Kamis, 26 Januari 2017

DASA AKSARA RAHASIA KEKUATAN SEMESTA

Dasa Aksara rahasia kekuatan semesta alam

Om Awighnamastu Namo Siddham - Semoga tiada halangan.
Ini merupakan wejangan yang teramat mulia, diceritakan dalam setiap tubuh manusia terdapat hurup – hurup yang sangat disucikan, diceritakan pula bahwa Dewa - dewa dari hurup suci tersebut bersatu menjadi sang hyang ‘dasa aksara’.

Dasa aksara merupakan sepuluh hurup utama dalam alam ini yang merupakan simbol dari penguasa alam jagat raya dan sangat erat hubungannya dengan dewata nawasanga. Dari sepuluh hurup bersatu menjadi panca brahma (lima hurup suci untuk menciptakan dan menghancurkan), panca brahma menjadi tri aksara(tiga hurup), tri aksara menjadi eka aksara (satu hurup). Ini hurupnya: “OM”. Bila sudah hafal dengan pengucapan hurup suci tersebut agar selalu di ingat dan diresapi, karena ini merupakan sumber dari kekuatan alam semesta yang terletak didalam tubuh kita (bhuana alit) ataupun dalam jagat raya ini (bhuana agung) .

Dan ketahuilah kandaning Sang Hyang Aksara, kawruhake na lungguhe, pasurupe, hanaring Buwana Alit, ring angga sariranta. 20 akweh ikang aksara, ane dadi bungkahing sastra, yang kawruhe, away wera, apan mula dahat tutur iki, wenang managa buwana. Iki luwirnya:
ha na ca ra ka = ada utusan,
da ta sa wa la = pada peperangan,
pa dha ja ya nya = sama saktinya,
ma gab ha tha nga = sama-sama mati.
Disini yang digunakan referensi aksara Jawa. Karena lebih lengkap dan mudah dipahami. Ke 20 aksara itu menggambarkan suatu proses penciptaan Tuhan, yang dilewatkan kepada manusia.
Maka penjelasannya sebagai berikut:
ha na ca ra ka = Ada utusan, utusan dari Hyang Widhi, dua orang manusia, laki dan perempuan. Yang dalam mitos cerita Aji Saka bernama Dora dan Sembada.
da ta saw a la = Membawa pesan atau tugas yang tidak boleh tidak, harus dilaksanakan. Tugas Dora adalah mempertahankan keris, yang ditipkan Aji Saka kepadanya. Sedangkan tugas Sembada kembali meminta keris tersebut.
pa da ja ya nya = perintahnya pasti, “Dora kutitip keris ini kepadamu, dan tidak boleh siapapun mengambil kembali, selain aku”, kata Aji Saka. Dan setelah itu, Sembada pun diperintah. “Semada ambilah keris yang kutitipkan pada Dora, jangan pernah kembali tanpa keris tersebut”, kata Aji Saka pula.
ma ga bat ha nga = Itulah alasannya, kenapa kedua utusan itu lalu bertempur. Namanya juga murid Aji Saka, pastilah bukan manusia sembarangan. Karena sama-sama saktinya, maka keduanya pun akhirnya sama-sama mengalami kematian.
lebih dalam, dapat diselami artinya sebagai berikut:
Aji Saka melambangkan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.
Dora adalah manusia laki-laki dewasa, dan
Sembada adalah manusia perempuan dewasa.
Keris ini adalah symbol purusha = purus; kemaluan laki-laki.
Saung keris yang dibawa Sembada, sebagai bukti ia utusan Aji Saka, adalah simbol predana = vagina; kemaluan wanita.
Bertempur adalah simbol persetubuhan, senggama antara laki-laki dan perempuan. Sama-sama lelah, karena api asmara yang tadi telah membakar dirinya telah padam, telah mati.
Karena itulah kerajaan Aji Saka bernama Medang Kemulan, yang berarti Medal Kemulan atau keluar dari kemaluan lewat pergumulan, persetubuhan.
Dan karena itu pula, bila tiba-tiba ada seorang wanita remaja ataupun dewasa kedapatan hamil dan tidak ada yang mengaku bertanggung jawab, maka agar anaknya nanti tidak menjadi anak bebinjat, dia bisa dikawinkan atau dinikahkan dengan sebuah keris. Karena keris dianggap simbol purusha.
Selanjutnya dikatakan :
ha na ca ra ka, unggwanya Wetan (Timur) adalah kawitan atau wiwitan (permulaan) adanya wujud manusia,
pa dha ja ya nya, unggwanya Kulon (barat) berarti bapak-ibu kelonan (tidur bersama),
da ta sa wa la, unggwanya kidul (selatan) berarti kemaluan bapak ndudul (menerobos kemaluan ibu), kemudian si ibu menjadi bunting, hamil.
ma ga ba tha nga, unggwanya Lor (utara) artinya lahir, melahirkan anak.
Dengan adanya kelahiran manusia inilah ajaran Kanda Pat menjadi ada. Bila tidak ada kelahiran ini, maka ajaran Kanda Pat pun takkan pernah ada.
Menurut sastra Kejawen, aksara 20 itu, bila diucapkan secara terbalik, akan menjadi ilmu penolak yang sangat ampuh. Bisa menolak segala malapetaka. Termasuk menolak tuju, teluh, teranjana, leak, desti, pepasangan, sesawangan, rerajahan dan sebagainya. Inilah mantranya :
“Nga Tha Ba Ga Ma, Nya Ya Ja Dha Pa. La Wa Sa Ta Da, Ka Ra Ca Na Ha”.
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Nga Tha Ba Ga Ma = Tidak ada kematian,
Nya Ya Ja Dha Pa = Tidak ada kesaktian,
La Wa Sa Ta Da = Tidak ada peperangan,
Ka Ra Ca Na Ha = Tidak ada utusan.
Mantra ini telah diyakini dan dipraktekkan oleh beberapa teman, dan semuanya mengatkan berhasil.
Lebih jauh penjabaran aksara 20 dalam kaitannya dengan ajaran Kanda Pat Dewa, adalah begini :
Ha Na Ca Ra Ka, Dewanya Bhatara Iswara, rupanya putih, senjatanya Bajra, tunggangannya Gajah.
Da Ta Sa Wa La, Dewanya Bhatara Brahma rupanya Abang, senjatanya Danda, tunggangannya Angsa.
Pa Dha Ja Ya Nya, Dewanya Bhatara Mahadewa, rupanya kuning, senjatanya Nagapasah, tunggangannya Naga.
Ma Ga Ba Tha Nga, Dewanya Bhatara Wisnu, rupanya ireng, senjatanya Cakra, tunggangannya Garuda.
Dari aksara 20 (dwidasa aksara) inilah kemudian lahir dari Dasaksara, dadi pancaksara, dadi triaksara, dadi Rwabhineda.
Sabdaning Pancaksara adalah Na Ma Si Wa Ya. Catatan : Mang, Ang, Ong, Ung, Yang, Sa, Ba, Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya. Semua disebutkan Pancaksara.
Sabdaning Rwabhineda adalah : Ang Ah, dadi Purusa-Predana, Akasa-Pretiwi, Lemah-Peteng, dan Urip kelawan Pati.
Triaksara ring Buwana Alit, Ang ring ati, Ung ring ampru, Mang ring papusuh. Dan juga, Ang ring bayu, Ung ring sabda dan Mang ring idep. Ang berwujud api, Ung berwujud air, dan Mang berwujud angin. Ang Dewanya Brahma, Ung Dewanya Wisnu, dan Mang Dewanya Iswara.

Begini caranya menyatukan ataupun menempatkan sang hyang dasa aksara dalam badan ini.
Yang pertama sang hyang sandhi reka yang terletak dalam badan kita ini. Beliau bertapa-beryoga sehingga beliau menjelma menjadi sang hyang eka jala resi. Sang hyang eka jala rsi beryoga muncul sang hyang ketu dan sang hyang rau.
Sang hyang rau menciptakan kala (waktu), kegelapan, niat jahat yang sangat banyak, sedangkan sang hyang ketu menciptakan tiga aksara yang sangat berguna, diantaranya wreasta (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya), beserta swalalita dan modre. Sehingga jumlah hurupnya adalah dua puluh hurup. Aksara modre bersatu dengan sembilan hurup wreasta yaitu dari ha –wa, yang kemudian disebut dasa sita. Aksara swalelita, bersatu dengan sembilan hurup wreasta lainnya yaitu dari la – nya, yang kemudian disebut ‘dasa sila’ dan ‘dasa bayu’. Bertemu ketiga induk dari aksara suci tersebut; dasa sita, dasa sila, dasa bayu menjadi ‘dasa aksara’.

Kedelapan belas aksara ini dapat dirangkaikan menjadi suatu kalimat untuk memudahkan menghapalkannya, yakni: Hana caraka gata mangaba sawala pada jayanya. Artinya: ada (dua orang) hamba berpengalaman membawa surat, sama perwiranya.

Tetapi ada pula yang menulis aksara ini sebagai berikut: Hana caraka dhata sawala pada jayanya magabathanga. Artinya: Ada (dua) prajurit berkelahi, sama saktinya (akhirnya) keduanya menjadi mayat.

Kedelapan belas aksara ini merupakan wreastra, yakni aksara yang tampak dan dapat diajarkan kepada siapa saja. Sedangkan aksara yang tidak tampak yang terdiri atas dua buah aksara disebut swalalita yaitu Ah dan Ang; merupakan aksara yang tidak boleh diajarkan kepada sembarang orang.

Kedua, aksara swalalita ini dilengkapi dengan pangangge sastra, yaitu kelengkapan aksara berupa ardha-candra berbentuk bulan sabit, windu yang melambangkan matahari berbentuk bulatan dan nada melambangkan bintang yang dilukis sebagai segi tiga.

Ketiga, pangangge sastra ini sering dipasangkan dengan aksara huruf hidup: a, i, u, e, o sehingga dibaca menjadi: ang, eng, ing, ong, dan ung. Suku kata ini disebut: ang-kara, eng-kara, ing-kara, ong-kara, dan ung-kara. Bentuk seperti ini disebut modre.

Kelengkapan ketiga aksara swalalita ini sering dihubungkan dengan kekuatan dan simbol dari dewa, sehingga bentuk windu adalah lambang agni, Dewa Brahma, sama dengan aksara Ang. Bentuk ardha-candra adalah lambang air, Dewa Wisnu sama dengan aksara Ung. Dan bentuk nada adalah lambang udara, Dewa Siwa sama dengan aksara Mang.
Ketiga aksara ini jika disatukan akan menjadi Ang-Ung-Mang atau A-U-M yang dibaca Aum atau Om. Di Bali diucapkan Ong. Aksara Ong-kara inilah sumber dari semua aksara, sehingga disebut wija-aksara, aksara yang maha suci, lambang Dewa Trimurti.

Kedudukan kedelapan belas aksara Bali tersebut di dalam tubuh manusia atau bhuana alit adalah sebagai berikut:
Ha di ubun-ubun
Na di antara kedua alis
Ca di dalam kedua mata
Ra di kedua telinga
Ka di dalam hidung
Da di dalam mulut
Ta di dalam dada
Sa di tangan (lengan) kanan
Wa di tangan (lengan) kiri
La di hidung
Ma di dalam dada kanan
Ga di dalam dada kiri
Ba di pusar
Nga di dalam alat kelamin
Pa di dalam pantat (anus)
Ja di kedua tungkai (kaki)
Ya di tulang belakang
Nya di tulang ekor

Kelengkapan atau pangangge aksara mempunyai kedudukan atau tempat pula di dalam tubuh manusia, yakni:
Ulu di kepala (dalam otak)
Taling di hidung
Surang di rambut
Nania di lengan (tangan)
Wisah di telinga
Pepet di batok kepala
Cecek di lidah
Guwung di kulit
Suku di tungkai (kaki)
Carik di persendian
Pamada di alur jantung
ini merupakan maksud/arti dari sastra wreastra, dibaca dari belakang. diantaranya;
nyaya, berarti sang Hyang Pasupati, tuhan
japa, berarti sang hyang mantra,
ngaba, berarti Sang Hyang guna,
gama, berarti kekal, abadi,
lawa, berarti manusia
sata, berarti hewan dan binatang
daka, berarti pendeta, nabi, orang suci
raca, berarti tumbuhan
naha, berarti moksa, nirvana

ini pertemuan sastra yang delapan belas (wreastra) , bertemu ujung dengan pengkalnya menjadi dasa aksara, diantaranya;
ha – nya menjadi sa
na – ya menjadi na
ca – ja menjadi ba
ra – pa menjadi ma
ka – nga menjadi ta
da – ba menjadi si
ta – ga menjadi a
sa – ma menjadi wa
wa – la menjadi i & ya
begini cara menempatkan sang hyang dasa aksara didalam badan, yang merupakan linggih (stana) dewata nawasanga di dalam tubuh manusia, diantaranya;
sa ditempatkan di jantung, dewa Iswara.
ba ditempatkan di hati, dewa Brahma.
ta ditempatkan di kambung, dewa Mahadewa.
a ditempatkan di empedu, dewa Wisnu.
I ditempatkan di dasar hati, dewa Siwa.
na ditempatkan di paru - paru, dewa Maheswara.
ma ditempatkan di usus halus, dewa Rudra.
si ditempatkan di ginjal, dewa Sangkara.
wa ditempatkan di pancreas, dewa Sambhu.
ya ditempatkan di ujung hati, Dewa Siwa.
Ada pula yang memberikan ulasan tentang dasa aksara ini bahwa setiap aksara itu mempunyai arti sendiri-sendiri, yaitu:
Sa berarti satu
Ba berarti bayu
Ta berarti tatingkah
A berarti awak
I berarti idep
Nama berarti hormat
Siwa berarti Siwa
Ya berarti yukti

Dengan pengertian seperti itu, maka arti dari dasa aksara ini adalah orang yang mempunyai tingkah laku dan pikiran (idep) yang luhur saja yang mampu mempergunakan beyu kekuatan dari Siwa. Dengan menyatukan tingkah laku dan pikirannya dia akan mampu mempergunakan dasa bayu untuk kesehjateraan buana alit dan buana agung.


Dasa aksara tersebut terbentuk dari dua jenis aksara suci, yaitu panca tirta dan panca brahma.
yang disebut panca tirta, adalah sebagai berikut:
sang sebagai tirta sanjiwani, untuk pangelukatan (membersihkan).
Bang sebagai tirta kamandalu, untuk pangeleburan (menghancurkan).
Tang merupakan tirta kundalini, utuk pemunah (menghilangkan).
Ang merupakan tirta mahatirta, untuk kasidian (agar sakti).
Ing merupakan tirta pawitra, untuk pangesengan (membakar).
Ini yang dikatakan panca brahma, berada dalam diri manusia. Ini aksaranya;
Nang disimpan di suara.
Mang disimpan di tenaga
Sing disimpan di hati/perasaan
Wang disimpan di pikiran
Yang disimpan di nafas.
 Kemudian balikkan hurup tersebut:
Yang disimpan di jiwa
Wang disimpan di guna/aura
Sing disimpan di pangkal tenggorokan
Mang disimpan di lidah
Nang disimpan di mulut
Bila Dasa aksara diringkas, aksara yang ada di panca tirtha dipasangkan dengan aksara panca brahma akan muncul Sang Hyang Panca Aksara. Inilah panca aksara tersebut:
Sa + Na menjadi Mang
Ba + Ma menjadi Ang
Ta + Si menjadi Ong
A + Wa menjadi Ung
I + Ya menjadi Yang

panca brahma dan panca tirta diringkas menjadi tri aksara (a, u, m).
Setelah itu baru turun arda candra (bulan sabit), windu (lingkaran) dan nada (titik). Baru boleh di ucapkan sang, bang, tang, ang, ing, nang, mang, sing, wang, yang.

Jika panca tirtha digabung dengan panca brahma ditambah dengan tri aksara dan eka aksara akan terjadi catur dasa aksara.

Catur dasa aksara ini terdiri atas: sa-ba-ta-a-i ditambah na-ma-si-wa-ya, serta digabung dengan ang-ung-mang dan ong-kara yang erat kaitannya dengan catur-dasa-bayu, suatu kekuatan yang ada di dalam buana alit dan buana agung, yang memungkinkan manusia dan dunia hidup dengan wajar.
Ini menyimpan Rwa bhineda (dua sisi dunia), ini suaranya; Ong Ung.
Ong di hati putih, ung di hati hitam.
Ung di empedu, ong di pankreas.
Ong di dubur, ung di usus.
lafalkan aksara tersebut lalu letakkan dalam tubuh kita dan alam semesta. Ini rangkuman intisari dari sastra yang berjumlah lima hurup, yang digunakan untuk memuja tuhan, memanggil, menghaturkan persembahan, memohon anugrah dari tuhan YME, diantaranya:
mantra untuk memuja tuhan, Mang Ang Ong Ung Yang.
mantra untuk memanggil agar tuhan berkenan hadir, Ang Ong Ung Yang Mang
mantra untuk mempersembahan sesajen jamuan dari kita, Ong Ung Yang Mang Ang
mantra untuk memohon anugrah dari tuhan YME, Ung Yang Mang Ang Ong
Ini suara inti sari; ekam evam dwityam Brahman, disebut ONG. Berupa api rwa bhineda Ang, berupa air rwa bineda Ah.
dasar mantra antuk tri aksara; Mang Ang Ung
kemulan mantra; Ang Ung Mang
pengastiti widhi dewa bethara; Ung Mang Ang
iki pengeraksa jiwa antuk catur aksara; Mang Ang Ung Ong
pengundang bhuta dengen antuk kahuripan; Ang Ung Ong Mang
pemageh bayu ring raga antuk catur resi; Ung Ong Mang Ang
pangemit bayu antuk catur dewati; Ong Mang Ang Ung
Menurut Lontar Kanda Pat, jika manusia dapat menguasai cara penggunaan pangangge sastra atau sastra busana, maka dia dianggap telah menguasai ajaran Durga, dewi kematian yang ada di kuburan.. Seseorang yang mampu mempergunakan wisah, yakni, huruf h, maka orang tersebut akan mampu melakukan aneluh, membencanai orang lain. Bila dia mampu mempergunakan aksara wisah dan taling maka dia dapat melakukan tranjana (ilmu sihir). Kalau dia mampu mempergunakan wisah dan cecek, maka dia akan dapat melaksanakan hanuju, menunjukkan kekuatannya ke suatu sasaran yang tepat.

Seseorang yang dapat memanfaatkan busana sastra wisah, taling, cecek, dan suku sekaligus maka dia dapat menjadi leak. Dia adalah seorang leak ahli bathin yang amat besar.

Dia mampu mengendalikan semua kekuatan negatif atau pangiwa yang ada di dunia ini. Untuk mampu menggunakan aksara pangangge ini yang merupakan gambar dan lambing yang rumit ini perlu ketekunan dan kemauan keras untuk mempelajarinya. Jika salah mempelajarinya maka kekuatan aksara ini akan dapat membahayakan jiwa orang yang mempelajarinya. Tetapi bagi orang yang mampu mempelajarinya dengan baik, maka orang ini dapat mempergunakan kekuatan aksara ini untuk tujuan baik sehingga menjadi balian panengen, untuk menyembuhkan orang sakit akibat terkena sihir balian pangiwa. Untuk mempelajari lebih dalam mengenai aksara pangangge ini dapat dibaca di dalam lontar Tutur Karakah Durakah, Panglukuhan Dasaksara, Tutur Karakah Saraswati, Tutur Bhuwana Mabah, Usada Tiwas Punggung, Usada Netra dan lainnya lagi.

Setiap aksara apalagi setelah digabungkan beberapa aksara sehingga menjadi dasa aksara, panca aksara, catur aksara, tri aksara, dwi aksara, dan eka aksara mempunyai gambar atau lambang sendiri-sendiri dengan kekuatan bayu atau vayu yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan dan kesehjateraan umat manusia. Tetapi ada pula orang yang mempelajari aksara ini dengan tujuan utnuk membuat sakit orang lain, sehingga dia disebut balian pangiwa. Hal ini tentunya tidak dikehendaki oleh umat manusia. berikut ini meditasinya:
Ong, niatkan menstanakan dirambut (visualisasi ongkara ngadeg)
Sang, stanakan di Siwadwara (rasakan dewa Iswara Dengan warna Putih)
Bang, stanakan di Kepala (Dewa Brahma, Merah)
Tang, stanakan di Kening ,selaning lelata (Dewa Mahadewa, Kuning),
Ang, stanakan di wajah (DewaWisnu, Hitam),
Ing, stanakan di Lidah (Dewa Siwa, Amancawarna),
Nang, stanakan di Tenggorokan (Dewa Mahesora, dadu),
Mang, stanakan di Hati (Dewa Ludra, Jingga),
Sing, stanakan di Perut (Dewa Sangkara, Hijau),
Wang, stanakan di Nabhi/Pusar (Dewa Sambhu, Biru),
Yang, stanakan di Muladhara (Bhatara Guru, mancawarna)

Barang siapa yang memahami pengetahuan ini akan memiliki kesidian serta kesaktian. Ajaran ini oleh masyarakat umum dikenal dengan nama, Yoga, Meditasi dan Samadhi. Namanya berbeda, namun hakekatnya adalah sama saja.

Menurut ajaran Yoga di dalam lapisan tubuh eterik Manusia, terdapat tujuh Cakra utama yang merupakan linggan para Dewa yaitu:
Cakra Muladara, menjadi linggan Dewa Brahma.
Cakra Swadhisthana, menjadi linggan Dewa Wisnu.
Cakra Manipura, menjadi linggan Dewa Rudra.
Cakra Anahata, menjadi linggan Dewa Iswara.
Cakra Wisuda, menjadi linggan Dewa Maheswara.
Cakra Ajna, menjadi linggan Dewa Mahadewa.
Cakra Sahasara menjadi linggan Dewa Siwa.
Untuk Dewa Sambu dan Dewa Sangkara malingga ring Cakra kembar, yang merupakan cakra menengah. Dimana Dewa Sambu berada di sebelah kanan, dan Dewa Sangkara di sebelah kiri. Cakra Kembar berada di kedua tangan, kedua mata, kedua telinga dan sebagainya.

Tulang punggung yang dikatakan sebagai poros tubuh. Dari dalam badan halus yang bersesuaian dengan tulang punggung ini, muncul pusat-pusat kesadaran yang disebut dengan Cakra. Di dalam tubuh halus (eteris) ada banyak sekali Cakra. Namun hanya ada tujuh cakra yang dianggap utama, meliputi :
Cakra Muladara, bersesuaian letaknya dengan pantat.
Cakra Swadhisthana, bersesuaian letaknya dengan kemaluan.
Cakra Manipura, bersesuaian letaknya dengan pusar.
Cakra Anahata, bersesuaian letaknya dengan jantung.
Cakra Wisuda, bersesuaian letaknya dengan tenggorokkan.
Cakra Ajna, bersesuaian letaknya dengan pertengahan kedua alis (selaning lelata).
Cakra Sahasara, bersesuaian letaknya dengan ubun-ubun. Di dalam Sahasara Cakra inilah Siwa bersemayam. Bukan berarti Siwa yang ditempatkan, tetapi kekuatanNya yang dimanifestasikan di sini. Tuhan tidak dapat dibatasi di suatu tempat. Tetapi manifestasinya dapat dipusatkan dimana saja.

lebih lanjut, baca: Apa itu Chakra?

Cakra-cakra itu merupakan pusat energy rohani. Cakra ini tidak tampak dengan mata biasa, karena cakra itu tidak berbadan fisik, melainkan dilapisan badan halus yaitu badan eteris. Selain itu, dalam anatomi tubuh halus itu, terdapat juga nadi-nadi tempat aliran energi, yang memiliki hubungan khusus dengan masing-masing cakra itu. Disebut ida atau pinggala. Kedua nadi ini, terdapat disebelah kanan dan kiri tulang punggung. Disebutkan bahwa, pengetahuan tertinggi ditutupi oleh maya sehingga pengetahuan tertinggi tetap bersembunyi. Yoga adalah jalan untuk menyingkapkan maya dan membuka pengetahuan tertinggi itu. Gheranda Samhita mengatakan, “Tidak ada ikatan yang melebihi kekuatan maya, dan tidak ada kekuatan melebihi Yoga untuk membasmi ikatan-ikatan itu”. Dia yang tekun berlatih Yoga akan mendapatkan bermacam-macam siddhi atau kekuatan gaib.

Badan ini adalah sakti, keperluan badan adalah keperluan sakti. Segala yang terlihat dan berbuat itulah sakti. Seluruh badan dan pekerjaannya adalah penjelmaan sakti itu. Untuk menyadari hal ini orang harus menyempurnakan dirinya. Penempatan Dewa pada bagian-bagian tubuh tertentu, menyimbolkan adanya upaya membuka mengaktifkan dan mengharmoniskan cakra. Semua cakra harus terbuka dan berfungsi menghisap dan memancarkan energy (prana), mengatur, mempertahankan, dan mengelola aspek fisik, emosional, mental dan kejiwaan. Sejalan dengan itu, semakin pandai seseorang memahami kedudukan Dewa di dalam dirinya, berarti ia semakin mahir mengatur gerakan cakra di dalam tubuhnya, sehingga gerakan cakra itu semakin harmonis dan sempurna. Seorang dalam melakukan olah meditasi, yoga atau Samadhi harus mampu memasukkan energi (prana) ketubuhnya secara teratur, agar pengembangan batinnya berjalan dengan baik. Dengan demikian, gerakan cakra semakin harmonis dan sempurna, sehingga menghasilkan energi (prana) yang semakin besar. Energi (prana) yang dihasilkan itulah merupakan modal untuk menjadi Manusia Setengah Dewa Sakti Manderaguna.

demikianlah sastra yang ada di alam ini yang berada juga didalam tubuh kita. Jagalah kesucian dan keseimbangan dari hurup suci tersebut. Semoga setelah membaca dan meresapi sastra ini, dunia ini akan menjadi semakin sejahtera.

Senin, 23 Januari 2017

MEMAHAMI MALAM SIWA RATRI DENGAN BAIK

Memahami Siwa Ratri dengan Baik

Siwa Ratri, malam pemujaan Siwa, ada baiknya kita menyambut “Malam Siwa” dengan pemahaman yang lebih benar, tidak berdasarkan gugon tuwon (kebiasaan) selama ini. Malam tergelap sepanjang tahun dalam kepercayaan Hindu, pangelong 14 Sasih Kepitu itu umat Hindu wajib melakukan puasa total yang meliputi upawasa, monabrata, dan jagra.

Orang sering menyebutnya “malam peleburan dosa”, seolah-olah dosa yang kita lakukan berhari-hari dan berbulan-bulan menjadi lebur hanya karena begadang semalam suntuk. Ini cara pemahaman yang keliru karena dosa tak bisa dilebur hanya dengan begadang, dosa hanya bisa diperbaiki dengan melakukan karma baik. Karena adanya pemahaman yang keliru ini, maka banyak orang yang hanya sekadar begadang. Pura didatangi, mekemit semalam suntuk sambil ngobrol dan makan-makan.

Bagaimana kita bisa melakukan monabrata (tidak berbicara) kalau asyik ngobrol? Memang yang paling mudah dari ketiga brata hari Siwa Ratri ini adalah jagra.  Namun tanpa memahami maknanya karena kita asyik ngobrol bahkan tentang sesuatu yang mungkin jorok. Atau begadang sambil berjudi. Yang terakhir ini justru menambah dosa. Jagra yang dimaksudkan di sini adalah kita awas, eling, dan merenungi kehidupan ini untuk selalu diperbaiki kesalahannya.

Siwa Ratri sesungguhnya datang setiap bulan. Setiap pengelong 14 (sehari sebelum Tilem) adalah malamnya Siwa. Itu saat-saat terbaik untuk melakukan puasa. Sedangkan pengelong 14 Sasih Kepitu adalah malam tergelap setiap tahun, dan ini disebut Maha Siwa Ratri. Kata “maha” sudah menunjukkan bahwa ini Siwa Ratri yang lebih khusus karena yang paling besar. Umat Hindu di Nusantara, tentunya termasuk di Bali, hanya merayakan Siwa Ratri yang “maha” ini. Sedang Siwa Ratri setiap bulan dilewatkan begitu saja.

Kita tak bisa menyalahkan anak-anak muda Hindu yang mondar-mandir di jalan selesai melakukan persembahyangan, karena niat mereka itu sebenarnya bagus, bagaimana melewatkan “Malam Siwa” dengan jagra. Hanya karena tidak tahu caranya, tidak ada yang mengarahkan, maka mereka keluyuran begitu saja. Hal ini terjadi di kota-kota besar seperti Denpasar. Seperti tahun-tahun sebelumnya, selesai bersembahyang di Pura Jagatnatha, remaja Hindu itu keluyuran dengan sepeda motor. Bagi yang tidak membawa motor, mereka bergerombol duduk di lapangan Puputan Badung.

Sedikit sekali institusi atau lembaga atau organisasi yang mengambil inisiatif untuk merancang kegiatan yang mengisi pencerahan. Katakanlah misalnya meditasi massal, atau agni hotra, atau pembacaan ayat-ayat suci Weda melengkapi persembahyangan di pura. Atau mungkin dharmatula dalam lingkaran-lingkaran kecil — agar tidak ngobrol hal-hal yang bertentangan dengan agama — sementara pada jam-jam tertentu (katakanlah tengah malam) berhenti sejenak untuk melantunkan mantra suci ke hadapan Siwa. Kita bisa melakukan ini dengan mudah sekarang, karena lewat internet sudah banyak aplikasi mantram yang bisa di-down load untuk Siwa Ratri ini. Anak-anak muda Hindu itu sesungguhnya mudah untuk digiring sepanjang ada yang mengkordinir dengan baik.

Dengan format yang lebih ideal merayakan Siwa Ratri kita tak akan dibelenggu oleh legenda Lubdhaka yang selama ini selalu menjadi mitos dalam Siwa Ratri. Bahwa kisah Lubdhaka dijadikan acuan memang bagus dan kita tak usah mencari-cari acuan yang lainnya. Namun yang perlu kita ketahui, Lubdhaka itu hanyalah simbol. Simbol-simbol ini harus dikupas artinya, tak bisa “dihafalkan” sebagai sebuah cerita biasa.

Kita di Bali agak malas mengupas simbol-simbol yang sudah diberikan leluhur kita di masa lalu. Orang dengan mudahnya menyebutkan, dosa yang kita lakukan berhari-hari akan ditebus dengan jagra (tidak tidur) pada “Malam Siwa”, bukankah Lubdhaka yang kerjanya berburu saja bisa mendapatkan sorga hanya dengan begadang satu malam? Kalau begitu, mudah sekali orang memperoleh sorga, pegawai percetakan di koran, satpam yang kerjanya malam-malam, semua masuk sorga.

Lubdhaka harus dicerna sebagai simbol orang yang gemar berburu dalam arti kias, bisa berburu materi yang tak ada puasnya, berburu jabatan yang tak kunjung diraih, berburu kesenangan yang tak ada ujung, berburu ilmu yang tak kunjung dibagi. Para pemburu ini pada suatu hari pasti akan tersesat “di rimba yang menakutkan” dan dia tak akan bisa keluar dari “ketakutan” itu jika ia tidak melakukan perenungan. Ia harus membebaskan dirinya dari “nafsu berburu” untuk mencapai kesadaran. Simbol-simbol ini yang harus dikupas. Makanya, mari kita coba dari sekarang, bagaimana menjadi Lubdhaka yang sadar bahwa ada suatu saat di mana kita harus membebaskan diri kita dari nafsu berburu itu.

Anggapan bahwa Siwa Ratri adalah malam peleburan dosa karena naskah yang ditulis sejarawan Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka yang menyebutkan Mpu Tanakung penulis Kekawin Lubdhaka hanya mencari muka kepada Raja Ken Arok. Sejarah menyebutkan, Ken Arok menjadi raja setelah membunuh Tunggul Ametung. Mpu Tanakung yang hidup di masa itu lalu menulis Kekawin Lubdaka yang intinya dosa bisa dilebur. Dengan kekawin ini Mpu Tanakung mau cari muka bahwa dosa Ken Arok bisa dilebur di hari  Siwa Ratri.

Namun belakangan dua ahli sejarah Jawa terkenal, Dr. Petrus Josephus Zoetmulder dan Andries Teeuw, membantah naskah Poerbatjaraka dalam bukunya berjudul Siwaratrikalpa of Mpu Tanakung. Buku ini baru terbit 1969 sementara perayaan Siwa Ratri yang dipopulerkan di Indonesia sudah dimulai setelah 1965. Malam peleburan dosa itu dijadikan “obat penyejuk” pasca tragedi G 30 S/PKI yang pasti banyak menimbulkan dosa.

Bantahan Zoetmulder dan Teeuw ini disertai penelitian bahwa Ken Arok, Raja Singhasari, meninggal dunia pada tahun 1247, sementara Mpu Tanakung menulis Kekawin Lubdaka pada zaman Majapahit akhir (1466-1478). Selain itu, sebagai seorang pendeta, Mpu Tanakung tak mungkin mencari muka pada raja. Dua ahli ini lalu berkesimpulan, Mpu Tanakung memang pendeta cerdas yang menulis Kekawin Lubdhaka berdasarkan kitab-kitab dari India karena banyak ada persamaan dengan kisah-kisah suci di India. Hanya saja Mpu Tanakung mengadopsi kearifan lokal dalam menggubah kekawin yang simbolis itu.

Karena itu mari kita dudukkan kisah Lubdhaka sebagai ajaran yang penuh simbol dan perlu kita kupas isinya, sehingga tidak serta merta Siwa Ratri dijadikan malam peleburan dosa yang begitu sederhana.

SALINAN LONTAR SUNDARI GAMA

Om Swastyastu
Buku puniki wantah salinan saking cakepan Sunarigama Titiang nurunin buku mangda wenten anggen nyuluhing raga. Maduluring pelajahan cakepan Sunarigama Ring Ida Dane mepawos buku puniki, titiang nunas ampurayang, yaning wenten keiwang-keiwangan sane kepanggih semalihnya mangda ledang nagingin kekirangan kakirangan buku puniki.
Om Shanti Shanti Shanti Om.
Oleh : I Made Gambar

DAGING LONTAR SUNARIGAMA 

Ong Awignam astu namo sidham
Iki sang Hyang Sundari gama, ngaran, kaderistianing pakerti game, lingira sang hyang Sukseme Licin, ring wateking puru ite kabeh, make derestianing praja mandala, wenang winarah-warah, sekeramania ring sang Wisesang rat, wenang nilak sahan, tekaning wang same peraja mendale kabeh, nemitaning.
Dereste perajanira Sri Aji, kejageditanira, apanian pengekeretia dayat sukseme utama iki, kinerame gamania deperewatek dewate kabeh, wiyoge denire Sang Hyang tige wisesa ndia, Brahmana, Wisnu, Isuara, pinuja de perewatek maheresing langit, winastu denira Sang Hyang Siwa darma, ndia kalinganta ling betara, Om ranak sire puroite mekabehan, Siwe-sogate, ringen pewarah kui iri kite anaku anlingin aji Sundari game pakertinte kapewitran, pangisining warige gemet, pecatuning rat buane, wahyaning ngastutia Sang Hyang, pereboktianingwoang mahayu rage sarire, kadiang ape luwirnia nihan, ate sadepak wang utama punang wari awaning kerete nugerahanira Hyang Mahewisesa tumurun.
Maring buane, bah iking sarwa dadi, nimitanian rahayu pati purwa ikang mandale, lewih tinemunia rahayu, aneres ring teri buane, mahening kejageditan kapurohite kabeh, biyuh bale biyuh sisia, samngkane luwir keramania tatkale wang utama make suci laksanining Hyang, iniring de watek dewte kabeh, gandarwe-dandarwi.
Apsare-apsari muang risinggane, tumute sang dewa pitara, kang wus sire ngaskaran, mantuking suarge-loke, nguni weh pitare kang kari yemukti aneng pitri laye, ike kabeh aka weng yutetame, dewasanikang sarwa reresik, ayoge, diane semedi, ngestiya jatpremodite, nguni nurun maring buane kote ngelanglang ikang peroje mandale.
Asung sukerete ring manuse kabeh tan doh ikang sarwa tumamah, muang perani kabeh, mangkane yogiannia amilu ring setutinita Sang Hyang sahe widiwidane, aturakene ring betare mahante keramania.
Nahane luwirnian ring peretiti mase, atare kartike purnama kunang, ayoge-yoge betara perama-Suare, sire Sang Hyang Purusangkere, sadgane lawan betari, iniring dening watek dewata kabeh, tekeng widia dari, tumutang resi gane, ate samone wenang sang puroita ngarge puje, pasang lingge, separ keramania,
Muah de gelaraken keramaning candere sewane, nguniweh aturakene puje tarpane ring Hyang kawitan, widi widane sarwa pawitre, saside, muang ring Hyang ulan aturakene penek jenar, perayascita luwih, muang reresik, iwaknia, sate putih siungan ring sor sege agung.
Ikang wong keramania aturakene puspa wangi ring Hyang astawekene ring sanggar, muang paryangan risedenging ratri, adiyane semadi, ketekaning tilem, wenang amugpug, lare rege wigenaning sarire, aturakene wangi-wangi ring paryangan, muang ring.
Puwuring aturu, pujekene widia dare, widia dari, sobagia pua yan ane paweh sesayut widia dari abesik, mangde nugrahe, kawiadnyananing seraja karye ngistri, pantaraning ratri yoge meneng, palania lukat male pape petake letuhning sarira.
Ate ring cetra mase tilem kunang, nasusucening watek dewate kabeh, ane ring telenging samudra cemene dine, met sarining terthe kamandolu, yogia wang kabeh umatur aken pakerti ring sarwa dewa yeki keramania. Ring catur dasi kang keresene pakse, agawe yakene.
Bute yadnya, aneng catus pataning dese, nistania pance sate, madiania pance sanak, utamania catur agung, yame raje pinuja de sang mahe pandite, siwa bude sakuwu-kuwu wenang sege mance warna 9, (sia) iwak sate sate berumbun rinancane, sahe tabuh tuak arak, genahing caru ring dengen, sambat sang bute raja, muah pebalapan ring sarwa bute muang kale kabeh, ring luanikang dauh, yekale ngarania, telasing ataur angurupuk, irika umantuka kene ikang sarwe bute muang kale kabeh, angun ndurukan sasab merane kabeh, serane orob-orob geni seperakpak, sinemburan masuwe, mantraning sarwa tetulak wisia, muang penyengker agung, iderane saumah pekarangan dening geni ike, telas mangkane ikang wang laki bi, abiye kale ring natar, malukat keayab sesayut pamiakala, muang perayascite, lare meradan, benjangnia, amati geni, muang tan wenang wang anambut gane saluwirnia, agani kunang, ring separaning genahnia, kalingania wang weruhing tatua carite, semadi, gelarane yoge semadi.
Irikang teriyo dasi ikang keresene pase, lasti ane ikang peretime, yoganire Sang Hyang tige wisesa, luwirnia, desepuseh, dalem, perengakene sarwa arce-peretime dewa paryangan, medangke kabeh, lungeken maring segara, iniring dening wang sekeraman, sahe widi widane.
Idangan, larapan ring sang Hyang Barune, mengaku anganyut laraning jagat, sepape-kelese letuhing buane telas kalebur ring segara. Telas tiningkah separi kerame, antukakene punang peretemi muah, jejeraken mungguingbale panjang, aturin datengan, kayeng perelegi, risam ne puput sepule-pali, antuka kene maring setananire suang-suang. Yapuan nore laksanan mangkene, bawur ikang desa, mede-mede lakunia paripolahnia, apan Sang Hyang Aadikale wenang anadah wong tan pakertia – game, ape matang nian mangkane, matangnia angusak asik wang mangkane, eweh sang perepati, rug maring desa, damaning sad kayangan, wisesa, suci abesik, daksine abesik, peras ajuman abesik, rayunan perangkat abesik, iwak sarwa pawitre, kacang-kacang, canang wewangi sahe rake, kembang payas, reresik, sadulurania, ring sor segeh agung abesik. Segeh sasah nem tanding iwaknia bawang jae nem (6) tanding iwaknia bawang jae, sang puroite wenang angarge puje sakeramania. Kunang pakertining manuse, perayascite lewih, panyeneng tahenan.
Muah ane weng rerekanire Sang Hang-rue binede, mekadinere Sang Hyang Surye, sire yoge, Samane sang puroite, katekeng janna sake pangania wenang mahening adnyane, aturaken wangi-wangi canang yase ring sarwa dewa, pelakunia ring sanggar paryangan, patirte gocare, puspe wangi. Len sake rike ane pawukon, kaweruhakena tatuae, Uku sint, Somo pon, ngaran Somo-ribek, mangereti ring sang Hyang Terimerti, ungguan ring lumbung, paryangan, widi-widane, nyanyah geringsingan,
Geti-geti biyu mas, duluran wangi-wangi, ikang wang tan wenang anumbuk pari, angadol beras, katemah dening betare seri. Pakenania wenang ngastutiSAng Hyang teri- paremane. Angisep sari tatue adnyane-aje aturu ring rahine. Anggare wage, sabuh emas.
Pasucian betare Mahadewa, pakertinia ring raje berane emas manik, sarwe mule ratne manik, widi widanania, suci daksine, peras penyeneng, sesayut merte-sari, canang lenge wangi burat wangitadah pawitre genahnia ring piyasan ring sanggar, tuwi ring paturon wenang, ike wqang wenang suci laksan, ayua malupe.
Sing kasukan, sarwe ratne emas maniking rage-sarire, yateyuge pinaayunia riwusnia ikang maturan ring ide betare, surudania wenang ingayab. Bude keliyon, ngaran pagrwesi, Sang Hyang Peremesti Guru, sire mayoge, irining dening wajek dewe nawasanga.
Ngawerdiaken uriping sarwa tumitah, tumuwuh maring buane kabeh, irike wenang sang sedake mengarge puje pari kerama, pasang lingge, ngarcane padue ide betare Peramesuare, widi-widinania daksine, suci asoroh, peras ajuman panyeneng, sesayut pance lingge, canang wangi, sahe rake runtutania, aturakene ring sanggar kamulan.
Kunang ring samania wang sesayut pageh urip, abesik perayascita, ring tengah wangi pasangane yoge semadi. Muah perecaru ring sang pance mahe bute, sege warna anut pance desa ring natar sanggah, muah segeh agung abesik, kunang ring ware Landep Saniscara keliyon, puje walin betare Siwe sambade.
Muang yoganire Sang Hyang Pasupati, puje walinire Betara Siwe, tumpeng putih kuning adanan, iwak sate sarupania wenang, gerih terasi bang, sedah who 29 (sengwelikur), atura kene ring sanggar. Yogan Sang Hyang Pasopati, sesayut pasopati abesik,
Sesayut ajeng perang abesik, sesayut kasume yude abesik, suci daksine peras ajuman, canang wangi, reresik, asta wekene ring sarwe sanjate lelandeping perang, kalingania ikang wong apasupati landeping idep, samangkane lekasakene, sarwe matre wisese.
Danur daran, uncarakene ring busananing aperang. Redite umanis, puje walin betare Guru, widi-widanania, sesayut pengambean abesik, sedah ingapan 25 (selai), muang kuangi 8 (kutus) aturakene ring sanggar kamulan, wenang dewi winuuh pakertinia.
Ike dening kasidania. Mangkane ikang wang manganjali ring betaa Guru, astawekane ring sanggar, Wariga, Saniscra Keliyon ngaran, panguduh, puje kertinira Sang Hyang Sangkare apan sire umredia ken sarwaning tumuuh, kayu-kayu kunang, widi-widanania, peras tulung sayut, tumpeng bubur, muang tumpeng agung, iwaknia guling dadi, patk wenang, sahe rake, panyeneng tetebus, kalingania anguduh, ikang tanem tuuh, asetane sekar awoh agodong, dadiye urip ikang sawe jarme. Sesayut cakre geni, yadian, Some paing, puje walin betare Brahma, widi widinania, sedah who, saruntutania sake sidania, astawekene ring paibon dulurane puspa wangi, kayeng lagi.
Sungsang, weraspati wage, ngaran parereduan, sugin jawe, kajaring loke, yate peretistan, betara kabeh, arere don ring sanggar muang ring paryangan, kadulurin pangereratan reresik betare, sahe puspa wangi, kunang wang weruhing tatue jenyane, pasang yoge, sang wiku, angarge puje, apan betare tumurun maring madia pade, amukti banten.
Anerus tekeng galungan, pakeretining wang, sesayut muang tutuan, pengeredane sake, sukan arania.
Sukre keliyon, ngaran sugi Bali, pakenania ameras titaning rage tawulan kewale anadahe tirthe gcara, pangelukatan ring sang pandita paketining wang…
Ikang Dungulan Redite paing, turun Sang Hyang kale tige, menadi bute galungan, arep anadah anginun ring manuse pade matangnian sang wiku muang sang pare sujan den perefiakse juge sire kumekas ikang jenyane nirmale, nimitania, tan ka surupan tekap
Sang Bute galungan, ndah mangkane mengaram panyekeban ucaping loke. Some pon wahiyaning wang angomong yoge semadi yate pituhu – tuhun nyumade, sad gane lawan betare, yate sinambat penyaan dening loke.
Anggare, wage penampaan, irike penadah ire sang bute.
Galungan, marmaning sinanggerahe dening pare kerti, ring dese-dese ane bute nyadnya, aneng catus pataning dese, sarupaning yadnya wenang kunang sakuweh nikang sanjate peperangan kabeh jaye-jaye kene samane ike, nguniyeh.
Ikang wang kabeh perascitanen, muang jaye-jaye dening sang pandite, meke perako peretameng perang, ane perecaruning sakuwu-kuwu kunang, sege warne telu, sinasah, tandingania anut urip, purwe putih lime, daksine bang, siye utare selem papat, iwaknia olahan bawi.
Sahe tubuh, sege agung abesik, senahing caru ring natah umah, muang ring sanggar, dengen, sambat sang bute galungan ikang laki-laki abiye kale aperayascite, ayabing sesayut mengerepaken mantra pergolan, sahe busananing paperangan, ngaran patitising nnyane, ngaran patitisingadnyane gala ngapadang, palana kose ring perang.
Bude keliyon Galungan, ngaran mayekene sarwe biye paraning idep, aturakene widi-widinania ring sarwe dewe, ring sanggar perebuting umah ike kabeh pade bantenane, sapekerti, ring sanggar paryangan agung-alit, aturan tumpeng penyajian penek wakulan, ajuman sedah woh kembang payas, wangi-wangi pasucian, munggah ring sanggar ike.
Banten ring pesambiangan tumpeng pengambian, jarimpen, pajegan gebogan, sdaan, saruntutania, iwak jejatah bawi muang gegorengan, esuk juge masania umaturaken banten, sehe puspe wangi, asep menyan astangi.
Jenek sawengi ngacepan ike enjang-enjing pada nyuci laksane, kale perate amete we pawitre ring beji, jejamas.
Kum-kuman, nuli ngaturakene puspe wangi, bedaye tirthe ring sanggar, nuli asuguh ring natar, wenang parid ikang banten ayabing anak putu kaye rare, sang wiku muang sujane, wenang mayoge gineng, adiane semadi angitung darma, telas.
Ware Kuningan, redite, wage, ngaran pemari dan Guru, ye ulian ngaran, pakenania mantukaken perewatek dewate kabeh maring suarge kayangan, sang kesepania dewa lunge, atinggale kadirge yusan, widi-widanania tipat kelanan, canang rake wangi-wangi, patirte gocare.
Somo keliwon, pemancekan agung ngaran, masuguh agung ring dengen, mesamlah ayam same lulung, pakenania. Ngunduraken sarwe bute kabeh.
Bude paing Kuningan, puje wali betara Wisnu, widi-widanania sedah ingapon putih ijo, jampe 26 (nem likur) tumpeng ireng iwak ayam ireng, sahe dulurania, astawe kenering paibon dulurane puspe separi keramania.
Sukre wage, ngaraning penampaan, taname puspe puje kerti kewale gawekene sope caraning Kuningan, muang pengegen seananing adnyane nirmala sukseme.
Saniscare, keliyon Kuningan, tumurun watek dewate kabeh, muang sang dwe-pitare, asuci laksane, nehher mamukti be banten, sege selanggi, tebog, sahe rake dene sangkep.
Gegantungan, tamiang candige ring teretepaning sarwe wewangunan, aje amujaning bebanten kelangkahaning jegjeg surye, sewatek dewate kabeh, mantuke maring sunia taye, ane muah pengacining janme manuse sesayut perascite luwih, penek kuning, iwa itik putih. Pakenaning akene cite nirmale, tan pegating semadi, sehana segeh agung abesik, ring natar sanggar.
Paang, bude keliyon pegat uwakan, ngaran, pati warah panelasning mengku, biane semadi, waraning Dungulan ike, wekasing pereline, ngaran kalingan ike, pakenaning sang wiku lumekasang kang yoge.
Semadi, umoring kale ane ring nguni, sahe widi-widane sarwe pwitre, wangi-wangi, astawe kene ring sarwa dewa, muang sesayut dirge yuse abesik, katur ring Sang Hyang Tunggal, panyeneng tatebus.
Merakih, Sukre umanis, puje walin, betara Rambut sedane ngaran Sang Hyang Rambut kepale, widi-widanania.
Suci, daksine, peras, penek ajuman, sodaan putih kuning, astewe kene ring sang Hyang Rambut sedane, kalingania pinuje kene maring raganire, orte rejate, kenake, yatike pakerti ring sang Hyang kale mejaye.
Uye, saniscare, keliyon tumpek kandang, pakerti ring sarwe sate, mine paksi, patik, wenang muang pasu.
Widi-widanania, suci, daksine, peras, penek ajuman sodaan putih kuning, canang lenge-wangi burat wangi, penyeneng pasucian, astewe kene ring sanggar, pengarcane ring sang Hyang rare angon. Kunang ring sarwe pasu, patik wenang ane pengacinia, yan sopi kebo, widi-widanania, tumpeng sesayut abesik, penyeneng, reresik, jarimpen canang rake, yan bawi lua, tipat belekok, yan sarwa paksi, sate, itik, angse, puter, titiran, saluwiring tipat side purne, tipat bagia, tipat pandawe, dulurane penyeneng tatenus. Kembang payas, kalingania ikang wang, wenang parid ring sang Hyang Rare Angon.
Tuyi tatuwe ye ring manuse, ikang paksi, soto mine, ring ragante yate wewalunganing ragante ike, sang Hyang Rare Angon sarire utame.
Wayang Redite wage, patemunire sang sinte, lawan sang wayang, ngaran ware cemer, tan wenang sujanme, apeningan alelenge, ajungkas, asuri tutug, ketekeng, sukerania, pala ning punah saguning awak.
Sukere wage, ala pakse, ngaran we ketaman campur, nimitani a ikang wang, yogia paselate dening apuh, amenerin ulun ati,, muang sasuwuk, ruaning pandanumah-umah paturon, enjingnia, ikang sasuwuk pupullakene, winadahan sidi, buangan ring dengen, dulurane pasegehen.
Sesapan mangutang lare-wigene.
Saniscare keliyon Tumpek wayang, ngaran puje walin betara Isuara, pengastawania, ring sarwe tetabuhan, gong, gambang, gender, gente, gendongan, saluwiring imian-nimian, muang ringgit, mekadi peretimanire, widi-widanania, suci peras ajuman perangkat iwaknia.
Itik putih, sedah woh, canang rake, pasucian kayeng lagi, akerti ring manuse tuwi tatuweye, wayangania sang Hyang sukseme, penganstitining rage sarire juge, sesayut tumpeng agung abesik, perayascita, panyeneng, apan iki sarire juga wayaning ringgitire, Sang Hyang Sukseme, Sang Hyang Isuara pinake dalang, pakerti pinaka panguntap, ndatan arep sire awewalan, samangkane ajepene-aje ikang wang tan astiti ajane, pape temahania.
Watugunung, saniscare, Umanis, puje walin betare Saressuati widi-widanania, nistania, suci peras daksine, penek ajuman sesayut sare suati, banten sare suati, segare gunung, perangkat putih kuning, tansah wangi-wangi, daksine, pengadegan abesik, kembang payas sekar cane, canang yase, sadulurania sehananing pustake, makelingganing aksare pine hayu, puje walinin, sahe aturaken puspe wangi, astawukene tirthe pakuluh ring Sang Hyang surye samane tan wenang angereke, aksare, amace, anulis,
Tuwi makidung muang kekawin, tuwi arerasan saluwiring tatuwe aksaree sukseme, kewalia amuje-muje walinin betara Saresuait juge wenang, apan sang pinuje sire amdalaning sarwe dewe, kewale meneng juge sire ayoge, enjang-enjingnia mebanyu penaruh, asuci laksane ring biji kewala perebate, ajejamas, deningkum
Kuman, aturakene muah labaan, ring betare sege peradnyan, muang jaja sarwa merik, nuli paridania bukti nen.
Kunang utamaning puje walinire betari Sare Suati, ngadegakene sanggar tutuan, munggah suci muke, daksina gede, sarwa pat, catur rebak sdaruntutania, muang penek beras seperapat, iwak sarwe pawitre, ring.
Sor bebangkit bebek abesik, sesayut pitung suaan, perayascite lewih, katung ring sare suati, wenang dulurin pere gempal agung-alit, muah tumpeng gru abesik, enjangnia ring banyu penaruh ike, minte nugerahe ring sang Hyang Saresuati, buat peradnyan sidia, ngunggaha keke suci dadua ring sanggar, muang saresuati.
Dulurane perayascite, sesayut sake buatan.
Muah pengacinira ring rage sariranire sahe minte nugerahe sesayut limang warne, luwirnia, sidepurne, dirgeyuse, pageh urip, durmenggale, atme rauh, muang yoge sidia, luwir tetandingania sesayut yoge sidia.
Ike sege teri warne, iwak putih itik jambul ginuling sege ike tncebane sekar tunjung putih, mewaris kedapan nagesari ruaning kayu mas, ruaning sokasti, pade maesel, genahakene soring sesayut, arte 227 (satak pitu likur) pengangge sarwa putih, bebangkit itik abesik, telasing abanyu penaruh, nuli minta nugeraha ring sang Hyang Saresuati, ngaksame, semade tutugakene mantre, Ong Sang Hyang Sare suati, asungakene manuse betari angangge aji Sukseme sadia, nuhune ulu kastung karan, yoge semadi jape mantre, Ong sidi rastu tatastu ye name suahe. Telas mangkane ngalungsur tatebasan limang.
Warne, ayab, kunang ikang sesayut yoge sadia, bantekenakene luwiring aturu, aturing sang manumdi sire, ayabakene ping telu, make rahine, sesapinia, pukulun sang Hyang reke terine yane, tayane aturaken, tarpane suye namah suahe, Ah-ah merthe sanjiwe ye namah, jeng telas semapaning uku samangkana.
Nihan taye amanah, kunang ring pance terane, semadi betara Siwe, sayogia wong anadahe tirthe gocare, ngaturaken wangi ring sanggar, muang luwuring paturon maneher menganing akene cite.
Wehane sasuguh ring natar umah, sanggar, ring dengen, dening sege kepel duang kepel dadi atanding, wehakene ade telung tanding, iwaknia bawang jae.
Kang sinambat ring natar, sang kae bucari.
Ring sanggar bute bucari.
Ne ring dengen, sang Durge bucari
Ike pade wehane labaan, nangken kaliyo, kinon rumakse umah, nimitania. Pade anemu sadia rahayu. Kunang yan kale biyantare keliyon, pakerti tunggal kayeng lagi.
Kadi ring keliyon nemu atutan kewale tambehane sege warne limang warne, dadi awadah, ring dengen juge genahing caru ike, ike sanding lawang ring luur, aturane canang lenge wangi burat wangi, canang gantal, astewekane ring Durge dewem, ne ring sor, ring Durge bucari, kale bucari bute bucari,
Pelania ayu pari-purne sire aumah, yania tan asiti mangkane ibute bucari, aminte nugerahe ring betari Durge dewem, mangerubading sang maumah, angadakakan desti, aneluh anaranjane, mengawe gering sasab merane, apasang pengalah, pamunah ring sang maumah, muang sarwe dewe kabeh, wineh kinia ketadah de waduanira sang Hyang kale, nguniweh sewaduanire dewi Durge, tuhunia mangkane, ayua sire alpe ring wuwus manai.
Nahante waneh, rengen denta, anggare, keliyon ngarania anggare kasih, pekenania pengasianing rage sarire,
Sadekale samane yogia wang amugpug angelakat sealaning sarire, wigenaning awak, dene ayoge wang apn ike yoganire, betare Ludre, mereline alaning jagat teraye, pakertinia aturakene wangi-wangi, puspe wangi, asep astanggi muang tirte gocare.
Bude keliyon, pasucian sang Hyang Ayu, kalingania Astiti Hyang mami nirmale, pakertinia canag yase wangi-wangi, kembang payas, ring luuring aturu, muang ring sanggar, laksanania angesti kayowananingteri mendale pakenan ia tunggal ayuning sarire kaperetame, kaping ruania ayuning sang sanak sarwaning numadi, katigania, ayuning peraja mandale.
Bude wage, ngaraning Bude cemeng, kalingania adnyane sukseme pegating indria, betari manik galih sire mayoge, nurunaken Sang Hyang Ongkare mertha ring sanggar, muang ring luwuring aturu, astawe kene ring seri nini kunang duluring diane semadi ring latri kale.
Saniscara keliyon ngaraning tumpek, ye wekasing tuduh, ikang sarwe janme, ayua lali sire ngastutui Sang Hyang Perama wisesa, apan sire tanane doh tane parek lawan sire, tan parok tan pasah, apan sire amet panet, kale sane katemurun kerte nugerahe, nire Sang Hyang ring.
Madia pade loke, pengacinia kayeng pere lagi, rise denging, ratri tan wenang anambut gawe, balik menapuhe sire acite nirmale, umengete ring sesananire Sang Hyang Darma, muang ke wiadnyane sastre kabeh, telas samangkane, ayua sire tan mangguhaken rahayu, separaning lakunte, ape nian mangkane wang tan pakerti tan peyase, tan pekerame ngarania, same lawan sato, binania amangan sege, yan sang wiku tan manut dudu sire wiku, ranakire Sang Hyang Darme, kalingan ike. Nahante muah kaweruhakene, sadekale candre gerahe.
Wuwuse dening lke, ulan pinangan kale-rawu, kalingania ike tatu weyw, perewesaning rat buane, kaperetame dadiye u gering peretiti mase, pangestuning gasale ganep patugelang ikang cakre wale maputer ring teri loke, kaping ruania matemu ikang ulan lawan Surye, mangkane nimitania wenang pinuje dening
Sang sedake kabeh, dening puje pari kerama sake buatan, muang nguncaraken ikan mantre, candre astawa, yarmisahaken, malaning patemun Sang Hyang Ulan lawan kale rau, upeti, setiti kene Sang Hyang Ulan, bubur biaung bulu, sangkanane kelape dante, teketan gajih same widadahan suyuk, aturakene ring paibon muang canang lenge wangi burat wangi, rantasan sarwe putih. Ikang janme wenang suci laksane, pasangakene yoge samadinte, sahe wecanan sarwe tatua sukseme, muang parwe carite aneng natar sahe canang daksine. Astawe kene ring Sang Hyang Surye Candre palania perad.
Nyan peraginawe ring aji, rahayu pari purna tekeng perti sentananire, apan sire weruh ring pengarcane patemuning yayah-rene muang setiti ring rage sarire, ritelas mangkane salek lawasnia dine tan wenang agawe ayu. Kunang kalaning surye gerahe, Surye merte tinadah kale rawu, ye perewese juge, make setananing perewesa.
Juge, sasmitanore Hyang perame Wisesa setaun lawasnia dinemit denire yang Siwe Raditiya, tan kuase mekarya ayu yan durung liwar panyepian nikang sasih kesange, same pekerti nia ring candra gerahe.
Peretamaning perewesania, kalih ane ring garge semapte ike, muang perekempe, tuwi tekaning lindu ketug, guntur sakuwe hing perewesw, tekeng puje kerti, telas cinaritaken mungguwing widi sastra roge senggaraning bumi. Nihante kaweruhakene, de sang pandite, lawit pereteka ning sawe, ayua salah pasang salah surup, salah sastre salah surup ungguani re sang atme, kunang yan sire,
Angentasaken sang pitare, tatuwe iki tatasakene rumuhun, den peretiakse jati, ayua kari kumur ring ulat, samar ring ati, ayue salah sukseme tatasakene juge, apan dahating seng ke sire sang pandite angentas atma ning mati, nimitania anemu dalan apadang molihing suarge, ndiete nihan linging Aji Sang Hyang Darme,
Yania melakuning sawe peretike, keramania awatang sawe, pakertinia awadah, manuting palihing ke wang ania, sahe be banten teben, damar kurung, patulangan, genep saperekarania suargania ring daksina, ngaran Budelaye, kawahnia geni murub, pengadang-ngadang Dore-kale, cikre bale watek Cingkare, widiye darinia sang
Gagar mayang, wikunia begawan Rameperasu, dewania Sang Hyang Berahme, wewalinia gambang, tirthe kamandalu pemuputniaanyut basminen ring setre.
Kunang yania nyawe wedane, pelakunia kerame tunggal lawan sawe pereteka, rahayu upekare tunggal, nging mapengawak cendane, majegau, kayu abe, niste madi utamaning wangse anutakene, suargania pancine, kawah banyu wedang, pengadang-ngadang sang Suratme Cikere balewatek pisaca, widia dari Sang Sulasih, Wekunia.
Begawan Kenua, dewania betara Mah dewa, wewalania gong tirthenia mertha kundelini pamuputnia ring setre.
Kunang yania maperenawe, pamelakunia kayeng pere lagi, suargania utare, kawahnia endut beledagah, pengadang-gadangnia, Adi kale, cikra bale kale kingkare, widia dari tunjung biru, wikunia Begawan Jenaka, dewania betara Wisnu wewalenia saron, tirtha nia mahe pawitra, pamuputnia ring setre.
Yan Suaste, pelakunia, keramania apawak bangbang, pangubania puput ring setre, ane pewadah, tan pedamar kurung, tan penpecare, muang patulangan, upekarania perecaru ring setre, suargania wetan, kawahnia dume ketu, pengadang-ngadangnia, sang Jogor-manik, cikre bale Wilmingkare, widia darinia sang superabe, wikunia begawan Beregu, Sang Hyang Isuara dewatania, wewalenia tras, pamuputnia ring setra.
Kunang yania apitre yadnye, pakertinia ring umah, tan pewadah tan patulangan, tan pedamar kurung, tan pebanten teben upekarania disuaste juge, kewali saji genep. Muang nasi angkep, tekaning perecaru, suargania ring madia, kawahnia weci dese, pengadang-ngadang sang bute angge sakti, cikre balania gending-gending luang, tirthania mertha sanjiwani telas.
Kunang yan ane atmaning pati tan pin hayu, dening pance atme peretiste, yeki maneher sire sang pitara umunguhaker ance gati sangsare, kalebuing kawah sor, ngaran bude buk, yan ane sengker lawasnia, apan ike panelasing kawah ring sor muah agung genah nia ring tape beraa ilianing kawah ke anerus maring pance weci, ilianing pance weci anerus aring bude buk, irike menadi dasar entiping kawah, telas.

Minggu, 22 Januari 2017

Mantra Pemangku Nganteb Ider Bhuana

Mantra Pemangku Nganteb Ider Bhuana

Om Swastyastu, Om Ano Badrah Kratawo Yantu Wiswatah
Puji syukur kami panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas tuntunan dan asung kerta nugraha-Nya, kami dapat mengumpulkan tuntunan mantra penganteb untuk tingkatan Jro Mangku/Pinandita.

artikel ini kami sajikan dan kami kumpulkan dari beberapa buku mantra, agar dapat dipergunkan sebagai acuan atau tuntunan bagi para Pemangku/Pinandita yang mau belajar untuk kemajuan umat kita dalam melaksanakan Kerti Yadnya di bidang mantra untuk nganteb. Kami menyadari bahwa ini tidak mesti harus dipakai karena masih banyak kekurangan-kekurangannya, tetapi dapat dipakai sebagai pembanding dalam nganteb Yadnya se hari-hari didalam melaksanakan tugas ke Permangkuan/Pinandita, sekaligus untuk meningkatkan SDM pemangku/Pinandita.

Akhirnya doa restu, partisipasi serta kritik, demi sempurnanya Artikel ini sangat kami harapkan untuk kemajuan kita dalam melaksanakan tugas se hari-hari di bidang ke Pemangkuan/ke Pinanditaan. Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan wara NugrahaNYA kepada kita semua.
Atas perhatian Bapak / Ibu/ Sdr. Umat se Dharma kami ucapkan terima kasih.
Om Sidirastu Tatastu astu swaha
Om Santih, Santih, Santih Om

Sedurung melinggih, 

Nunas Panugrahan ring Sang Hyang Brahma lan Sang Hyang Ludra. 

Mantra :
Om Ang Ung Mang Om, Hrah Pat ya Nama swaha 

Bersihin genah jaga melinggih antuk tangan ke kelod kauh genah Sang Hyang Ludra. 

Mantra :
Ong Hrah Pat astra wesnawa ya namah swaha. 

Melinggih sane patut lan becik nutup cokor antuh kampuh sane keanggen. 

Mantra :
Om Padma sana ya namah, prasada stiti sarira ya namah swaha. 

Pranayama : 

Om, Ang Namah,
Om, Ung Namah,
Om, Mang Namah. 

Ngelantur mersihin tangan; 

Om, Sudamam Swaha,
Om, Hati Sudamam Swaha 

Nunas panugrahan ring Sang Hyang Aji Saraswati meserana sekar. 

Mantra : (Pangidep hati)
Om, Sang Hyang Saraswati,
Angidep tutur, angidep Mantra, Angidep Sastra, Angidep Weda,
Teke resep, 3x. Ang ah. 
Buta mangan mantra, Buta maling mantra,
suminggah, sumingggira kita, Poma 3x 

Ngelungsur taksu : 

Om, Sang Hyang Taksu,
Taksu manik, Manik astagina,
Begawan Rareangon, Sang Hyang Gana,
manusanira ngelungsur taksu.
Om, Sidi rastu ya namah swaha. 

Ngaturang pengampura : 

Om, Papa tan kayana,
tapa-tapa tainugah,
maha atma tainugah,
metemahan Sang Hyang Guru,
Guru tapa tainugah,
wenang angungkuli awakKu tan kaungkuli.
Om, Siwa ya namah swaha 

Jaga Mekarya/ngarga tirta : 

(Serana sekar) Ngaksama Ida Sang Hyang Widi :
Om, Kesama Swamem maha dewa,
sarwa prani hitangkara,
mamuca sarwa pabebiah,
palaya ya swa sada Siwa. 
Kesanta wiya kayika dosa,
Kesanta wiya wacika namah,
Kesantawiya manasa dosah,
tat pramadat kesama swamem. 
Hina saram hina padam,
hina mantra tata hayastu,
mantra hina kriya hina,
baktine maheswara yat pujitam mahadewa. 
Pranayama/amusti tungtungi hati :
Om, Ang, Ung,
Mang Siwa, sada siwa, prama siwa ya namah swaha
Bayu sabda idep Sudanta nirwigna ya namah swaha
Om, syah wesat prayoga ya namah swaha 
Om, Anugraha manuharam,
dewa data nugrahakem,
hyarcanem sarwa pujanem,
namah sarwa nugrahakem. 
Dewa –dewi maha sidi yadnya katam mulat midam,
laksmi sidinca dirgayur,
nirwigna suka wredayem.
Om, Sriyam bawantu, sukam bawantu, purnam ya namah swaha. 
Utpeti :
Om, I ba sa ta a, Ya Wa, Si, Ma, Na, Mang, Ang, Ung 
Stiti :
Om, Sa, Ba,Ta, A, I, Na, Ma, Si, Wa, Ya Ang, Ung. Mang. 

Tirta penglukatan lan pembersihan : 

Om, Nama siwaya, Nama Budaya, Nugrahi mami nirmala,
Om, saraswati prama sidya ya namah swaha, sarwa karya suda nirmala ya namah swaha.
Om, gemung siwa sada siwa prama siwa buda dharma sanggya gana dipatya namah swaha.
Om, ang kara pat astraya namah swaha.
Om, Ang dupa dipastra ya namah swaha.
Om, siwa, sada siwa, prama siwa ya namah swaha.
Om, Prama guru iswara ya namah swaha.
Om, sri guru jagat para kebya namah swaha.

Ambil genta 

lanturan mekarya/ngarga tirta : 

Mantra genta :
Om. Gantayur maha wiryam Iswaram ca rediyam,
Sarwa klesa winusanam,
sarwa roga winusanam,
sarwa wigna winasanam. 
Om, Ang Namah (Mekelener )
Om, Ung Namah (Mekelener )
Om, Mang Namah (Mekelener)
Ong kang kasolkaya sarwa buta kala predana purusa ya namah swaha. 
Om, Apsu dewa pawitrani,
Gangga dewi namo stute,
Sarwa klesa winasanam
Toyane parusade ya te
Sarwa roga wimurcanam
Kala roga pratistanam
Moksananam sarwa wisantu
Wigna dosa winasanam
Om, Sriyam, bawantu, sukam bawantu, purnam bawantu ya namah swaha 
Tirta bebanten :
Om, nama siwaya, nama budaya,
nugrahi mami nirmala,
sarwa sastra suksma sidi. 
Om, Saraswati prama sidya ya namah
Sarwa karya suda nirmala ya namah swaha 
Om, gemung siwa sada siwa prama siwa buda dharma sanggya gana dipatya namah swaha
Om, Ang kara pat astraya namah swaha
Om, Ung dupa dipastra ya namah swaha
Om, Siwa, sada siwa, prama siwa ya namah swaha
Om, Mang prama guru iswara ya namah swaha
Om, Sri guru jagat para kebyo namah swaha 
Om, Gangga dewi maha punyam,
Gangga lan ya namo sunyam
Gangga kala sasuyuktian
Gangga dewi namo namah 
Om, Sri gangga maha dewi Anuksma amerta jiwanam
Ungkaraksara wijatiyam
Maha amerta manohara
Utpeti kapurusanca
Utpeti wali praline
Utpeti sa ba ta a i
Utpeti sariram dewam nama swaha 
Om. Sriyam bawantu, sukam bawantu,
purnam bawantu ya namah swaha (ketisang ke arep (pelinggh) 
Om, suda suda, suda astu
Parisuda astu Suda akasa suda bumi
Suda wigna suda mala
Suda papa klesa
Kesuden den sang hyang trilokanata
Ang, ung, mang serayu pawitram
Prama saraswatiyem tlaga jnana ya namah swaha
Om, siwa dewa-dewi sukla ya namah swaha 
Sapta ganggga :
Om, Ang gangga dewi ya namah
Ang Sindu watinca ya namah
Ang Saraswati ya namah
Ang wipasa ya namah
Ang korsika ya namah
Ang Yamuna ya namah
Ang serayu ya namah (ketisang kearep (Ping 7) 
Om, Gangga Dewi maha Punyam
Gangga lan namo punyam
Gangga kala lan sesayutian
Gangga dewi namo namah
Om, Sri gangga maha dewi Hanuksomamrete jiwanam
Ungkaraksare wijatan Maha mereta manohara
Utpeti kapurusanca
Utpeti wali praline
Utpeti sa ba ta a i nyca
Utpeti sariram dewam (meketis kearep) 
Om, Sriyam bawantu, purnam bawantu,
sukam bawantu ya namah swaha 
Om, Panca aksara nama tirtam,
Pawitram papa nasanam
Param tan prama jenanam
Siwa lokam pratistanem 
Om, namah siwa ya etwenam
Param brahma atmane wandam
Param sakti panca dewiyah
Ongkara agni mantrake 
Om, Panca aksara prama jnanam
Param sakti panca dewiyam
Param tan prama jnanam
Siwa lokam pratistanem
Om, rang ring syah prama siwa ya nama swaha
Lanjutan mekarya tirta penglukatan :
Gangga muncar saking wetan
Tingaling tlaga hojanira
Jambangan nira selaka
Tinancebang tunjung putih
Padiwusan batara Iswara 
Gangga muncar saking kidul
Tingaling tlaga hojanira
Jambangan nira tembaga
Tinancebang tunjung bang
Padiwusan batara Brahma 
Gangga muncar saking kulon
Tingaling tlaga hojanira
Jambangan nira mas
Tinancebang tunjung kuning
Padiwusan batara Mahadewa 
Gangga muncar saking lor
Tingaling tlaga hojanira
Jambangan nira wesi
Tinancebang tunjung ireng
Padiwusan batara Wisnu 
Gangga muncar saking madya
Tingaling tlaga hojanira
Jambangan nira amanca warna
Tinancebang tunjung amanca warna
Padiwusan batara Siwa 
Ginawe penglukatan bebanten,
Wenang betara siwa anglukat anglebur dasa mala
Hinambelang dening hodak Keletehin dening roma
Kehiberin dening ayam Kelangkahin dening sona
Menawi ta keraraban ketuku ring pasar
Keperesita dening Betara Siwa murti,
Om, sri ya we ya namah swaha 
Om, Pakulun sredah betara siwa murti sakti
Anibakang tirta kamandalu
Winadahan kundi manik
Maka suklaning buana alit,
Maka suklaning buana agung
Hamburana sarwa hujar hala
Hipen hala tuju teluh desti tranjana
Kelukat dening betara siwa murti sakti
Siniratang mencar mencur,
papa klesa Tri malaning manusa kabeh
Moksah hilang Hatur hangulun ring kahyangan sakti
Om, Sri ya we ya namah swaha (Siratang ke ajeng ping 7) 

Pengurip sarwa yadnya : 

Srana baas kuning, medaging jinah lan samsam.
Mantra :
Om, Pakulun Sang Hyang Prama Wisesa,
Angurip ikang buana kabeh
Angurip ikang sarwa tumuwuh
Saking purwa, geneyan, kidul, neriti, kulon,
wayabia, lor, ersania, maring madiya, sor, luhur
Kaurip dening Sang Hyang Prama Wisesa
Om, beb biyem nama swaha 

Mantra tri keramas / Pesucian : 

Om, purna candra purna bayu
Mangkana paripurna ya
Kadi langgening surya candra
Mangkana langgenganiya
Manah ring marcepada
Om, om, sri ye we ya namah swaha
Om, Hayastu dewa maha punyam,
Hayastu dewanca Hayastu sarwa to dewa dewanam
Hayastu dewa mahapunyam ya namah swaha 
Biya kaon Perlengkapan :

  1. Prakpak - ngider ping 3 
  2. Nasi awon - usapang ring tangana ping 3. 
  3. Toya tangan - pembersihan tangan. mantra: Om, Gangga amerta ya namah swaha 
  4. Sampat/sepet -I. tangan disapu m.Om rah pat ya namah swaha. 
  5. Segau dll -Pembersihan, m. Om, suda mala,sudalara,suda roga, suda wigna ya namah swaha 
  6. Taluh -Tangan tengan m. Om, tang namah, Ing namah, ang namah, madya mika. -Tangan kiwa m. Om, ang redaya ya namah Om, Bhur bwah swah jwalinisika ya namah Om, rung kwaca ya namah Om, rah pat astra ya namah swaha.
  7. Bunga -Om, Purna jiwa ya namah swaha -Om, iswara angibaraken sarwa mala pataka ya namah swaha. 
Tirta biya kaon :
Om, antiganing sawung pengawak Sang hyang gala candu segilingan
Pangilanganing mala papa pataka
Om, Bang bama dewa 
Om, Bayu angibaraken lara roga wigna
Om, Sah wosat ya namah swaha 
Om, Sang buta nampik lara
Sang buta nampik mala
Sang buta nampik lroga
Undurhaken sekewaning lara roga wigna
Om, kesama sampurna ya namah swaha 
Mantra Prayascita :
Om, Sidi guru srong srasat
Sarwa roga wigna winasa ya namah swaha
Sarwa satru winasa ya namah swaha
Sarwa klesa winasa ya namah swaha
Om, om, Prama siwa amerta ya namah swaha 
Mantra Durmenggala :
Om, Mertyum ca rakta mara ya namah swaha
Sarwa roga updrawa Papa mertyu sangkara
Sarwa kala kalika
Om, Syah wigraha ngawipada
Susupna durmenggala
Papa kroda winasa Sarwa wigna winasa ya namah swaha 
Mantra tehenan :
Om, Pakulun paduka betara Jagat Nata
puniki pedekan paduka betara angaturaken sari bukta bukti,
medaging sekar, medaging jinah,
medaging beras, katur ring pakulun paduka betara kabeh
megalihan mekatihan aturan pedekan paduka betara,
menawi wenten asing kirang asing luput aturan pedekan paduka betara sang aduwe karya aneda agung sinampura.
Om, Sri ye we ye namah swaha 
Ambil benang ring tehenan :
Mantra
Om, Ngawang-ngawang nguwung-nguwung
Tutug tekaning akasa
Betel tekaning sapta petala 
Pengulapan :
Om, Mang,Ang,Ung
Om, Ang,Ung,Mang Ang Ah
Om, Aksaram kerta bhuwana Yadnya dirgayur
Trigunantmakan dewa dewi bakti dewam Jagatnata ya namah swaha

Ngias :
Om, Tigastu sarwa dewata
Tigastu sarwa ta dewa
Tigastu sarwa dewa hastutyan
Hayastu sarwa dewanca
Hasyantu sarwa dewa hahyustyan 
Om, Puspantu sarwa dewata
Puspantu sarwa ta dewa
Puspantu sarwa dewa hastutyan
Puspantu sarwa dewata 
Om, Tirtantu sarwa dewata
Tirtantu sarwa ta dewa
Tirtantu sarwa dewanca
Tirtantu sarwa dewa hahyustyan 
Om, Tirta ya nityam
Suda lara, suda klesa
Suda paripurna ya namah swaha

Ngadegang betara :
Om, Ang brahma rakta saraswati dewyo bhyo namah swaha
Om, Ung Wisnu kresna sri dewyo bhyo namah swaha
Om, Mang Iswara sweta warna uma dewyo bhyo namah swaha
Om, om, Rudra pita warna durga dewyo bhyo namah swaha
Om, om sri guru jagat paruko dewyo bhyo namah swaha
Om, Ang ung mang siwa natha warna giri pati dampate ya namah swaha

Upasaksi ring Batara surya, pertiwi lan Siwa Guru :

Ngastawa ke Surya :
Om, om Padmasana ya namah swaha
Om, om, anantasana ya namah swaha
Om, om, Dewa dewi pratista ya namah swaha 
Om, Aditsya paranjortir,
Rakta tejo namastute,
Sweta pangkaja warna madiaste,
Baskara dewa ya namastute 
Om, Aditysya garba pawana
Aditysya dewa raja twan guhyam
Aditysya twam gatir asi
Aditysya caksur ewaca 
Om, Aditysya jata wedasa
Aditysya janope suryah
Surya rasmir heresy kesa
Surya nytwam maha wiryam
Om, rang ring sah prama siwa aditysya ya namah swaha

Ngastawa ke Pertiwi :
Om, Pratiwi sariram dewam
Catur dewi maha dewi
Catur asrama betari
Siwam bumi maha sidyam 
Om, Dewi ri purwani basundari
Siwa Patni putra yoni
Uma durga gangga dewi
Indrani camundi dewi
Brahma betari wisnawe
Sangkomari gayatri dewi
Om, Sri dewi ya namah swaha

Ngastawa Siwa Guru : (Dados anggen nganteb ring sanggah kemulan utawi Sanggah Kemimitan)
Om, Dewa Dewi tridewananm
Trimurti tri lokanam
Tripurusa sudha nytyam
Sarwa jagat jiwa atmanam 
Om, Guru dewa guru rupam
Gura padyam guru purwam
Guru pantaram dewam
Guru dewa sudha nityam 
Om, Brahma wisnu iswaram dewam
Jiwa atmanam tri lokanam
Sarwa jagat pratisthanam
Sudha klesa winasam 
Om, Sarwa roga wimurcanam
Kala roga pratistanam
Moksanam sarwa wisan tu
Wigna dosa winasam

Ngastawa Ida Sang Hyang widhi :
Om, Pakulun Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa,
Ang, Ung, Mang Brahma, Wisnu, Iswara ya namah swaha
Pakulun paduka betara kabeh,
tumedun pakulun betara Kabeh,
pedekan pakulun paduka betara anguntap anuwur pakulun paduka betara meruntutan canang pemendak katur ring paduka betara.
Tumedun pakulun paduka betara saking wetan, saking kidul, saking kulon, saking lor, saking madya, saking luhur, saking sor,
pedekan paduka betara rahina mangkin angaturaken saji…..?
katur ring pakulun paduka kabeh,
ledang paduka betara anureksa aturan pedekan paduka betara,
menawi wenten asing kirang asing luput aturan pedekan paduka betara ngelungsur sinampura,
akedik aturan pedekan pakulun paduka betara agung pinalakun ipun.
Om, Sidi rastu ya namah swaha

Kahyangan Dewa Stawa :
Om, Indragiri murti dewam
Lokanata jagat pati
Sakti wiryam ludra murti
Sarwa jagat pawitranam 
Om, Giri murti tri lokanam
Siwa murti prajapati
Brahma wisnu iswara dewam
Sarwa jagat prawiksyamam 
Om, Surya dewa maha dewa
Siwa agni tejo maya
Siwa durga kali kali sira
Siwa sarwa wisantakan 
Om, Siwa yama warunas ca
Siwa pasu merega paksi
Sarwa dewa siwa dewa
Guru dewa jagat pati 
Om, Giri pati murti dewam
Loka sakti jagat sriya
Brahma wesnu iswara dewa
Tri purusa murti diwyam

Ider Bhuwana :
Om, Iswara purwantu dewa
Geniyantu mahesora dewa
Daksinantu brahma dewa
Neritiyantu ludrasca dewa
Pascimantu mahadewa
Wayabiantu sangkara dewa
Utarantu wisnu dewa
Ersaniyantu sambu dewa
Madya pada siwa dewa
Adah sada siwa dewa
Urdah prama siwa dewa
Sarwa dewa muktiyantu
Om, sri dewa-dewi maha amerta pasupati ya namah swaha.

Mensetanakan dewa :
Pranamaya dewa sang lingam
Sarwa buta kala sirnam
Pranamyam siwa siwartam
Sarwa jagat prama ditya
Om, Sriyam bawantu, Sukam bawantu, Purnam Bawantu, ya namah swaha
Ang ah sarwa dewa pratsita ya namah swaha Arde nara swari ya namah swaha 

NGATURANG BANTEN RING SOR : 

CARU : 

Utpeti :
I,Ba,Sa,Ta,A, Ya, Wa, Si, Ma, Na, Mang Ang Ung 
Shtiti :
Sa,Ba,Ta,A,I Na,Ma,Si,Wa, Ya, Ang Ung Mang
Om, Tang ang ing sang bang utat ya namah
Om, Gemung gana pat ya namah
Om, bang rajastra ya namah
Om, pat-pat,
Om, ang surabala ya namah
Om, Ung cikra bala ya namah
Om, Mang Iswara ya namah
Om, Sang, Bang Tang Ang Ing sarwa buta bio ya namah.

Lukat Buta :
Om, lukat sira sang buta dengen mesurupan sang kalika
Lukat sira sang kalika, mesurupan betari durga
Lukat sira betari durga mesurupan betari uma
Lukat sira betari uma mesurupan betari guru
Lukat sira betari guru mesurupan sang hyang tunggal
Lukat sira sang hyang tunggal mesurupan sang hyang sangkaning paran,
apan ida sang hyang sakaning paran rat kabeh mewali paripurna.
Om, sidi rastu ya namah swaha

Ngastawa buta kala :
Om, Kruna raksasa rupanca
Baibatsiyam yo cayo punah
Somya rupam awapnopati
Twam wande waradam amum 
Om, Sweta maheswara rupam
Brahma bang kala warna sya
Pita mahadewa kala
Wisnu kresna maha kala 
Om, Siwa panca warna kala
Durga buta warna sya
Tumwarna kala ta hityam
Panca ma kala warna sya
Om, buta kala prastita ya namah swaha

Mantra caru :

Pakeling Buta :
Om, Indah ta kita sang buta putih,
saking purwa desanira,
betara iswara dewatania,
wajra senjatania,
manis pancawarania,
Om, sang namah swaha. 
Om, Indah ta kita sang buta bang,
saking daksina desanira,
betara brahma dewatania,
gada senjatania,
paing pancawarania,
Om, bang namah swaha. 
Om, Indah ta kita sang buta kuning,
saking pascima desanira,
betara mahadewa dewatania,
pasa senjatania, pon pancawarania,
Om, tang namah swaha. 
Om, Indah ta kita sang buta ireng,
saking utara desanira,
betara wisnu dewatania,
cakra senjatania,
wage pancawarania,
Om, ang namah swaha. 
Om, Indah ta kita sang buta amanca warna,
sang buta tiga sakti aransira saking madya desanira,
betara siwa dewatania,
padma senjatania,
keliwon pancawarania,
Om, ing namah swaha. 
Tumedun pwa sira kelawan sanak wadwan nira sedaya iki tadah sajinira caru ayam amanca warna,
winolah winangun urip, ketekeng reruntutan ipun,
menawi wenten asing kirang asing luput aturan pedekan pakulun paduka betara sang aduwe karya ngelungsur sinampura agung ring pakulun paduka betara kabeh.
Om, sidi rastu ya namah swaha.

Puji Buta :
Om, Sukatam kala pujitam
Kala suka prajojanam
Sanayam kala pujitam
Sada siwa maha kretam 
Om, Pujitam kala sukatam
Kala kali kaprojnanam
Sarwa kala suka nityam
Sarwa wigna winasanam 
Om, durga dewi masarirem
Kala kingkara moksatam
Kala mertyu punah citam
Sarwa wigna winasanam 
Piuning caru :
Om, buktiyantu durga tangkaram
Buktiyantu kala ewaca
Buktiyantu buta butanam
Buktiyantu pisaca sanggyam 
Om, durga loke boktya namah
Kala loke boktya namah
Buta loke boktiya namah swaha 
Om, kang kasolkaya swasti-swasti
Sarwa buta kala predana purusa
Boktya namah swaha

Metabuh :

Toya anyar :
Om, kesemung prama siwa ya namah swaha
Berem/tuak :
Om, Cang camani ya namah swaha
Arak :
Om,Jeng jiwa ya namah swaha
Om, Sang Hyang purusangkara
Apan kita gurunmu
Singgih singgih Ang ah jeng poma poma poma 
Om, Ang Ung Mang Sang Hyang Purusangkara
Apan aku gurunmu
Wus denira amangan anginum angunduraken sarwa buta kala buta kali kabeh,
mulih maring dang kahyangan nira soang-soang
aja sira hamilara manusian nira ring marcapada.
Sang Bang Tang Ang,Ing, Nang, Mang,Sing,Wang,Yang,
Ang, Ung, Mang ya namah swaha

Prelina caru :
Om, A,Ta,Sa,Ba,I, Ung,Ang, Mang
Om, bhur bwah swah Sarwa buta kala morsah wesit
Sarwa dewa pratista ya namah swaha
Ah – Ang Mantuk sabda bayu idep

Mesegeh Agung:
Sang Hyang Sangkara Anugrahan ring Sang kala sakti
Sang Hyang Ludra Anugrahan ring sang kala wisesa
Sang Hyang Durga Anugrahan ring sang kala dengen Among amongan betara
Iki manusanira aweh saji ring Watek buta kala kabeh
Medaging beras, medaging antiga, Muang jinah anggen atuku ring pasaragung Pilih kebelanira
Om, kala bukta bukti ya namah swaha 
Mesegeh manca warna :
Sang buta dengen, Kala mertyu, anggapati, prajapati, banaspati, Banaspatiraja,
sang buta telu Metu saking harep, saking huri,
Wus denira amangan anginum mulih maring dang kahyangan nira soang-soang,
aja sira hamilara manusanira ring marcapada
Om, sidi rastu ya namah swaha

Bebangkit :
Om, Durga bucari ya namah swaha
Om, Kala bucari ya namah swaha
Om, Buta bucari ya namah swaha
Sang Drombo mohe amangane,
sira ring pejagalan Sang Kala Wisaye amangane,
sira ring pejuden Sang kala ngadang amangane,
sira ring dalem agung Sang Katung amangane,
sira ring pasar Amukti ya sari
Mantuk sira maring walulaning ulun
Atulunge sira den rahayu
Sang, Bang, Tang, Ang, Ing Nang, Mang, Sing, Wang, Yang Ang, Ung, Mang

Gelar sanga :
Pakulun sire sang buta dengen Ingon-ingon betara pasupati,
Sira sang buta amanca warna
Sang buta putih Buta janggitan aran sira
Sang buta bang Buta bang aran sira
Sang buta kuning Buta lembu kania aran sira
Sang buta ireng Buta krune aran sira
Sire sang buta amanca warna Iki mene maka buktinia
sege Medaging ulam Medaging balung Medaging sajeng
Inucupan antiganing sawung anyar
Enak pada amuktiya ri sire soang-soang
Menawi wenten kirang luput
puniki Jinah anggen paniwitnie
Sampun tan ana seredah sinampura sire ring sang aduwe karya ayu puniki asunganete suka sadia rahayu paripurna (metabuh tuak lan arak)

Penyambleh : (Meserana ayam simalumlum)
Om, Pakulun betara kabeh
Jumeneng ring kahyangan sakti
Iki manusan paduka betara Angaturang pemendak ayam simalumlum ……?
Saha sajeng rateng Katur ring bala iringan utawi ancangan Paduka betara,
Rahta metemahan dadi toya
Daging nia mulih maring pertiwi
Tulang nia mulih dadi entik-entikan
Bulunia nia mulih dadi padang
Roh nia mulin maring dewata

NGATURANG BANTEN KE LUHUR :

Upesaksi ring betara surya sekadi mantra ring arep Suci :
Om, Tri suksma dadi suksma
Sudamam sukla hening Siwo ya namo namah
Ang. Ung, Mang, ya namah swaha

Ngelinggihang suci :
Om, Nama siwaya
Tan kelebatang tulah kelawan carik
Muang pamidi, Moga luputa ring lare roga, Muang Wigna
Ulun aminte sih kerta nugraha betara
Ulun amuja ri paduka betara kabeh

Suci :
Om, Kurusya mahe wulacek Pertanjale maha padma
Hyang dewa sahe puspa lingga padaning
Hyang Wulacek sang hyang wisesa sarwa rsi
Apan sire mekadi manik kencana
Sang kesuun duk betara kala sakti
Pakundan gana sakti
Pisang Sang Hyang Kumara
Sesirih betara Wisnu
Apuh betara Brahma
Pelang betara Mahadewa
Plawa betara Siwa
Sang Hyang Sambu sira ring burat
Sang Hyang Rudra maka caru
Bebanten Sang Hyang Sukla paksa
Sajeng Sang Hyang basewarna
Ulam betara Baruna
Lelawuk betara Mahesora
Sad rasa maka imbuhan Sedang pinaka artra Betara
suci nirmala mengicenin maka sari Sarining sunya nirmala Puja betara dharma,
nguni wah jagat wisesa
Akasa lawan pertiwi
Radtya lawan wulan,
Sang Hyang Tunggal lawan puja
Astu denira Sang Hyang Lokanata,
Sami sampurna ya namah swaha

Lis :
Om, Pakulun megadeg sira janur kuning
Siwa reringgitan guru
Turun utusan yang betara dewa
Kelabetang sarwa dewata
Mengilangaken mala Papa pataka Geleh sari ranira
Om, Sidi rastu ya namah swaha

Ngesekang lis :
Om, pakulun megadeg sira janur kuning
Tumurun betara siwa
Angadegang lis busung mereka ringgit
Winastu denira betara siwa
Maoteng sarwaning leluwes
Maweh ratna kemala winten
Me wat mas tan petune
Yatna anggoni ulun
Angilaraken leteh-leteh
Kesude denira betara Siwa
Wastu paripurna ya namah swaha

Ngaturang Piodalan lan Asep :
Om, kara dipanam mantra
Om, kara tiksna mawaca
Om, karam mantra nayukan
Om, karam dewa rasyanam deanca 
Om, karam mantram dewa,
syanca nugrahakem
Angesti dewa hewanca
Angesti dewa tarpanam buktiyantu 
Om, karam mantra
Om, karam sarwa busanem
Sarwa teja waisnam saram
Sarwa nama loke pujanam

Guru piduka :
Om, Siwa, Sada siwa, prama siwa ya namah swaha
Om, Guru rupam sada nyanem
Guru namo japet soda
Guru pantaram dewam Nasti nasty, deni deni
Om, Guru piduka ya namah swaha
Om, Hyang pradana Hyang purusa Hyang surya candra
Manusanira angaturaken guru piduka
Angaturaken pemahayuan
Wus tanggapane desa denira Begawan penyarikan
Enak kita Begawan citra gotra, citra gatri
Mami anembah tangan karo
Aneda sinampura menawi wenten
Sabda saud, linyok, lepas pengucap,
Sampurna ngadaaken baye suka nyekeb,
Manusanira haneda tirta darma merta
Hyang-hyang Iswara, Rudra, Brahma, Mahadewa, Sangkara, Wisnu, Sambu hyang sarwa dewata
Manusanira angaturaken guru piduka
Om, Sidi rastu ya namah swaha

Penganteb sesayut :
Om, Sangkepaning premanta
Negarasya muni wantam
Dewa samhita yoganta
Brahma wisnu maheswara 
Om, Pujasya mantra sya
Tri aksara maha kodratan
Brahmangga murcage yuktam
Siwangga mantra matmakem 
Om, Panca bhuwana tatwamca
Asta dewa dalan bawet
Dewa samhita yogante
Brahma wisnu maheswara
Om, Siwa, Sada siwa tatwa ya namah swaha

Tribhuwana stawa :
Om, Prama siwa twam guhyam
Siwa tatwa prayanamah
Siwasya pranato nityam
Candisya namo stute 
Om, Naiwedyam brahma wisnu ca
Bhokta dewa maheswaran
Sarwa wyadin alabhati
Sarwa karyanta sidhantem 
Om, Jayarti jayan apnuyat
Yasarti yasan apnoti
Sidhi sakalam apnuyat
Prama siwam labhati 
Mesirat :
Om,om, prama Buddha suddha amerta ya namah swaha
Om, om, sada buddha suddha amerta ya namah swaha
Om,om, buddha suddha amerta ya namah swaha
Om,Om, Siwa suddha amreta ya namah swaha
Om,Om, Sada siwa suddha amreta ya namah swaha
Om,Om, Parama siwa suddha amreta ya namah swaha

Pengastawa wiswe dewah : (sarwa yadnya)
Om, Giri pati dewa-dewi
Lokanata jadat pati
Sakti matam maha wiryam
Jnana matam siwa atmakem 
Om, Maheswara diwya caksur
Maha padmo namo namah
Gora-gora maha suksma
Adi dewa namo namah 
Om, Paramesta-paramesti
Para merta namo namah
Adi karana isa ca
Na karana namo namah 
Om, Maha rudra maha sudha
Sarwa papa winasanam
Maha murte maha tatwa
Pasupatie namo namah 
Om, Mahadewa sangkaranca
Sambuh sarwa bawas tata
Iswara brahma ludrasca
Isanah siwa ya namo namah
Om, Sriyam bawantu, Sukam bawantu, Purnam bawantu ya namah swaha

Ngaturang perangkatan :
Om, buktiyanti sarwata dewa
Buktiyantu sri lokanata
Sadanah separi warah
Swarga sada sidisca
Om, dewa boktre laksana ya namah swaha
Om, dewa trepti laksana ya namah swaha

Pengeramped :
Om, Jala sidhi maha sakti
Sarwa sidhi maha tirta
Siwa tirta manggalaya
Sarwa karya prasidantem
Om, sriyam bawantu, purnam bawantu, sukam bawantu ya namah swaha

Ngayab banten :
Om, pranamya baskara dewam
Sarwa klesa winusanam
Pranamya ditya swartam
Bukti mukti sarwa pranem
Om, sarwa boktem sampurna ya namah
Om, treptyem ya namah swaha
Om, rang ring sah prama siwa aditya namah swaha

Ngaturang Pras Prasida Karya :
Ong kara moktayet Sarwa pras prasidam Suda ya namo namah Ang,Ung,Mang
Om, Suda peras suda ya jnanam Sarwo miket matwo ya nityam Ang-ah

Mantra pras penganteb :
Om, Eka wara, dwi wara, tri wara, catur wara, panca wara
Purwa peras presida sidi
Om, Sidi rastu ya namah swaha
Ngaturang pengaksama lan ngelungsur pengampura : (Sekadi ring arep) Puput pula pali nganteb.

Mantra siosan :

Piodalan Saraswati, 

Saraswati Stawa :
Om, Saraswati namas tubyam
Warade kama rupini
Siddharamban karisyami
Siddirbawantu me sada 
Om, Pranmamya sarwa dewanca
Prama atmanem ewa ca
Rupa siddhi prayukta ya
Saraswati namamy aham 
Om, Padma patra wisalaksi,
Padma kesara warnini Nytyam
padma laya dewi Samar patu saraswati 
Om, Brahma putri mahadewi
Brahmanya brahma nandini
Saraswati samjnyayani Prayanaya Saraswati 
Om, Kawyam wyakaranam tarkam
Weda sastra puranakem
Kalpa siddhini tantrani
Twat prasadat samarabhet 
Om, Sang Saraswati sweta warna ya namah swaha
Om, Bang Sarswati rakta warna ya namah swaha
Om, Tang Saraswati pita warna ya namah swaha
Om, Ang Sarswati kresna warna ya namah swaha
Om, Ing Saraswati wiswa warna ya namah swaha

Brahma Stawa / Prajapati Stawa :
Om, Namaste bhagawan Agne
Namaste bhagawan Hare
Namaste bhagawan Isa
Sarwa bhaksa utasana 
Om, Tri warno bhagawan
Agnir Brahma Wisnu Maheswara
Satikam paustikam caiwa
Raksanam ca bhicarukam 
Om, Anujyanam kretam loke
Saubahagyam priya darsanam
Yat kincit sarwa karyanam
Sidhir ewa na samsayah 
Om, Brahma prajapati sresstah
Swayambhur warade guruh
Padma yonis catur waktro
Brahma sakalam ucyate 
Om, Namos tu bhagawan agni
Sarwo ktena hutasana
Wajra sara maha sara
Dipto agnih jwalanas tatha 
Om, Sarwo papa prasanamanem
Hiranya garbha sambhawam
Loka ca sariran ca
Sukam agnih pram ucyate

Mesirat toya awing-awang :
Om, Rang wi pitaye prajapati ya namah
Om, Ang, Ung, Mang, Prama tri purusa sakti ya namah swaha.

Durga stawa :
Om, Bhanggeng wibradha dhars wiburatam
Kayasya syaraham pratye pratye
Bulayam kalahasi kalam
Ah, graddhayakin tri sulam 
Om, Ibuh dyat kepayanti una prakretam
Mawayawan pramyayaty awa dwya
Dyasto wong mud nisyanma ruddham
Su samhara nanggritamah

Durga stawa, Giri Putri Dewa Dewi : (Anggen ring Pura Dalem)
Om, Giri putri Dewa dewi
Loka sraya maha dewi
Uma gangga saraswati
Gayatri waisnawi dewi 
Om, Catur diwya maha sakti
Catur asrama Bhatari
Siwa jagat pati dewi
Durga ma srira dewi 
Om,Sarwa jagat pranamyam
Jagat wigna wimurcanam
Durga bhu cara moksanam
Sarwa duhkha wimoksanam 
Om, Anugraha amerta bhumi
Wigna dosa winasanam
Sarwa papa wisanam
Sarwa pataka nasanam 
Om, Dewa dewi maha janyanam
Sudha wighna bhwaneswari
Sarwa jagat paratistanam
Sarwa dewa anugrahakam

Saraswati stawa : (Anggen ritatkala ngewacen pustaka)
Om, pustakam wyanjanam wame
Sangka dhwajam ca daksine
Dhyayate Sangkara dewi
Purna buhusana saprabha

PASUPATI STAWA :

Tri pasupati stuti :
Om, Cadu pasupata astra
Uty amretan ca jiwanam
ANG kara tungtung ucyate
Tri Pasupataye HUNG Ang 
Om,Cadu sakti pasupata astra
Madya amretan ca jiwanam
Mangkara madya ucyate
Tri pasupataye HUNG MANG 
Om, Cadu sakti pasupata astra
Aty amretan ca jiwanam
UNG kara bungkah ucyate
Tri Pasupataye HUNG UNG 
Om, MANG Iswara pasupati ya namah swaha
OM, UNG Wisnu pasupati ya namah swaha
Om, ANG Brahma pasupati ya namah swaha

Pasupati stawa :
Om, SANG Iswara nama purwanam
Iswaram ca sweta warnam
Sphatika warna bhusanam
Sweta padma astra wajra astra 
Om, SANG nama mantrena murti
Sarwa roga prawasanam
Sarwa papa winasanam
Sarwa klesa haroharam 
Om, ANG brahma namastu daksina
Surya agnis ca caturmukam
Rakta warna sa bhusanah
Rakta padma sastra dandastra 
OM, ANG nama mantrena murtinam
Suryagni ca catur mukham
Sarwa klesa winasana ya
Sarwa roga winasanam 
OM, MAHADEWA pascimantu
Pita warna Mahadewa
Pita warna bhusitaya
Pita padma pasa astram 
OM, ONG nama mantra murtaye
Sarwa pataka nasanam
Lamungsil jiptati dewa
Atma raksantu mam sada 
OM, UNG Wisnu namas tun uttaram
Catur bhuja tri nayanam
Nila warna sa bhusanam
Nila padmastra cakra astram 
OM, UNG nama mantra murtinam
Sarwa papa winasanam
Tisthaye lipo raksaya
Raksa mam astu satatam 
OM, SAMBU dewa airsanyam
Raja rupam san bhusanam
Rajaya padma tanam ca
Tri sulastra maha tiksna 
OM, SANG nama mantrena murti
Sarwa kaluse nasanam
Tisthaye tistha dewa
Sarwa satru prabhuktanam 
OM , ANG nama mantrena murti
Sarwa pataka nasanam
Tisthaye nabhe raksaya
Sarwa satru prabhuktanam 
OM, RUDRA tu dewa nairityam
Rudra agni suryan ca rupam
Agni warna maha krura
Padma agni astra moksalam 
OM, ANG nama mantrana murti
Sarwa pataka nasanam
Garba athita atma raksa
Jayam satru jagad dhitam 
Om, SANGKARA stuti wayawyam
Syaman ca rupa bhusanam,
Syaman ca mantrani dewa
Angkus astray maha tksna 
OM, SANG nama mantrena murti
Sarwa pataka nasanam
Tisthate nabhe raksaya
Sarwa satru prabhukttanam 
OM, SIWAM astu taye madhiya
Sarwa rupam sa bhusanam
Sarwa padma ta rupaya
Padma dhara astra rupaya 
OM, YANG nama mantra sara mantra
OM kara tryaksara mantram
Eka atma para dewatam
Dasa murti kube sthanam

Panca pasupati Stuti :
Om, pasupati Wajra yudhaya
Agni raksa rupaya
Purwa mukha desa sthanaya
Om, Pasupataye UNG PHAT 
Om, pasupati Danda yudhaya
Agni raksa rupaya
Daksina mukha desa sthanaya
Om, Pasupataye UNG PHAT 
Om, pasupatti Pasa yudhaya
Agni raksa rupaya
Pascima mukha desa sthanaya
Om, Pasupataye UNG PHAT 
Om, pasupatti Cakra yudhaya
Agni raksa rupaya
Uttara mukha desa sthanaya
Om, Pasupataye UNG PHAT 
Om, pasupatti Padma yudhaya
Agni raksa rupaya
Madhya mukha desa sthanaya
Om, Pasupataye UNG PHAT 
Om, Sri pasupati Aksobhya ya namah swaha
Om, Sri Pasupati Ratna sambhawa ya namah swaha
Om, Sri pasupati Amitabha ya namah swaha
Om, Sri Pasupati Amogha siddhi ya namah swaha
Om, Sri Pasupati Wairocana ya namah swaha

Pasupati weda : (Asta lingga stawa, nama dewata stawa)
Om, Iswara wajra astra
Dhupa aghneya Maheswarah
Daksina Brahma danda astra
Nairitiyam Rudra moksalem 
Om, Pascimam Mahadewa pasa
Wayawya angkus Sangkara
Uttaram Wisnu cakra astra
Airsanyam Sambhu trisulam 
Om, Madye siwah athito padma
Dewa astra ya kadbhutah
Sarwa wighna winasanam
Siwa lokam awapnuyat 
Om, Namaste pasupata astra
Sarwa sara winasana
Dig bandhanam sarwa saaaawam
Siwa lokam awapnuyat 
Om, Sang Hyang ning Hyang Dewa Puja ya namah swaha
Om,Om, Nawa dewata maha amreta ya namah swaha
Om,Om, Pasupataye parama tusti UNG PAT ya namah Swaha
Om,Om, Sri,Sri pasupati ya namah swaha 

Wajra pasupati :
Om, Eka pasupati tastram
Sri cadusakti bhairawam
Agni raksa sa bhuwanam
Sri guru maha bhairawam 
Om, Tri mikha rodra
OM kara Tri windhu bhaya dacas ca Guru adi para maitram
Om kara maha bhairawam 
Om, Eka bindhu bhrastam dewam
Rwa bindhu mahad iswara
Tri bindhu pasupatyanam
Pat windu Maha bhairawam
Om kara sri pasupatya ya namah swaha

Kuwera stawa : (Anggen ritatkala Budha wage kulawu/Bhatara Sedana)
Om, Brahma Wisnu Rudra dewaya wai namah
Wisnu Sangkara bhupati Dewa diwyaya wai namah 
Om, Karam sada Siwam dewam
Jagatam sarwa pujanam
Upayam sadhanam amretan
Suci dewa sri sadhanam 
Om, Kawatan anugraham smretam
Kanyawati siwa rupam
Dandopadrwa sampurnam
Kreta bhawanam sada smretam

Samudra stawa, Apah stawa : (Anggen ritatkala pelastyan/mekiis ke segara )
Om, Gangga purusa wiryanam
Rahma nandhala waisnawam
Gangga ratnakara dewi
Brahma murti tri bhuwanam 
Om, jala nidhi murti lokam
Bhumi matsya maha ghoram
Bruna dewan ca dewanam
Lembu haro hari murti 
Om, Nagendra kruna rupam ca
Bruna dewa ma sariram
Sarwa jagat pratisthanam
Sarwa marana sampurnam 
Om, Jala nidi maha sakti
Sarwa sidhi siwa tirtha
Siwa amereta manggalan ca
Sri dewi jagat pawitram 
Om, Namah siwaya wai namah
Nama wisnu dwaraswaram
Prabhu wibhuh maha amretam
Sarwa pataka sampurnam 
Om,Jala nidhi maha sakti
Brahma wisnu maheswaram
Sarwa jagat sariraranam
Ghora wibhuh giri pati 
Om, Indragiri murti lokam
Gangga murti maha wiryam
Rudra kala agni prabhan ca
Sarwa marana bhasmi citram 
Om, gangga saraswati sindhu
Rudraya rodra dewatam
Ghoraya ghora ghurnitam
Giri dewa bhuya atmakem 
Om, bhutaye nityam
Gangga raja surya atmakem
Agni jwala rudra rupam
Sarwa jagat prakirtinam 

SAMUDRA STAWA :
Om, nama siwaya sarwaya
Dewa dewaya wai namah
Rudraya bhuwanasaya
Siwa waruna ya namah 
Om, Sapta mudram siwam garam
Jala dhi tasik garayam
Rudraya bhuwanessaya
Waruna siwa sampurna
Om, Hrang Hring sah sri samudra gurubhyo namah swaha


PITRA STAWA :
Om, kara aksara wijatam
Diptam pawaka mandalam
Pitra guhya prajapatih
Brahma pitara namy aham 
Hung, kara aksara wijatam
Sara Chandra su nirmalam
Pitra unissa siwa twam
Wisnu pitara namy aham 
Ah, kara aksara wijatam
Naksatra dewa mandalam
Pitra maha suksma jnyanam
Taya pitara bhairawam 
Om,om, Pitra ksama sukhaya namah swaha
Hung, ung, pitra ksama purna ya namah swaha
Ah,ah, Pitra sunya ya namah swaha

KAMA DHYANA : (Anggen ring purnamaning kapat)
Om, Bhaksayec ca waram kamam
Anahuta kramam sute
Pare sisye kala treat
Natra matre sada sada 
Om, Yo madah kama tattwesu
Hyasamyag jnyana sahitah
Krimi tulyam maha murkhas
Citta janma paribhawan 
Om, Jagram swaoan tistham kudjan
Agacchantiwa mantratah
Kama dewasya smaranam
Kurgat kamam dine dine

SMARA STAWA : Anggen rikala wang agedong gedongan (Garbini)
Om, Kama dewam pita warna
Guru dwaya sthira kastham
Sakala adhipatisanam
Simha raja mahottamam 
Om, Akasana atmakam dewam
Bindu nada atmakam smretam
Sarwa papa praharanam
Sarwa karya pradayakam 
Om, Moksa pradam prakamyam ca
Nih sandeham nir iswaram
Nir yoga nir wiyogas ca
Sarwa dewa sewitah twam 
Om,Pratyaksas twam iha loke
Manusas twam ca dewas twam
Suksmas twam sakalas twam ca
Atma twam ca sariram twa 
Om, Eka rupam ca wisesam
Hrda dewi sukha sadanam
Candrawat satatam ekam
Trailokya wijaya saktam 
Om, Iswara wara dewan ca
Brahma jaytas ca wijayah
Mahadewa waras twam ca
Wisnu wijaya ewa ca 
Om, Indra raja ca jayas twam
Sarwa dewa waras twan ca
Sarwa dewa dewik tattwam
Trailokya sewitas tatha 
Om, Cintamani mahendras ca
Sarwa kumara raja twam
Kumara raja samjnya ca
Sarwa dewa dewi sewitas twam 
Om, Sumatram samjnyadis caiwa
Ista kamas ca samjnyanam
Asta tanwa adhipatis ca
Ugra dewas ca samjnyanam 
Om, Sarwa papam haret siddhi
He dewa kumara raja
Sarwa roga praharanam
Sarwa satru winasanam

SMARA STAWA : (Anggen rikala Pawiwahan, mwang wong mobot nayusa tigang sasih )
Om, Anangga kamini patni
Puspeso mandini tatha
Kamo dana wati patni
Madani madanas tatha 
Om, Mano bhwah sobhani ca
Sri mati makara dhwajah
Kandarpah soma wati ca
Sri jayani ca manmathah 
Om, Kama dewo ratih patni
Swetari smara ewa ca
Atanur nandini patni
Manani jas ca harini 
Om, om Kama dewa ca harini
Om, om, Kama dewa ca ratiye namah swaha

GIRI PATI STAWA, SIWA STAWA : (Anggen rikala surya sewana mwang Panca Giri)
Om, Ang, Ang giri patim wande
Lokanatha jagat patim
Danesam trana karanam
Sarwa gunam mahojasam 
Om, Maha rudram maha suddham
Sarwa roga winasanam
Siwam parama samyuktam
Maha bhairawi karanam 
Om, Purwa brahmi mahadewi
Agneyam syan maheswari
Daksina kauweri dewi
Bairiti waisnawi dewi 
Om, Pascima warahi dewi
Wayawyam Raudri tri dewi
Uttara camundi dewi
Airsanya gayatri dewi 
Om, Madya sawitri gayatri
Uma tattwa mahadewi
Om,Ang,Ung, Ang, Ung, Ang, Ung,
Om, Sri dewa samhara swaha

TRI MURTI STAWA : (Maka pengemit sarira ) 

Brahma stawa :
Om, Brahma nmas catur mukham
Brahma agni rakta warnan ca
Sphatika warna dewata
Sarwa bhusana raktakam 
Om, Danda astra maha tiksna
Atma raksa nabhi sthana
Adya agni surya sphatika
Sarwa satru winasanam
Phat namah swaha 
Wisnu stawa :
Om, Ung, Namo Wisnu tri mukhanam
Tri nayanam catur bhujam
Kresna warnam sphatikantam
Sarwa bhusana nilanam 
Om, Cakra astra maha tksnam
Atma raksa ampru athanam
Amretam jiwano dewah
Sarwa satru winasanam
Phat namah swaha 
Iswara stawa :
Om, Iswara panca mukhanam
Tri nayana dasa bhujah
Sweta warna sphatikantah
Sarwa bhusana swetanam 
Om, Wajra astra maha tiksnam
Atma raksa kanta mulyam
Iswara prakerti dewam
Sarwa satru winasanam
Phat namah swaha

PENGASTAWA WISWE DEWAH ; 

BRAHMA STAWA: (Anggen ring sarwa yadnya, muang ring Siwa Ratri)
Om, Giripate dewa dewi
Lokanatha jagat pati
Saktimatam maha wiryam
Jnyana watam siwa atmakem 
Om, Maheswara diwya caksur
Maha padme namo namah
Ghora-ghoramaha suksma
Adi dewa namo namah 
Om, Pramestha pramesthi
Paramartha namo namah
Adi karana isa ca
Na karane namo namah
Maha rodra maha suddha
Sarwa papa winasanam
Maha murte maha tattwa
Pasupate namo namah 
Om, Mahadewa sangkaran ca
Sambuh sarwo bhawas tatha
Iswara brahma rudras ca
Isanah siwa ya namah

Mesirat toya ring awing- awang :
Mantra :
Om, Eka purusaa ya namah
Om, Ardha nareswari ya namah
Om, Tri purusa ya namah
Om, Catur lokapala ya namah
Om, Panca korsika ya namah
Om, Sad gana pati ya namah
Om, Sapta rsi ya namah
Om, Asta gangga ya namah
Om, Nawa dewata ya namah

Brahma stawa :
Om, Isanah sarwa widyanam
Iswarah sarwa bhutanam
Brahmano adhi pati
Brahma Siwo astu sada siwah 
Om, Sado jatam prapadyami
Sadyo jataya wai namah
Bhawe-bhawe nadi bhawe
Bhajaswa mam bhawodbhawah 
Om, Bang, bama dewaya namah
Om, Jyesthaya namah
Om, Rudra ya namah
Om, Kala ya namah
Om, Kala wikarana ya namah
Om, Bala ya namah
Om, Bala pramathana ya namah
Om, Sarwa bhuta damana ya nmah
Om, Manonmana ya namah 
Om, Tat purusa ya widmahe
Mabadewa ya dhimahe
Namah Siwa ya rudra ya
Tan no rudrah pracodayat 
Om, Aghorebhyo atha ghorebhyo
Ghora ghoratarebhyas ca
Sarwa tah sarwa sarwebhyo
Mama rupebhyo namah swaha

Wisnu stawa :
Om, Pranamya sirase wisnu
Tri loke brahama sawitri
Iswaram loka pawitram
Bhayam nasty kadacana 
Om, kuwera priti danas ca
Karni ksatrya purusa
Sambhu mulya ta suksma ya
Pipu bhasmi durwinasa 
Om, Sangkara sang Hyang sri dewi
Para lingga tri sudewa
Bhasmi bhuta dur minasa
Kreta roga dur winasa 
Om, Rudro tri nayama dewo
Bhayam asti ka pawitram
Bhaya klesa winasa ya
Bhasmi klesa tri kayatah 
Om, Siwo rudro tri nayanah
Suksma taya maya maya
Suksma taya aditaya
Siwa rudra maya-maya 
Om, Ang, amreta ya namah
Om, Sudha sudha namah siwaya
Om, Sarwa amreta aditaya
Om, Siwa lingga purusa namah siwa ya
Om, Ardha nareswarebhyo namah
Om, Salila sarwa atmane ya namah swaha

Pura Catur Bhuwana :
Ang, Ung, Mang, Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa ya namah
Om, Catur Dewa, Lingga bhuwana Mertyu ya namah swaha 

Pura Bale Agung :
Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang Sing, Wang Yang,
Maha panca bukti ya namah swaha 

Pura Puseh :
Mang, Ung, Ang, Ang, Ung, Mang
Om, Swasti – swasti ya namah swaha
Om, Gana pati ya namah swaha

Pura Dalem :
Om, Ang Purusangkara triodasa sakti ya namah swaha
Sang, Bang, Tang, Ang, Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang,
Ang, Ung, Mang ya namah swaha.

Mantra Penglukatan wong sakit/Sungkan :
Om, Wajra astra maha tiksna
Atma raksa sariranem
Iswara mapakerti dewi
Sarwa satru winasanam
Durga bucari moksanem
Sarwa jagat arearem
Om, Sang Namah swaha 
Om, Gada astra maha tiksna
Atma raksa sariranem
Brahma mapakerti dewi
Sarwa satru winasanam
Durga bucari moksanem
Sarwa jagat arearem
Om, Bang Namah swaha 
Om, Pasa astra maha tiksna
Atma raksa sariranem
Mahadewa mapakerti dewi
Sarwa satru winasanam
Durga bucari moksanem
Sarwa jagat arearem
Om, Tang Namah swaha 
Om, Cakra astra maha tiksna
Atma raksa sariranem
Wisnu mapakerti dewi
Sarwa satru winasanam
Durga bucari moksanem
Sarwa jagat arearem
Om, Ang Namah swaha 
Om, Padma astra maha tiksna
Atma raksa sariranem
Siwa mapakerti dewi
Sarwa satru winasanam
Durga bucari moksanem
Sarwa jagat arearem
Om, Ing Namah swaha

Sangkara stawa :
Om, Giri dewa ratna wiryam
Syama rupam murti bhanam
Sangkara dewa sa lingam
Sarwa dewa pranamyakam 
Om, Jaya wijaya murtinam
Suddha jnyanam amreta jiwam
Amreta bhumi pawitranam
Sarwa papa winasanam 
Om, Rudra rupam maha bhimam
Sarwa durga praharanam
Jagat wighna pratisthanam
Amreta jiwam nugrahakam 
Om, Trimandala pratithanam
Bhuta preta mandiraksam
Sarwa jagat purna jiwam
Sarwa wighna winasanam 
Om, Sangkara dewa murtinam
Wayawya ca pratisthanam
Sarwa jagat pawitranam
Amreta bhumi nugrahakem 
Om, bhuh loka mandala purnam
Sangkara dewa nugranam
Dirgahayu bhuwana sa purna
Sarwa marana moksanam

Maheswara stawa :
Giri murti sakti wiryam Ratna adi dewa pratistham Sutejo prabha wiryanam Sarwa ratna nawa rupam Om, Maheswara murti loka Agneya lingga arcanam Sarwa usadhi nugranam Weda mantra siddhi yogam Om, Suksma murti amerta jiwam Bhwana loka pawitranam Sarwa sara anugrahakam Jagat wighna pratisthanam Om, Dharmosadhi nugrahakem Amreta bhumi maha wiryam Moksanam sarwa papebhyah Purna jiwam jagat trayam Om, Sarwa klesa winasanam Sarwa marana buktaye Maheswara dewa wiryam Sarwa wyadhi niwaranam Om, Kala kali kalausan ca Bhuta marana moksan ca Kala mretyu yaksa rodram Bhasmi bhuta bhutanam Om, Nugranam yuwatim dewam Dirgayusa jagat purnam Wreddhi guna ya yajnyanam Sarwa loka amretam jiwam Om, Laksmi dewi gara dewi Giri putrid Chandra prabham Amreta candra pawitram Sarwa jagat pratisthanam Om, Namah siwa ya dewan ca Sarwa dewasuddha nityam Maheswara murti bhawanam Sarwa roga wimurcanam

Iswara Stawa : (Anggen ring karya Agung, Mwang Pangusaba Desa)
Om, Giri putrid sweta warnam Meru rajata bhawaswaram Purwa desa pratisthanam Purwa Iswara arcanam Om, Sarwa sweta suddha nityam Bhusana ratna swetanam Mani surya sweta warnam Surya koti prabha jwalam Om, Iswara dewa sa lingam Sarwa dewa pranamyakam Puruso sweta pawitram Santa jnyana suddha nityam Om, Iswara dewa murtinam Wighna klesa winasanam Sarwa dukha wimurcatam Sarwa wiyadhi nirantaram Om, Sweta waneswaram dewam Sandhi tattwa wigrahakam Tattwa guhya aksaram mantram Murdhani tatwa salinggam Om, Suksma dhyanam maha wieyam Suksma tattwa parajnyanam Prabha sweta tri nayanam Catur bhujam murti swaram Om, Sarwa wakyam wigrahakam Nada ghora ghora swaram Wajra aksara murti dhyanam Sarwa kriya bhasmicttam Om, Pradnyo widyam saraswatam Iswara dewa sarjanam Bhuh loka sawahanakam Iswara dewa salinggam Om, Sarwa praja pradipanam Sarwa karya pawitranam Jagat wighna winasanam Sarwa dusta wimoksanam Om, Panca wikramo dewatam Nugrahanam sarwa palanam Mukti bhukti wirya phalam Labhate suddha sadhanam Om, Yadnya dewam kretya dewam Iswara dewa murtinam Sarwa jagat pratisthanam Wighna klesa winasanam Om, Sarwa praja dasa dasam Suddha papa wighna swastham Sarwa dewa pita naram Moksanam sarwa roganam Om,Bhiksukam katriya labhatam Murcate wighna karanam Ksatriya wibhuh mukti bhwanam Brahmanam wak siddhi mantram Om, Sarwa kriya dusta cittam Satru hatam samatsaram Jaya wirya sakti sriyam Sarwa durga nirwikaram Om, Iswara dewa murtnam Sarwa papa praharanam Swastidam sarwa roganam Labhati bala wiryanam Om, Iswara dewa salinggam Swasariram prajadhipam Sarwa duhka winasanam Sarwa jagat suddha nityam Om, Mang Iswara dewa arcanam Bogha urdhwa bhala bhukti Sri danan ca sadhanakam Wirya bala jiwa atmakam

Sambu stawa :
Om, Parwata murtinam dewam Giri mani ratna jwalam Tejo maya maha wiryam Prabha suteja ujjwalam Om, Airsanyam dewa pratistham Sambu dewa murti lokam Sarwa tattwa suddha nityam Kawya jnyanam siddhi wakyam Om, Suksma murti sakti jnyanam Sarwa mantra yoga nityam Sarwa jagat pratisthanam Roga dosa winasanam Om, Siwa rupam guru tattwam Siwa murti maha wiryam Jayati labham apnuyat Sarwa jagat pawitranam Om, Amreta jnyanam ‘nygrahakam Amerta bhumi prakirtitam Uma dewi ghara dewi Mukti sriya bhoga wiryam Om, Mantra adi dewa pratistham Gune susila’nugrahakam Sarwa wighna wimoksanam Sarwa marana murtaye Om, Ksatrya wibhuh murti wiryam Bhiksukam weda paragam Sarwa jagat wreddhi bhogam Sarwa dewa ma sariram

Rudra stawa :
Om, Rudra dewa murti lokam Giri ratna rakta warnam Agni sakala murtin ca Yama dewa ma sariram Om, Sarwa wighna ma sariram Sarwa roga bhasmi swastham Dur manggalam dusta cittam Sarwa bhuc ari moksanam Om,Rudra dewa agni jwalam Sarwa bhaksa hutasanam Murti-murti rudra murti Brahma wisnu maheswaram Om, Sarwa pujya nityam Siwam Sarwa jagat pratisthanam Sarwa bhuta Durga pati Roga wighna bhasmi citram Om, Kala kali kalusan ca Bhuta marana moksanam Kala mretyu yaksa rodram Bhasmi bhuta hutasanam Om, Anugranam jiwitam dewam Dirgahayu jagat sa purnam Wreddhi gunam jaya jnyanam Sarwa loka amretam jiwam Om, Rudra dewa agni murtiyam Sarwa bhaksa maha rodram Yama pati mretyu dewa Sarwa satru winasanam Om, Ang kala agni rudra jwalaya namah Om, Sddhir astu ya namah swaha.

Pengulap wong sungkan, pitra dll :
Om, Kaki prajapati, nini prajapati Kaki samantara, nini samantara Ingsun kang ngamet atmane si ….anu Maring wetan, maring kidul, maring kulon, maring utara, maring madya Ingsun kang inambe Iki buktinia sajinta Kirang langkung ngelungsur sinampura Poma, poma, poma Mantra Mepepada : Om, Sang dwi pada saking purwa desa sinangkata Mulih sira maring purwa desa sinangkata Menembah sira lawan Sang Hyang Iswara Sang lingga Sang Hyang Iswara Om, Sang catur pada saking daksina desa sinangkata Mulih sira maring daksina desa sinangkata Menembah sira lawan Sang Hyang Brahma Sang lingga Sang Hyang Brahma Om, Sang bahu pada saking pascima desa sinangkata Mulih sira maring pascima desa sinangkata Menembah sira lawan Sang Hyang Mahadewa Sang lingga Sang Hyang Mahadewa Om, Sang mina pada saking utara desa sinangkata Mulih sira maring utara desa sinangkata Menembah sira lawan Sang Hyang Wisnu Sang lingga Sang Hyang Wisnu Om, Sang eka pada saking madya desa sinangkata Mulih sira maring madya desa sinangkata Menembah sira lawan Sang Hyang Siwa Sang lingga Sang Hyang Siwa Riwus semangkana sepasar pasar swarga Sira lawan Sang Hyang Iswara Sira lawan Sang Hyang Brahma Sira lawan Sang Hyang Mahadewa Sira lawan Sang Hyang Wisnu Sira lawan Sang Hyang Siwa Riwus semangkana aja sira angastiti akena Katuran Sang Hyang Dharma Ineg-inget ojo lali Tutur sira ayu Apan kita mulih maring dalem kawitan Rikalaning kita manumadi Metemahan wong nandang mantra Menadi wiku, menadi womh malinjo luwih ring jagate. Om, Sang Sadya ya namah swaha

Mantra Nyapayang nasi Kambangan
Om, Sang mraja Sang pasupati Sang had Sang wil Sang kala agung Sang awu Sang gudug basur Sang ulu singa Iki tadah sajinira, Poma, Poma, Poma

Mantra Mendak betara Baruna ke panggungan di jaba
Om, Paduka betara baruna Manusanira anguntap manuwur paduka betara Kependak dening canang, kawisan, meduluruan segehan manca warna wigraha Paduka betara mangda melinggih ring parahyangan Sinarengan katuran puja wali, ring pada betara kabeh Om, Sidi rastu ya namah swaha

NIHAN SESAPANING AJEJIWAN :

T. Ih saking endi pakan ira bau dateng ? J. Manira saking keeling
T.Parandira karya ? J. Manira mekarya bumi
T. Isining gumi? J. Brahmana, Ksatrya, Wesya, Sudra, Pandita, Ratu, Bujangga, maka nguni pertiwi.
T. Apah, Teja, Bayu, Akasa, Raditya, Wulan, Lintang Tranggana, Deti, Detya, Danawa, Raksasa, Pisaca, Manusa Sakti, Kumedap-Kumidip, Mambekan Muni, Kaca-kaca, Kici-Kici, Purwa, Genia, Daksina, Neriti, Pascima, Byantara, Utara, Ersania, Madya, Sor, Luwur Saka sangga dening pertiwi, Saka Payungan Dening Akasa.
T. Malih isinin Gunung ? J. Trena lara, Lata, Gulma, Janggama, Buron, Paksi, Sarpa, Kremi.
T. Sapa kang adruwe ? J. Druwen ira sang apaselang, yan tan sang adruwe paselang tan prasida punang karya.
T. Ih saking endi pakan ira wawu dateng ? J. Manira wong Majapahit.
T. Paran dira karya ? J. Manira mekarya gedong,pasih
T.Paran isininig pasih ? Paran isining Gedong ? J. Isining gedong Mirah, Inten, Komala, Sepatika Kencana, Rajata, Arta, mekadi leluwes, Raja mulya. Isining pasih Tirta Agung, Mina, Jukung Perahu.
T.Isining Perhu ? J. Leluwes Basan Ubad.
T. Sapa kang adruwe ? J. Druwen ira sang apeselang, yan tan adruwe paselang Tan sida punang karya.
T. Ih saking endi oakan ira wawu dateng ? J. Manira wong Singosari.
T. Paran dira karya ? J. Manira mekarya lumbung.
T.Paran isining lumbung. J. Padi, ketan injin.
PUPUT