Banten Pasupati dan Mantra Pasupati di Tumpek Landep
Pasupati (Pāśupatāstra) dalam kisah
Mahabharata adalah panah sakti yang oleh Batara Guru dianugerahkan kepada
Arjuna setelah berhasil dalam laku tapanya di Indrakila yang terjadi saat
Pandawa menjalani hukuman buang selama dua belas tahun dalam hutan. Panah yang
berujung bulan sabit ini pernah digunakan oleh Batara Guru saat menghancurkan
Tripura, tiga kota kaum Asura yang selalu mengancam para dewa. Dengan panah ini
pula Arjuna membinasakan Prabu Niwatakawaca. Dalam perang Bharatayuddha, Arjuna
menggunakan panah ini untuk mengalahkan musuh-musuhnya, antara lain Jayadrata
dan Karna yang dipenggal nya dengan panah ini.
Makna Pasupati
Upacara Pasupati bermakna pemujaan
memohon berkah kepada Hyang Widhi (Sang Hyang Pasupati) untuk dapat
menghidupkan dan memberikan kekuatan magis terhadap benda-benda tertentu yang
akan dikeramatkan. Dalam kepercayaan umat Hindu (ajaran Sanatana
Dharma) di Bali, upacara Pasupati
merupakan bagian dan upacara Dewa Yadnya. Proses pasupati bisa dengan hanya
mengisi energi atau kekuatan tuhan atau menstanakan sumber kekuatan tertentu di
dalam benda tersebut. Tergantung kemampuan orang yang melakukan upacara
pasupati tersebut. dalam Bhagavadgita IV.33, disebutkan bahwa:
srayan dravyamayad yajnaj
jnanayajnah paramtapa
sarvam karma 'khilam partha
jnane perimsamapyate
artinya:
Persembahan berupa ilmu pengetahuan,
Parantapa lebih bermutu daripada persembahan materi dalam keseluruhannya semua
kerja iniberpusat pada ilmu-pengetahuan, Oh Parta…
Salah satu hari suci agama Hindu
yang cukup istimewa adalah Tumpek Landep yang jatuh setiap 210 hari sekali
tepatnya pada setiap hari Saniscara Kliwon wuku Landep.
Secara umum untuk merayakannya,
masyarakat Hindu menggelar kegiatan ritual yangkhusus dipersembahkan untuk
benda-benda dan teknologi, yang berkat jasanya telah mampu memberikan kemudahan
bagi umat dalam mencapai tujuan hidup. Utamanya adalah benda-benda pusaka,
semisal keris, tombak, sampai kepada kendaraan bermotor, komputer, dan
sebagainya.
Disamping hal tersebut, sesungguhnya
hari suci Tumpek Landep merupakan hari Rerahinan gumi dimana umat Hindu
bersyukur kepada Ida Sang Hyang Widhi yang telah memberikan kecerdasan, pikiran
tajam serta kemampuan yang tinggi kepada umat manusia (Viveka dan Vinaya),
sehingga mampu menciptakan berbagai benda yang dapat memudahkan hidup termasuk
teknologi. Mesti disadari, dalam konteks itu umat bukanlah memuja benda-benda
tersebut, tetapi memuja kebesaran Tuhan.
Upacara pasupati merupakan bagian
dan upacara Dewa Yadnya, upacara ini ditata dalam suatu keyakinan yang terkait
dengan Tri Rna. Upacara pasupati yang diyakini oleh manusia sejak dulu kala
sampai kini hidup dalam proses budaya dan budaya tradisi kecil ke tradisi besar
dan hidup sampai tradisi modern. Upacara ini bertujuan untuk menghidupkan serta
memohon kekuatan magis terhadap benda-benda tertentu yang akan dikeramatkan.
Menurut keyakinan Hindu khususnya di Bali segala sesuatu yang diciptakan oleh
Ida Hyang Widhi mempunyai jiwa, termasuk yang diciptakan oleh manusia mempunyai
jiwa/kekuatan magis dengan cara memohon kehadapan Sang Pencipta menggunakan
upacara Pasupati. Seperti contohnya yaitu benda yang disakralkan berupa
Pratima, keris, barong, rangda, dan lain-lain. Hal itu dapat dibuktikan dalam
beberapa sloka dalam kitab suci agama Hindu yang berbunyi, sebagai berikut:
Bhurita Indra Wiryam tawa
smaya
Sya stoturma dhawan kamana prna
Anu tedyavabhahah wiryani nama
Iyam ca te prthiwi nama ojase
Artinya:
Keselamatan-Mu sungguh hebat, Dewa
Indra. Kami adalah milik-Mu, kabulkanlah Madhawan. Permohonan pemuja-Mu, langit
yang megah seperti engkau. Kepada-Mu dan untuk kesaktian-Mu bumi mengabdi (Reg
Weda).
Pemikiran di atas mengandung makna,
penggambaran hubungan manusia dengan Tuhannya dapat melalui permohonan doa,
kesucian pikiran ada kekuatan magic yang diyakini berkah Ida Hyang Widhi Wasa
yang dilimpahkan pada umatnya. Secara simbolik upacara Pasupati berarti
memberkahi jiwa (kekuatan magic) pada benda-benda budaya yang mempunyai nilai
luhur dan memberikan kesejahteraan pada umatnya.
Dalam rangka sakralisasi maupun
penyucian suatu benda seperti keris, barong, arca, pratime, pis bolong dan lain-lain harus melalui upacara
prayascita dulu yang bermakna menghilangkan noda/kotoran yang melekat karena
proses pembuatan benda tersebut. Secara niskala selanjutnya diadakan proses
upacara “Dewa Prayascita”. Ada juga menyebut dibuat upacara Pasupati
yang bermakna memberkahi kekuatan sinar suci Ida Hyang Widhi Wasa pada benda-benda
tersebut. Ada pula mengatakan bahwa khusus upacara Pasupati bagi arca,
Dewa-Dewa dilengkapi penulisan huruf magic. Mengacu pada pemikiran diatas
upacara Pasupati di Bali masih ditradisikan di Bali, dimana benda seperti arca,
barong, keris, Pis Bolong dan lain-lain setelah dipasupati,
amat diyakini oleh masyarakat, bahwa benda tersebut memiliki roh atau jiwatman
dan terkandung kekuatan suci Ida Hyang Widhi/Ida Hyang Pasupati dan juga
menjadi sungsungan masyarakat.
Keyakinan Upacara diatas juga
dibenarkan pula oleh pendapat tokoh antropologi yang mengatakan bahwa sistem
kepercayaan masyarakat mengandung keyakinan dengan dunia gaib. Dewa - dewa,
mahiuk halus, kekuatan sakti serta kehidupan yang akan datang pada wujud dunia
dan alam semesta. Pemikiran diatas dikaitkan dengan upacara Pasupati
membenarkan bahwa keyakinan yang tebal pada masyarakat setelah benda tersebut
diupacarai pasupati akan diberkahi kekuatan sakti para dewa sebagai manifestasi
Ida Hyang Widhi Wasa. Penulis juga pernah membaca pada lontar Tutur pasupati
yang menggambarkan bahwa dengan memohon para dewa untuk memusnahkan segala
kotoran untuk menemukan kesucian pada bhuwana alit dan bhuwana agung dengan
berbagai mantra dan upakara, maka dari itu upacara pasupati tergolong upacara
dewa yadnya. Upacara pasupati sebagai media sakralisasi, seperti telah
dijelaskan di atas pelaksanaan upacara pasupati bervariasi menurut desa, kala dan
patra masing-masing desa di Bali.
Sarana Upacara Banten Pasupati
Dalam setiap upacara; maka
keberadaan upakara tentu tidak dapat dikesampingkan, demikian pula halnya
ketika umat Hindu melaksanakan upacara Tumpek Landep ini.
Adapun sarana/upakara yang
dibutuhkan dalam Tumpek Landep, yang paling sederhana adalah canang sari, Dupa Pasupati dan tirtha pasupati. Yang lebih besar dapat menggunakan
upakara Banten Peras, Daksina atau Pejati. Dan yang
lebih besar biasanya dapat dilengkapi dengan jenis upakara yang tergolong
sesayut, yaitu Sesayut Pasupati dengan kelengkapan banten prayascita, sorohan
alit, banten durmanggala dan pejati.
Cara penyusunannya, dari bawah ke
atas
Tebasan pasupati
- Kulit sayut
- Tumpeng barak
- Raka – raka dan jaja
- Kojong balung/prangkatan (5 kojong jadi 1) yang berisi kacang, saur, Gerang, telur dan tuung (terong)
- Sampian nagasari, penyeneng, sampian kembang (terbuat dari don andong)
- Pejati dan peras dengan sampian dari don andong, canangnya menggunakan bunga merah
- Lis/buu alit (dari don andong)
- dupa 9 batang
- ayam biying mepanggang
- segehan bang
banten prayascita untuk Pasupati
- tumpeng mepekir 5
- tulung 5
- siwer 1 dengan tanceb cerawis
- tipat pendawa
- kwangen dan don dadap 5, masing 2 ditancapkan di tumpeng
- raka2 dan kacang saur
- sampian nagasari
dapetan tumpeng 7, alas ngiu
- taledan 2 – masing -masing di isi : taledan pertama: tumpeng 2, raka2 kacang saur dan sampian nagasari. taledan ke dua: tumpeng 3, tulung, bantal, tipat penyeneng, raka2 kacang saur dan sampian pusung
- sayut 2 – masing -masing di isi : sayut pertama; gibungan lempeh 1, raka2 kacang saur dan sampian nagasari dan sayut berikutnya; gibungan lanying 4, raka2 kacang saur dan sampian nagasari
- di tengah2 isi cawan, isi base tampin, beras, benang tebus, pis bolong 3, penyenyeng
sorohan alit untuk Pasupati
- taledan mesibeh/mesrebeng
- kulit sayut 2 , di sampingnya
- kulit peras di tengah2 antara sayut
- ujung peras isi katak-kituk, sesisir pisang, sedikit jajan, nasi dan saur, isi plaus kecil, smua dsb nasi sasah, sidampingnya isi pisang tebu raka2
- belakang nasi sasah isi tumpeng 11
- kulit sayut isi nasi pulungan 4
- kulit sayut lg satu, sisi gibungan alit 1
- di kulit peras isi tulung 3
- isi kacang saur raka2
- sampian pusung 2, di taruh bagian depan
- di atas sayut sampian naga sari 2
- atas kulit sayut sampian nagasari1
- penyeneng, tatakan celemih, isi base tampin, beras, benang tebus
- lis / buu alit
- banten bersihan
banten durmanggala dengan klungah
nyuh mulung (gadang)
Banten Pejati untuk melengkapi
Banten Pasupati sebagai hulu upacara pasupati tersebut.
Dari berbagai jenis upakara tersebut
yang terpenting barangkali adalah Tirtha Pasupati; karena umat Hindu masih
meyakini betapa pentingnya keberadaan tirtha ini. Tirtha Pasupati biasanya
didapat melalui Pandita atau Pinandita melalui tatacara pemujaan tertentu. Tapi
bagaimana halnya dengan individu-individu umat Hindu, apa yang mesti dilakukan
jika ingin mendapatkan Tirtha Pasupati? Bisakah memohonnya seorang diri tanpa
perantara Pinandita dan atau Pandita? Jawabannya tentu saja boleh...!
Cukup menyiapkan sarana seperti di
atas (seuaikan dengan desa-kala-patra). Misalnya dengan sarana canang sari,
dupa dan air (toya anyar), setelah melakukan pembersihan badan (mandi
dsb). Letakkan sarana/ upakara tersebut di pelinggih/ altar/ pelangkiran.
Kemudian melaksanakan asuci laksana (asana, pranayama, karasudhana) dan matur
piuning (permakluman) sedapatnya baik kepada leluhur, para dewa dan Hyang
Widhi, ucapkan mantra berikut ini dengan sikap Deva Pratista atau Amusti Karana
sambil memegang dupa dan bunga.
Sebenarnya siapapun dapat
“menghidupkan / me-pasupati” Rerajahan / barang setelah melalui beberapa ritual
tertentu, seperti membacakan “mantra pangurip”. Namun hendaknya sebelum mantra
ini diucapkan sebaiknya pahami benar maksud gambar Rerajahan yang akan di
“pasupati” agar tidak menjadi bumerang dikemudian hari.
Pedanda (karena Brahmana adalah
sebutan untuk klan/keluarga pendeta Hindu, namun tidak selalu menjadi atau
memiliki kemampuan menjadi pedanda) dan Pemangku juga Balian (paranormal)
adalah praktisi-praktisi yang mendalami pembuatan Rerajahan, tentu saja mereka
mampu menginisiasi rerajahan.
Mantra Pasupati:
Om Sanghyang Pasupati Ang-Ung Mang
ya namah svaha
Om Brahma astra pasupati, Visnu
astra pasupati,
Siva astra pasupati, Om ya namah
svaha
Om Sanghyang Surya Chandra tumurun
maring Sanghyang Aji Sarasvati-tumurun maring Sanghyang Gana, angawe pasupati
maha sakti, angawe pasupati maha siddhi, angawe pasupati maha suci, angawe
pangurip maha sakti, angawe pangurip maha siddhi, angawe pangurip maha suci,
angurip sahananing raja karya teka urip, teka urip, teka urip.
Om Sanghyang Akasa Pertivi pasupati,
angurip........
Om eka vastu avighnam svaha
Om
Sang-Bang-Tang-Ang-Ing-Nang-Mang-Sing-Wang-Yang
Ang-Ung-Mang,
Om Brahma pasupati,
Om Visnu Pasupati,
Om Siva sampurna ya namah svaha
Kemudian masukkan bunga ke dalam air
yang telah disiapkan
Dengan demikian maka air tadi sudah
menjadi Tirtha Pasupati, dan siap
digunakan untuk mempasupati diri sendiri dan benda-benda lainnya.
Catatan:
……………………….Titik-titik pada mantra di
atas adalah sesuatu yang mau dipasupati)-dalam hal ini adalah air untuk tirtha
pasupati. Dalam hal tertentu dapat dipakai mempasupati yang lainnya..tergantung
kebutuhan (tapi tetap saya sarankan hanya untuk Dharma, karena jika akan
dipakai untuk hal-hal negatif maka mantra tersebut tidak akan berguna bahkan
akan mencederai yang mengucapkannya)!!
Mantra di atas bersumber dari lontar
Sulayang Gni Pura Luhur Lempuyang, koleksi pribadi.
Mantra Pasupati berikut juga bias digunakan, yang di Kontribusi dari Jro
Mangku Wayan Natia, Pinandita Loka Palaya Seraya di Kecamatan Banjit, Way
Kanan-Lampung.
Om ang ung pasupati badjra yuda agni
raksa rupaya purwa muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati pasa yuda agni
raksa rupaya pascine muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati cakra yuda agni
raksa rupaya utara muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati padma yuda agni
raksa rupaya madya muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati para mantra
pasupatnya ong pat
Om ang brahma urip
Om ung wisnu urip
Om mang iswara urip
Urip (3x) Tang rerajahan
Om dewa urip, manusia urip, sing
teka pada urip
Om kedep sidhi mandi mantra sakti
Atau dapat juga menggunakan mantra
Pasupati berikut, yang dikontribusikan oleh jro manggih, salah satu orang
yang disegani di daerah sebatu, gianyar..
Ong ang ung,
teka ater (3x)
ang ah, teka mandi (3x) ang.
(jeda sesaat)
Ong betare indra turun saking
suargan,
angater puja mantranku,
mantranku sakti,
sing pasanganku teka pangan,
rumasuk ring jadma menusa,
jeneng betara pasupati.
Ong ater pujanku, kedep sidi mandi
mantranku, pome.
(jeda sesaat)
Om bayu sabda idep, urip bayu, urip
sabda, urip sarana, uriping urip, ya nama swaha. Om aku sakti, urip hyang
tunggal, lamun urip sang hyang tunggal, urip sang hyang wisesa, teka urip 3x
Atau menggunakan mantra Pasupati berikut
MENYUCIKAN BAHAN
ong sameton tasira matemahan ongkara
Malecat ring angkasa tumiba ring
pertiwi
Matemahan sarwe maletik
Mabayu, masabda, maidep
Bayunta pinake sabdan I ngulun
Pejah kita ring brahma
Urip kita ring wisnu
Begawan ciwakrama mengawas-ngawasi
sarwa waletik
MANTRA NGERAJAH
ong saraswati sudha sudha ya namah
swaha
PENGURIP RERAJAHAN
ong ang ung mang
Ang betara brahma pangurip bayu
Ung betara wisnu pangurip sabda
Mang betara iswara pangurip idep
Ong sanghyang wisesa pengurip
saluiring rerajahan
Teke urip (3x) ang ung mang ong
PENGURIP SERANA
ong urip bayu sabda idep
Bayu teke bayu urip
Sabda teke sabda urip
Idep teke idep urip
Uriping urip teke urip (3x)
Hasilnya dari proses pasupati tidak
akan sama antara orang yang 1 (satu) dengan yang lainnya tergantung tingkat
kesucian masing – masing orang, memang semua orang bisa melakukan pasupati,
asal tahu tatacara dan langkah – langkahnya. istilah balinya “eed upacara” tapi
tetap hasilnya tidak akan sama kekuatan yang terpancarkan, bahkan bias – bisa
kekuatan tersebut bahkan akan berefek buruk pada yang menggunakan barang –
barang hasil pasupati jika salah dalam melakukan upacara tersebut.
Kewaskitaan sangat diperlukan karena
proses tersebut mesti disaksikan sendiri apakah sdh benar atau hanya pikiran
semata.
Pada proses pasupati orang yang
melakukan upacara tersebut mesti bisa berbadan dewa atau menyatu atau sama
kedudukan yang menyembah dengan yang disembah pada saat itu sehingga proses
penghadiran dewa yang dikehendaki kekuatan nya benar- benar hadir dan mengisi
benda yang akan dipasupati atau manifestasi Tuhan tersebut berstana atau
berdiam diri langsung di benda yang diupacarai.
Kalau hanya berbekal keyakinan saya
bs melakukan hal tersebut tanpa diimbangi dengan uraian diatas sama saja kita
tidak tahu dengan apa yang kita lakukan dan apa yang sedang terjadi dan apa
yang akan terjadi selama dan sesudah proses pasupati terjadi.
Jadi kesimpulannya semua bisa
melakukan hal upacara pasupati tersebut tapi tetap akan diberikan ijin oleh
Tuhan apa tidak itu tergantung dari manusia yang melakukan upacara tersebut.
Proses pasupati tidak sesimpel yang
dipikirkan dengan hanya memegang benda yang akan dipasupati dan meniatkan benda
itu berubah jd apa yang dikehendaki itu justru akan menjadi bumerang bagi yang
mempasupati benda tersebut, karena dengan kesaktian penciptanya, justru
kekuatan yang ada di benda tersebut akan menekan yang memakai benda tersebut
sehingga berefek sangat buruk pada yang memakainya, akibatnya lama kelamaan
aura kesaktian penciptanya ini akan menggencet jiwa pemakainya yang bisa
mengakibatkan ketidakharmonisan didalam rumahtangga, misalnya : rasa takut,
merinding, gelisah, rasa marah yang tidak terkontrol, dll
Kalau di ghanta yoga semua itu tidak
terlepas dari energi ghanta dalam mempasupati sebuah benda, dengan kekuatan
kesucian yang dimiliki pembina setiap benda yang dipegang saja sudah bercahaya
apalagi beliau melakukan proses pasupati pastinya akan jauh lebih dasyat energi
yang terpancar untuk keharmonisan alam sekitarnya dari benda yang sudah
dipasupati beliau.
Permohonan kepada sang hyang
pasupati dan diberikannya restu melalui kekuatan ghanta pada jaman sekarang ini
akan membuat setiap benda menjadi berfungsi sangat sempurna sesuai dengan dasar
benda tersebut dan program yang dimasukkan ke benda tersebut akan berjalan
lebih berguna bagi yang menggunakannya.
Etikanya memang memohonkan pada sang
hyang pasupati tp kekuatan yang berstana di benda yang dipasupati adalah
kekuatan energi ghanta yang sudah difungsikan sesuai utk memfungsikan benda
yang dipasupati karena kekuatan yang relevan pada jaman ini adalah energi
ghanta, semua benda yang dipasupati akan menjadi metaksu dengan berdiamnya
sumber energi pd benda tersebut yaitu adhitaksu.
Silahkan dibandingkan benda-benda
yang sudah dipasupati apapun itu dengan benda-benda yang dipasupati dengan
energi ghanta pasti akan jauh dari yang diharapkan fungsinya
Atau silahkan pasupati sendiri
benda-benda yang anda punyai (jika anda sudah merasa mampu) dan bandingkan
dengan hasil pasupati dari ida nabe, apakah akan sama hasilnya???? Silahkan
dinilai sendiri……..
Mengenai pemakaian produk seperti
kalung ghanta atau dupa gandasidhi atau minyak dan lainnya yang diproduksi
melalui proses pasupatian itu memang sasarannya ke orang diluar anggota ghanta,
tapi jika ada sisya (murid) yang mau membelinya alangkah dihargai hal tersebut
disamping utk menambah keyakinan, hal itu juga bisa membantu secara finansial
yayasan serta juga menunjukkan kebanggaan sisya dengan ghantayoga.
Sisya yang selalu membicarakan
mengenai ghantayoga menunjukkan keyakinananya dan kebanggaannya akan ajaran
yang dipelajari serta pengetahuannya sdh meningkat akan ajaran ghantayoga dan
mau membagikan vibrasi energi ghanta ke orang lain daripada membicarakan
keilmuan lain diluar yang telah diajarkan dari ghanta, menunjukkan sisya
tersebut jarang bahkan tidak pernah melatih ajaran ghantayoga dalam
kesehariannya dan semakin tidak mengerti akan ajaran ghanta yoga dan karena
hanya ingin menunjukkan pengetahuannya sehingga yang dibicarakan selalu hal-hal
yang di luar ghanta yoga utk menutupi ketidak mengerti nya terhadap ajaran
ghanta yang notebene tidak pernah dilatih dan dikonsultasikan ke pembina, itu
menunjukkan sisya tersebut sudah menurun keyakinannya terhadap ghanta yoga dan
diharapkan sisya tersebut segera berkonsultasi sesering mungkin dengan pembina
dan jika hal tersebut tidak bisa menambahkan keyakinan terhadap ajaran ghanta
yoga sebaiknya sisya tersebut segera mungkin mengundurkan diri dari yayasan
daripada meng-kotaminasi sisya yang lainya dan menimbulkan keraguan bagi sisya
yang mudah goyah keyakinannya atau yang baru setengah-setengah keyakinannya
terhadap ajaran ghanta yoga.
Ajaran ghanta yoga keluarnya dari guru ghanta yoga itu sendiri, jadi apapun
yang dikatakan guru ghanta yoga itulah yang mesti dijalankan karena itu
merupakan kebenaran yang mesti diikuti, semua itu merupakan tanggung jawab
beliau dengan berani memberikan saran terhadap sisyanya otomatis hal itu akan
ditanggung sendiri oleh sang guru sampai hal yang disarankan tersebut menjadi
kenyataan dalam kehidupan sisyanya, jadi jika semua saran dr guru diragukan
bahkan tidak dijalankan itu menunjukkan sisya sdh tidak ada respect terhadap
gurunya dan itu menunjukkan pula ketidak bergunanya seseorang belajar di ghanta
yoga dan saran yang terbaik bagi sisya tersebut adalah agar sisya tersebut
segera pula mengundurkan diri dari ajaran ghanta yoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar