaniannya karena senang dipuji dan disebutkan paling hebat. Ia mudah dipengaruhi oleh teman-temannya yang nakal.
Pada suatu hari Durya dipanggil dan diajak untuk mengeroyok temannya yang bernama Susila. Susila ini anaknya pandai dan pendiam. Ia juga mempunyai tingkah laku yang baik. Setiap perbuatannya ia pikirkan terlebih dahulu akibatnya. Sehingga ia tidak ngawur melakukannya. Sedangkan Durya anaknya pemberani. Keberaniannya hanya atas pikiran yang ngawur dan merasa diri paling hebat. Sehingga ia mudah dipengaruhi oleh teman-temannya. Durya diadu oleh teman-temannya untuk memukul Susila. Semua teman-temnya pun bersorak-sorak, sehingga Durya bertambah semangat memukul Susila. Akhirnya Susila jatuh tergeletak ditanah.
Waktu itu kebetulan Polisi patrol datang menghampiri tempat kejadian. Dilihatnya Durya sedang memukul-mukul Susila sampai tergeletak di tanah, akhirnya Durya ditangkap dan dibawa kekantor Polisi. Demikianlah akibatnya perbuatan yang tak terpuji yang tidak didasari atas ajaran agama yang disebut mabuk Kasuran, sudah tentu merugikan diri sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar