Senin, 05 Agustus 2013

Otonomi Khusus untuk Bali


Hashim Djojohadikusumo:
Denpasar (Bali Post) - 05 April 2009
Jika Partai Gerindra menang, tidak akan ada lagi aturan-aturan semacam UU Pornografi dan BHP yang akan lolos. Hal itu diungkapkan Ketut Bagiada, S.H., Wakil Sekjen DPP Partai Gerindra yang sekaligus caleg DPR-RI nomor 4 dari partai berlambang kepala burung garuda di sela-sela kemeriahan kampanye, Sabtu (4/4) kemarin, di Lapangan Niti Praja, Lumintang, Denpasar. Sementara itu, Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo menjanjikan otonomi khusus buat Bali.

Dengan delapan program aksi yang dicanangkan, ungkap Bagiada, Partai Gerindra akan melakukan perubahan-perubahan mendasar pada tatanan dan sistem pemerintahan di Indonesia. 'Seperti yang sering diungkapkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, sistem yang kini dijalankan di Indonesia sangat tidak memihak kepada petani, nelayan, pedagang kecil, buruh, dan sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya,' ujar Bagiada.

Dalam kapasitasnya sebagai calon anggota DPR-RI, Bagiada yang pernah menghuni Senayan pada periode 1999-2004 itu mengatakan Bali juga membutuhkan berbagai pembenahan sistem yang lebih berpihak pada kelompok masyarakat bawah dan berorientasi pada kebudayaan khas masyarakat Bali. 'Tanpa kita sadari, Bali telah terseret jauh dari akar budayanya sendiri dan cenderung merasa bangga dengan hal-hal yang bersifat artifisial. Kita bangga dengan tempelan-tempelan yang berbau Bali, tetapi kita cederung menjauh dari roh dan esensinya. Kita senang dengan ornamen-ornamen pada gedung-gedung yang baru dibangun seakan itulah bentuk arsitektur Bali. Tapi kita menjauh dari esensi Tri Hita Karana yang menjadi dasar arsitektur Bali. Begitu juga dalam penanganan lingkungan, pengembangan karakter masyarakat, dan sebagainya,' tutur lelaki kelahiran Desa Gitgit, Buleleng itu.

Di bidang ekonomi, Bagiada menyoroti persoalan klasik di Bali, yakni pemerataan pendapatan masyarakat. 'Sungguh menyedihkan, ternyata sebagian saudara-saudara kita di Buleleng, Karangasem, Nusa Penida, dan di beberapa kawasan lain harus menanggung keadaan serba kekurangan, sementara di Kuta, Sanur, Nusa Dua, Denpasar, Ubud, dan di beberapa tempat lainnya lagi, kita menyaksikan kemakmuran begitu melimpah. Bali adalah satu masyarakat, satu budaya, satu bahasa, maka sangat tidak layak jika kita membiarkan saja saudara-saudara kita itu tenggelam dalam kemiskinan selama puluhan tahun. Semua ini adalah soal sistem dan keinginan bersama untuk mengubah sistem itu,' tandas Bagiada.

Jurkam Gerindra lainnya, Permadi, S.H., memuji Prabowo sebagai Soekarno muda. 'Apakah saudara-saudara masih mencintai Bung Karno? Jika masih mencintainya, maka dengan ini, saya sebagai penyambung lidah Bung Karno menyatakan Bung Prabowo adalah Soekarno muda,' ujar anggota DPR-RI yang menyatakan keluar dari PDI-P dan bergabung dengan Gerindra.

Menurutnya, Partai Gerindra patut disebut sebagai penjelmaan Gatotkaca. 'Dalam umur setahun, Gatotkaca dimasukkan Kawah Candradimuka untuk mendapatkan gemblengan. Gerindra pun demikian. Dalam usia setahun telah berhasil menjelma menjadi bayi ajaib,' ungkap Permadi. (r/*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar